[DISINFORMASI] “Solusi Daging Mahal Ala Mentan: Makan Keong”

“Tipikal status “gorengan” dengan target mereka yang hanya membaca judul, petikan artikel yang lebih lengkap: “Di sela inspeksi dadakan (sidak) Pasar Induk Beras Cipinang, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sedikit menyinggung persoalan daging. Menurut dia, masyarakat bisa beralih konsumsi ke komoditas lain yang proteinnya hampir sama seperti daging.
“Seperti tutut itu protein lebih bagus dari daging,” ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Tutut merupakan keong sawah atau sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar seperti sawah, aliran parit dan danau.
Amran melanjutkan, tutut memiliki protein yang tinggi namun menyehatkan. Maksudnya, ketika ada seorang yang memiliki tekanan darah tinggi, masih bisa mengkonsumsi tutut yang proteinnya tinggi.
“Tidak ada kan orang tekanan darah tinggi dilarang makan tutut,” tandasnya.”.”

 

SUMBER
(1) https://goo.gl/UTCkHj, sudah dibagikan 193 kali ketika tangkapan layar dibuat.
(2) https://economy.okezone.com/read/2017/12/04/320/1824924/harga-daging-mahal-mentan-coba-beralih-ke-keong-sawah, sumber yang dibagikan di poin (1).
(3) https://goo.gl/8tEQsu, versi cached view. Tautan yang dibagikan di poin (2) sudah tidak bisa diakses.
(4) https://goo.gl/bdNwy3 < tap atau klik untuk melihat yang menyebarkan di Facebook (public posts).

NARASI
“Solusi daging mahal ala mentan : makan keong”.

PENJELASAN
Tipikal status “gorengan” dengan target mereka yang hanya membaca judul, petikan artikel yang lebih lengkap: “Di sela inspeksi dadakan (sidak) Pasar Induk Beras Cipinang, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sedikit menyinggung persoalan daging. Menurut dia, masyarakat bisa beralih konsumsi ke komoditas lain yang proteinnya hampir sama seperti daging.
“Seperti tutut itu protein lebih bagus dari daging,” ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Tutut merupakan keong sawah atau sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar seperti sawah, aliran parit dan danau.
Amran melanjutkan, tutut memiliki protein yang tinggi namun menyehatkan. Maksudnya, ketika ada seorang yang memiliki tekanan darah tinggi, masih bisa mengkonsumsi tutut yang proteinnya tinggi.
“Tidak ada kan orang tekanan darah tinggi dilarang makan tutut,” tandasnya.”.

