Remaja sebagai pengguna internet melahirkan asumsi pentingnya edukasi penggunaan internet untuk hal-hal positif. Di tengah Festival Pesona Tambora 2018, pergelaran Internet BAIK Telkomsel membuktikan sejumlah pemanfaatan internet secara positif oleh anak
Kompas 3 Apr 2018 Dimas W Nugraha/Abdullah Fikri Ashri
KOMPAS/DIMAS WARADITYA NUGRAHA
(foto)
Siswa SMP Negeri 1 Sumbawa Barat menerima sosialisasi penggunaan internet secara positif dari Telkomsel di sekolah mereka, Senin (2/4/2018). Lewat program ini, mereka diharapkan dapat menularkan penggunaan internet secara baik di lingkungan masing-masing.
Bagi sejumlah remaja di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, jaringan internet bak barang mewah. Maklum, sinyal internet di sana belum secanggih di kota besar. Kemewahan itu memicu lahirnya usaha produktif. Rasanya, internet terlalu murah jika digunakan menyebar hoaks dan konten negatif lain.
Jika melintasi jalan lintas Sumbawa dari Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, hingga Dompu, NTB, jaringan internet di gawai timbul-tenggelam. Jangankan internet, untuk sejumlah operator seluler, menelepon saja sulit, apalagi ketika melewati daerah berbukit. Jaringan internet stabil saat berada di pusat kecamatan dan kabupaten serta sejumlah desa.
Itu sebabnya Ruswandi Hatam (13), siswa kelas VII-4 SMP Negeri 1 Sumbawa Besar, tidak tinggal diam saat mendapatkan jaringan internet. Ia memanfaatkan media sosial Instagram sebagai lapak dagangan. Lewat akun @cening_gallery, dia menawarkan layanan pesanan konveksi pakaian, salah satunya seragam komunitas.
Usaha itu sebenarnya dikelola kakaknya, Rustam Rizky Effendi (19), yang juga mahasiswa Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Ruswandi yang sejak kelas VI SD sudah akrab dengan berbagai media sosial menggunakan platform itu untuk membantu promosi usaha kakaknya.
”Lumayan, sudah dua pesanan sablon, masing-masing 12 kaus dan 15 kaus, dari teman-teman sekolah juga. Sebagian untungnya buat saya,” kata Ruswandi tersenyum saat ditemui pada Senin (2/4/2018) dalam acara edukasi program Internet BAIK Telkomsel. Ketika banyak anak seusianya bermain gim, ia mulai merintis usaha.
Devina (13), siswi lainnya, juga bertekad memanfaatkan internet, tak cuma untuk main gim. ”Saya baru tahu, waktu maksimal bermain gim untuk anak usia di atas 13 tahun adalah 2 jam per hari. Kalau kita bermain gim lebih dari 2 jam per hari, kebutuhan tubuh untuk beristirahat dan energi untuk pekerjaan lain akan terpangkas,” tuturnya.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Akademik SMPN 1 Sumbawa Besar Abdul Muis menilai kegiatan edukasi penting dan dibutuhkan untuk memberikan pemahaman mengenai pemanfaatan internet secara baik dan benar. ”Kami sebagai guru dan orangtua perlu tahu cara menghindari hal-hal negatif di internet, risiko yang harus diwaspadai pada anak dalam berinternet,” ujarnya.
Kopi tambora
Andi Hermawan (23), warga Dompu, juga memanfaatkan jaringan internet untuk menjajakan kopi lokal Tambora. ”Meskipun di pelosok, kami tetap bisa jual kopi sampai ke Mataram (NTB), Makassar (Sulawesi Selatan), bahkan Jakarta. Biasanya, kirim 2 sampai 3 kilogram kopi,” ujar Andi, di Desa Hu’u, Kecamatan Hu’u, Dompu.
Lewat media sosial, seperti Facebook dan Instagram, Andi menjajakan kopi robusta Tambora. Kopi itu diambil dari Gunung Tambora, Dompu. Setiap bungkus yang berisi 200 gram dapat dijual hingga Rp 100.000.
