[SALAH] Vaksin PCV Tingkatkan Risiko Pneumonia dan Kematian
Health Mafindo
Salah Kategori Berita: Health Sumber: Instagram.com
Pada Kamis (23/10/2025) akun Instagram “felix.zulhendri.phd” membagikan foto [arsip] beiris studi kohort Real World Effectiveness of Anti-Pneumococcal Vaccination Against Pneumonia in Adults (Catalonia, 2019). Ia menafsirkan data dua juta orang dewasa dalam studi itu sebagai bukti bahwa vaksin PCV meningkatkan risiko pneumonia dan kematian, serta mempertanyakan efektivitasnya pada anak.
Unggahan disertai narasi :
“Bukan cuma ga efektif. Tapi malahan naikin resiko kena pneumonia dan kemati@n”
Hingga Rabu (19/11/2025) unggahan telah mendapatkan 25.100 tanda suka dan 1.900 komentar.
Disadur dari artikel Cek Fakta tempo.co.
Setelah mewawancarai dokter dan meninjau jurnal kredibel, Tempo menyimpulkan bawa penelitian di Catalonia, Spanyol, memiliki kelemahan metodologis, sehingga hasilnya bias dan tidak berlaku untuk anak-anak.
Penelitian itu menggunakan studi kohort retrospektif—metode observasional yang membandingkan kelompok yang divaksin dan tidak divaksin dalam jangka waktu tertentu. Menurut dr. Ari Baskoro dari Universitas Airlangga, desain kohort bukan metode ideal untuk menilai efektivitas vaksin karena rentan bias, terutama bila karakteristik subyek sudah ditentukan dari awal. Dalam studi Catalonia, seluruh peserta berusia di atas 65 tahun dan terdapat ketimpangan besar jumlah antara penerima vaksin dan non-vaksin, sehingga kesimpulan mudah terdistorsi.
Ari menegaskan bahwa penelitian tersebut tidak pernah menyatakan vaksin menyebabkan pneumonia; justru ia menunjukkan bahwa individu dengan risiko tinggi adalah kelompok yang paling membutuhkan vaksinasi.
Untuk menilai efektivitas vaksin secara kuat, Ari menekankan perlunya randomized controlled trial (RCT) dan meta-analisis, karena kedua metode ini mampu meminimalkan bias. RCT mengandalkan randomisasi dan blinding untuk memastikan perbandingan kelompok lebih seimbang, sementara meta-analisis menyatukan data berbagai studi untuk menghasilkan bukti yang lebih presisi.
Dr. Adam Prabata menambahkan bahwa hasil studi Catalonia tidak bisa digeneralisasi untuk anak-anak karena sistem imun, respon antibodi, dan profil efek samping anak berbeda dari lansia. Ia merujuk sebuah systematic review dan meta-analisis di jurnal Vaccine: X yang menganalisis 25 studi tentang vaksin pneumonia pada anak. Hasilnya, vaksin terbukti sangat efektif mencegah penyakit pneumokokus invasif pada anak, dengan efektivitas meningkat seiring jumlah dosis: dari 66,8% (1 dosis) hingga 94,4% (primer + booster).
Selain itu, uji klinis oleh American Academy of Pediatrics pada 1.500 anak—1.000 menerima PCV20 dan 500 PCV13—menunjukkan bahwa vaksin pneumonia memiliki profil keamanan yang baik dan dapat ditoleransi dengan baik oleh anak-anak.