[SALAH] “Syukuran Jokowi 2 p”

Foto yang dibagikan oleh SUMBER adalah acara “Nyadran”, tidak ada hubungannya dengan klaim yang disebutkan di narasi. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

======

KATEGORI

Konten yang Salah.

======

SUMBER

http://bit.ly/2HAxj8O, post ke grup “Barisan Pendukung Jokowi 2 Periode” (facebook.com/groups/945727668920773) oleh akun “Tuti Handayani” (facebook.com/profile.php?id=100032418050255), sudah dibagikan 384 kali per tangkapan layar dibuat.

======

NARASI

“Syukuran Jokowi 2 p,, tnp kamera ,bawa bekal sendiri, kompak,, salam Jokowi”.

======

PENJELASAN

(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah

Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.

  • SUMBER membagikan foto kegiatan “Nyadran” di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah.
  • SUMBER menambahkan narasi untuk membangun premis pelintiran yang tidak sesuai dengan konteks foto yang sesungguhnya.

——

(2) Salah satu sumber foto, “wonderfulsoloraya” (instagram.com/wonderfulsoloraya): “NGADHEPI SASI PASA
.
Ing pungkasane sasi Ruwah ngadhepi Ngibadah Siyam ing sasi Pasa Romadlon, Kanjeng Sunan Kalijaga lan para wali lan ngulama jaman biyen ngajarake supaya bebersih dhiri, nyuceake jiwa lan raga lahir batin.. Mula jaman biyen kuwi ngadhepi sasi Pasa, saben Ruwah nganaake silaturahmi, nglumpukake sanak kadang sentana mitra saperlu nyadran,

Foto Nyadran di Ampel, Boyolali
Kiriman mas Gunadi
…”

Selengkapnya di http://bit.ly/2QcHhkp.

——

(3) KOMPAS(dot)com: “…

Sudiyanto menjelaskan, Nyadran atau Sadranan berasal dari kata “Sodrun” yang artinya gila atau tidak waras. Pada masa sebelum datangnya walisongo, masyarakat di Pulau Jawa banyak yang masih menyembah pohon, batu, bahkan binatang, dan itu dianggap tidak waras.

Ketika itu mereka menyembah sambil membawa sesaji berupa makanan dan membaca mantra-mantra. Kemudian datang para walisongo yang meluruskan bahwa ajaran mereka salah, yang wajib disembah hanya Allah SWT.

Mantra-mantra yang dibaca lantas diganti dengan doa-doa menurut ajaran Islam. “Sedangkan sesaji diganti berupa makanan yang bisa dimakan oleh warga. Inilah salah satu bentuk dakwah walisongo yang masih melestarikan budaya lokal,” jelasnya.

…”

Selengkapnya di http://bit.ly/2JK8kT8 atau http://bit.ly/2VywthF (arsip cadangan).

======

REFERENSI

(1) http://bit.ly/2WUkFaW Google Maps: “Ampel

Kecamatan Ampel
Boyolali Regency
Central Java”.

——

(2) http://bit.ly/2YIHmQb, arsip cadangan post SUMBER.

——

(3) Tangkapan layar pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.

======

Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/895558474110022/