[SALAH] Video Jokowi Mulai Pucat SBY Ungkap Pelaku Korupsi

Dalam video yang terunggah di Youtube tersebut tidak menyebutkan pernyataan Presiden RI Keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Adapun, narasi yang dibacakan dalam video itu mengambil perihal pemberitaan dari berita berjudul “Kejagung: 95 Persen Dana Investasi Jiwasraya di Saham Buruk” dan “Mengulas dan Menghindari Saham Gorengan yang Jerat Jiwasraya” yang tayang di cnnindonesia.com pada 13 Desember 2019 dan 23 Desember 2019. Selain itu, video tersebut secara visual hanya memainkan gambar-gambar dan cuplikan video dari berbagai sumber. Jadi, tidak ada hubungan antara judul video dengan konten video.

=====

Kategori: Misleading Content/Konten yang Menyesatkan

=====

Sumber: Facebook dan Youtube

https://www.facebook.com/groups/1524889334429669/permalink/2409137859338141/

Archive:

https://archive.st/archive/2019/12/www.youtube.com/m6w3/www.youtube.com/index.html
https://archive.md/7XXHB

=====

Narasi:

‘JOKOWI MULAI PUC4T’ SBY UNGK4P P3L4KU K0rup51 Jiwasraya Diduga Orang Belakang JOKOW1 (HEBOH)

=====

Penjelasan:

Beredar video yang menampilkan informasi dengan judul “’JOKOWI MULAI PUC4T’ SBY UNGK4P P3L4KU K0rup51 Jiwasraya Diduga Orang Belakang JOKOW1 (HEBOH)” di Youtube dan Facebook. Dalam video tersebut disebutkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI  Keenam akan ungkap kasus yang menimpa Jiwasraya.

Berdasarkan hasil penelusuran, diketahui bahwa informasi dalam video tersebut tidak benar. Diketahui bahwa narasi yang disulihsuarakan dalam video tersebut berasal dari pemberitaan cnnindonesia.com dengan judul “Kejagung: 95 Persen Dana Investasi Jiwasraya di Saham Buruk” dan “Mengulas dan Menghindari Saham Gorengan yang Jerat Jiwasraya” yang tayang di cnnindonesia.com pada 13 Desember 2019 dan 23 Desember 2019. Berikut cuplikan beritanya:

Cuplikan berita berjudul “Mengulas dan Menghindari Saham Gorengan yang Jerat Jiwasraya” yang tayang pada tanggal 23 Desember 2019:

[…] Jakarta, CNN Indonesia — Permasalahan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menyedot perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir. Pasalnya, perseroan menunggak pembayaran klaim polis jatuh tempo kepada nasabah hingga Rp12,4 triliun untuk periode Oktober-Desember 2019.

Tunggakan tersebut disebabkan tekanan likuiditas yang dialami perusahaan asuransi jiwa pertama di Indonesia tersebut. Usut punya usut tekanan likuiditas ternyata terjadi karena manajemen Jiwasraya terdahulu menempatkan investasi pada portofolio saham dan reksa dana saham dengan underlying saham buruk.

Dalam perkembangannya, instrumen tersebut ditengarai sebagai saham gorengan.

Hasil penyidikan Kejaksaan Agung (Kejagung) menemukan manajemen Jiwasraya menaruh 22,4 persen dana investasi atau senilai Rp5,7 triliun di keranjang saham.

“Untuk mengejar keuntungan tinggi, antara lain 95 persen dari dana kelolaan di saham ditempatkan pada pilihan saham-saham buruk. Cuma 5 persen saja yang ditaruh di saham dengan kinerja baik,” ujar Jaksa Agung ST Burhanuddin beberapa waktu lalu.

Tidak hanya itu, 98 persen dari dana investasi di reksa dana atau senilai Rp14,9 triliun dititipkan pengelolaannya kepada perusahaan manajer investasi dengan kinerja buruk. Sisanya, hanya 2 persen yang dikelola oleh perusahaan manajer investasi dengan kinerja baik.

Imbasnya, ekuitas perseroan tercatat negatif Rp23,92 triliun per September 2019. Jiwasraya membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas atau Risk Based Capital (RBC) 120 persen.

Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo menuturkan saham gorengan merepresentasikan perusahaan yang belum memiliki fundamental kuat. Tak ayal, saham tersebut rentan mengalami penurunan sehingga merugikan investor yang menempatkan portofolio di saham tersebut.

“Kalau definisi bahasa umumnya, gorengan itu cepat panas tetapi cepat juga dinginnya,” katanya kepada CNNIndonesia.com.

Ia bilang ciri paling kentara dari saham gorengan, kenaikan tajam dan terjadi secara tiba-tiba. Apalagi, lanjut dia, jika saham tersebut memiliki riwayat cenderung stagnan dalam kurun tiga tahun terakhir.

Investor patut curiga, jika meroketnya laju saham tidak disertai aksi korporasi positif maupun kinerja baik dari perusahaan tercatat.

“Saham gorengan itu memberikan kejutan atau syok tiba-tiba kencang naik, terus turun, lalu tidak naik-naik lagi karena fundamentalnya tidak bagus,” ucapnya.

Ia menuturkan kenaikan harga saham ditengarai disebabkan pihak-pihak tertentu yang ingin mendapatkan cuan dengan jalan pintas. Ketika harga saham naik mereka mengantongi untung, lantas mereka menjual kembali saham tersebut sehingga harganya merosot.

Karenanya, tindakan menggoreng saham ini juga kerap disebut sebagai insider trading.