Kopi bermerek Ori Coffee itu merupakan produksi temannya, Ory Muhdar. Selain media sosial, kopi itu dijual melalui jaringan elektronik dagang, seperti Shopee. Untuk memperluas jaringannya, setiap pekan ia bersama temannya, Khae, menjajakan kopi kepada turis di Pantai Lakey, 40 kilometer dari pusat pemerintahan Dompu.
Bisa dibayangkan jika tidak ada internet, Andi harus keliling ke tempat wisata di Sumbawa yang jaraknya berjauhan untuk menjual kopi. ”Sejak 2008, sudah ada internet, tetapi terbatas. Hanya operator tertentu yang bisa digunakan di sini,” ujar Andi yang memakai Telkomsel.
Ia tidak sebatas menjual, tetapi juga mengajak siapa saja berbagi. Hasil penjualan kopi, misalnya, disisihkan untuk operasional komunitas Sarangge di Dompu. Selain memberikan pelajaran bahasa Inggris dan menulis secara gratis kepada anak-anak Pasar Dompu, komunitas ini turut mengecat rumah warga setempat.
Memanfaatkan jaringan internet, komunitas itu pun menjaring para donatur melalui Instagram. ”Sudah ada tiga orang yang memberikan bantuan buku tulis dan pulpen untuk sekitar 70 anak yang ikut belajar di komunitas kami,” ujar Andi.
Apa yang dilakukan Andi menjadi contoh dari sekian banyak kebaikan internet. ”Konten negatif, seperti hoaks dan ujaran kebencian, hanyalah sedikit dari dampak internet. Masih banyak yang baik dari internet. Sebagai penyedia jaringan, kami wajib mengedukasi masyarakat,” ujar Officer CSR Telkomsel Murharjanto Wahid.
Proses edukasi
Untuk itu, sejak 2016, Telkomsel giat mengedukasi warga melalui program Internet BAIK (B ertanggung jawab, Aman, Inspiratif, dan Kreatif ). Program ini sudah menyentuh 84 sekolah di 27 kota/kabupaten dengan jumlah murid 6.795. Sebanyak 5.897 orangtua juga turut mendapatkan edukasi.
Selain sosialisasi, Telkomsel juga membagikan buku panduan pemanfaatan internet secara baik kepada siswa dan orangtua. Menurut Wahid, anak muda menjadi sasaran karena mereka pengguna awal (entry level) internet, sekaligus yang terbanyak. Edukasi penting di tengah fakta maraknya konten negatif.
Selama 2017, misalnya, Polri menangani 3.325 kasus ujaran kebencian dan hoaks. Jumlah itu meningkat dibandingkan 1.829 kasus yang ditangani pada 2016. Jika tidak diantisipasi, lebih dari 132 juta pengguna internet tidak lagi membuka mata tentang baiknya internet.
Kisah Ruswandi dan Andi menunjukkan bagaimana anak muda di daerah, yang belum sepenuhnya terjangkau internet, memanfaatkan internet. Selain edukasi, infrastruktur komunikasi juga perlu dioptimalkan.
Berdasarkan data Telkomsel, di Pulau Sumbawa terdapat 562 menara terima-pancar (BTS), yang terdiri dari 163 jaringan 4G dan 399 jaringan 2 G. BTS itu tidak hanya di kota, tetapi juga di kecamatan, bahkan desa yang berada di atas bukit.
Menurut Supervisor Sales dan Outlet Telkomsel Operation Bima/Sumbawa Besar Basuki Wijaya, salah satu kendala perluasan jaringan internet ke pelosok desa di Sumbawa ialah jauhnya jarak yang harus ditempuh dan medan berat, seperti di atas bukit. ”Meski demikian, kami terus berupaya agar masyarakat Sumbawa menikmati internet,” ujarnya.
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/623156994683506/