REFERENSI
(1) https://goo.gl/8tEQsu, “Harga Daging Mahal, Mentan: Coba Beralih ke Keong Sawah
Feby Novalius, Jurnalis · Senin 04 Desember 2017, 16:52 WIB
Ilustrasi (Foto: Okezone)
JAKARTA – Harga daging sapi masih bertengger di atas harga Rp100.000 per kilogram (kg). Sejumlah cara sudah dilakukan pemerintah untuk menurunkan harga daging tersebut.
Misalnya, sampai saat ini kiriman sapi potong asal Nusa Tenggara Timur (NTT) masih dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pada Senin, 30 Oktober 2017, 56.000 sapi potong kembali dikirim dari NTT.
Ketersediaan sapi potong asal NTT tersebut ternyata tidak membuat harga daging bergerak turun. Cara lain yang dilakukan dengan mengimpor daging kerbau beku asal India. Tujuannya supaya ada alternatif pilihan daging dan masyarakat bisa mendapatkan daging dengan harga sekira Rp70.000 per kg.
Namun cara itu juga tidak mempan dalam menurunkan harga daging. Meski peminat daging kerbau semakin banyak, tapi tetap harga daging sapi di atas Rp100.000 per kg.
Di sela inspeksi dadakan (sidak) Pasar Induk Beras Cipinang, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sedikit menyinggung persoalan daging. Menurut dia, masyarakat bisa beralih konsumsi ke komoditas lain yang proteinnya hampir sama seperti daging.
“Seperti tutut itu protein lebih bagus dari daging,” ujarnya di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Tutut merupakan keong sawah atau sejenis siput air yang mudah dijumpai di perairan tawar seperti sawah, aliran parit dan danau.
Amran melanjutkan, tutut memiliki protein yang tinggi namun menyehatkan. Maksudnya, ketika ada seorang yang memiliki tekanan darah tinggi, masih bisa mengkonsumsi tutut yang proteinnya tinggi.
“Tidak ada kan orang tekanan darah tinggi dilarang makan tutut,” tandasnya.
(rzy)”.
(2) https://goo.gl/kt8JB1, “Kata ahli gizi soal keong sawah
Selasa, 5 Desember 2017 20:30 WIB
Petani memperlihatkan keong mas (Pomacea canaliculata) yang dikumpulkan di area sawah miliknya di Desa Matang Jroh, Kecamatan Madat, Aceh Timur, Aceh, Senin (21/9). Petani daerah tersebut mengaku serangan hama keong mas musim tanam kali ini sangat banyak sehingga dapat mengakibatkan gagal panen dan mengancam produksi padi tahun 2015 sebesar 73,5 juta ton yang ditargetkan Kementerian Pertanian. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Jakarta (ANTARA News) – Ahli gizi Dr. Marudut, BSc. MPS tak menampik kandungan protein dalam keong sawah.
Hanya saja dia tak bisa menyebut secara pasti apakah jumlah protein dalam keong sawah bisa menyamai atau bahkan melampaui daging.
“Sampai saat ini saya belum baca apakah ada perbedaan yang signifikan antara daging dan keong sawah, terutama dari proteinnya,” kata dia yang merupakan dosen di Politeknik Kesehatan Masyarakat Kemenkes Jakarta II itu di Jakarta, Selasa.
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengonsumsi keong sawah salah satunya soal zat racun yang terkandung di dalamnya.
Lalu, soal kandungan kolestrol dalam keong walau memang tak setinggi jerohan.
“Pada keong ada zat-zat toksik nya. Kita makan normal saja berapa porsi. Soal kolestrol, lebih tinggi tetapi tidak lebih tinggi dari jerohan,” tutur Marudut.
Kemudian, berbeda dari daging, pengolahan keong sawah cenderung lebih sulit, karena lendir dan kotorannya harus dipisahkan dulu.
Ketimbang keong sawah, Marudut lebih merekomendasikan ikan sebagai varian pengganti daging.
“Tetapi jelas keong sumber protein. Tetapi jauh lebih baik ikan. Ikan kita melimpah,” tutur dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2017″.
(3) https://goo.gl/eXYoMh, “Heboh Keong Sawah, Pilih yang Normal Saja!
Selasa, 05 Dec 2017 23:38 | editor : Muhammad Syadri
Ahli gizi Marudut (Rieska/JawaPos.com)
JawaPos.com – Pernyataan Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat membandingkan pilihan makan daging dengan keong sawah menjadi viral. Pernyataan Amran mengundang kontroversi di kalangan warganet. Menanggapi hal itu, Ahli Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan, Marudut melontarkan pernyataan tegas.
Menurutnya semestinya pengganti daging sapi dikala harga daging sapi mahal bisa mencari subtitusi protein yang lain, bukan keong sawah. Pasalnya, imej keong sawah yang berlendir tentu tak semuanya diminati masyarakat luas.
“Yang normal sajalah, keong boleh tapi kita membayangkan keong saja sulit. Imej berlendir itu sudah membuat kita mengurungkan niat konsumsi,” ujarnya kepada wartawan di acara konferensi pers bersama Frisian Flag di Jakarta, Selasa (5/12).
Marudut menjelaskan keong sawah tidak terlalu ideal untuk menjadi protein substitusi atau pengganti daging sapi. Dia menyarankan ikan justru melimpah stoknya dan sangat baik menjadi pengganti protein hewani.
“Ikan saja berlebih kenapa enggak ikan saja? Pada daerah tertentu mungkin masih ada keong sawah bisa dikonsumsi. Tapi kan daerah lain mendapatkannya susah,” tukasnya.
Belum lagi, kata Marudut, keong sawah mempunyai kandungan lender dan sedikit toksik atau racun. Meski keong sawah juga mengandung protein hewani, namun Marudut menyarankan ikan jauh lebih baik dipilih.
“Sampai saat ini saya belum baca apakah ada perbedaan signifikan antara daging dan keong sawah. Cuma dua-duanya protein yang baik meskipun keong sawah ada toksik sedikit ya,” tuturnya.
Apalagi cara memasak keong sawah juga sedikit lebih rumit ketimbang daging dan ikan. Masyarakat harus mengolahnya dengan cara memisahkan racunnya terlebih dahulu.
“Ketersediannya sedikit, tak mudah mendapatkannya. Dan cara memasaknya harus memisahkan lendirnya,” katanya.
Sebelumnya Menteri Amran mengucapkan agar masyarakat memilih makan protein pengganti keong sawah di kala harga daging sedang tinggi. Pernyataan itu diungkapkannya saat meninjau harga beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur.
(ika/JPC)”.

Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/567010640298142/