Berkaitan dengan kasus Jiwasraya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam laporan hasil pemeriksaan Jiwasraya tahun 2016 menemukan manajemen Jiwasraya menempatkan investasi pada beberapa saham dengan kinerja buruk.

Mengutip laporan BPK, Jiwasraya berinvestasi pada 47 saham senilai Rp1,31 triliun berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2015. Dari 47 saham tersebut, terdapat tiga saham dengan persentase mayoritas yakni 67,77 persen dari total investasi di saham atau setara Rp885,8 miliar.

Ketiga saham tersebut meliputi PT Sugih Energy Tbk (SUGI), PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), dan PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP). Sayangnya, BPK menyatakan penempatan investasi pada ketiga saham tersebut tidak didukung oleh informasi dan data akurat. Ironisnya, BPK menegaskan Jiwasraya tidak mempertimbangkan fundamental ketiga perusahaan yang merugi.

Jiwasraya memborong saham Sugih Energy di level Rp470 per saham. Saat ini, saham perusahaan bidang perdagangan, jasa, industri dan pertambangan itu terpantau mengalami suspensi. Sahamnya mandek di posisi Rp50 per saham. Dalam lima tahun terakhir, saham Sugih Energy menukik 88,01 persen.

Lebih lanjut, Jiwasraya membeli saham Trikomsel Oke di posisi Rp2.000 per saham. Senasib, saham perusahaan penyedia produk dan layanan telekomunikasi seluler itu terpantau mengalami suspensi. Sahamnya mandek di posisi Rp426 per saham. Dalam lima tahun terakhir, saham Trikomsel Oke merosot 73,12 persen.

Terakhir, Jiwasraya membeli saham Eureka Prima Jakarta seharga Rp620 per saham. Saham perusahaan bidang real estate dan pembangunan itu juga mengalami suspensi. Sahamnya mandek di posisi Rp114 per saham. Dalam lima tahun terakhir, saham Eureka Prima Jakarta melemah 73,36 persen.

BPK juga menyebut investasi Jiwasraya di instrumen reksa dana tak jauh berbeda. Jiwasraya membeli produk reksa dana dengan underlying saham kinerja buruk. Salah satu saham yang menjadi sorotan BPK adalah saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP).

Saat ini, saham perusahaan perikanan, perdagangan, industri, dan perkebunan itu tak bergerak di posisi Rp50 per saham. Dalam lima tahun terakhir, sahamnya turun 58,33 persen.

Terkait laju saham, Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan regulator yang memiliki kewenangan mengawasi gerak saham. Sebagai wasit di pasar modal, bursa berhak mengeluarkan peringatan jika suatu saham terindikasi Unusual Market Activity (UMA).

UMA adalah aktivitas perdagangan atau pergerakan harga suatu efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu. Akan tetapi, bursa tak mengungkapkan berapa besar persentase pergerakan harga suatu saham sehingga dapat dinyatakan UMA. Bagi perusahaan, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan pelanggaran.

Selain memberikan pengumuman UMA, bursa juga memberikan suspensi atau penghentian perdagangan sementara untuk saham-saham yang dinilai bergerak tidak wajar.

Suspensi juga dikeluarkan jika perusahaan bersangkutan tersangkut masalah berkepanjangan misalnya, terbelit utang, dan pelanggaran Good Corporate GOvernance (GCG) yang mengganggu operasional perusahaan.

Bursa juga dapat menghentikan perdagangan saham sementara, jika mendapati perusahaan yang melakukan aksi korporasi namun tidak diungkapkan kepada publik. Saham emiten itu baru bisa diperdagangkan kembali jika perusahaan melakukan paparan publik (public expose).

Senada, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan pelaku pasar harus memahami fundamental perusahaan sebelum membeli saham. Fundamental perusahaan secara sederhana dapat dipelajari dari bisnis perusahaan. Ia menyarankan investor membeli saham perusahaan yang memiliki bisnis nyata di lingkungan dan memiliki prospek ke depannya. […]

Cuplikan berita “Kejagung: 95 Persen Dana Investasi Jiwasraya di Saham Buruk” yang tayang pada tanggal 13 Desember 2019:

[…] “Untuk mengejar keuntungan tinggi, antara lain 95 persen dari dana kelolaan di saham ditempatkan pada pilihan saham-saham buruk. Cuma 5 persen saja yang ditaruh di saham dengan kinerja baik,” ujarnya, Rabu (18/12).

Tidak hanya itu, ia melanjutkan, 98 persen dari dana investasi di reksa dana atau senilai Rp14,9 triliun dititipkan pengelolaannya kepada perusahaan-perusahaan manajer investasi dengan kinerja buruk. “Hanya 2 persen yang dikelola oleh perusahaan manajer investasi dengan kinerja baik.” […]

Sedangkan, untuk cuplikan video Presiden Joko Widodo, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang tayang di awal video diambil dari beberapa pemberitaan, yakni saat Konferensi Pers perihal kasus Jiwasraya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Menteri Erick, serta komentar Menteri Sri mengenai kasus Jiwasraya.


Berdasarkan hal tersebut, maka konten video yang tersebar di Youtube tersebut masuk ke dalam kategori Misleading Content atau Konten yang Menyesatkan. Sebab, informasi di dalamnya tidak ada pernyataan dari Presiden RI Keenam SBY dan di dalamnya hanya menarasikan pemberitaan dari cnnindonesia.com.

=====

Referensi:

https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1072911256374742/

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191218183830-78-458131/kejagung-95-persen-dana-investasi-jiwasraya-di-saham-buruk

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191223070342-92-459231/mengulas-dan-menghindari-saham-gorengan-yang-jerat-jiwasraya