Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)
Klaim tersebut salah. WHO dalam rilis terbarunya terkait tes PCR hanya menekankan bahwa jika terdapat perbedaan antara hasil tes dengan presentasi klinis pasien, bukan terkait hasil tes PCR yang cacat.
Selengkapnya ada di penjelasan.
=====
[KATEGORI]:
MISLEADING CONTENT/Konten Menyesatkan
=====
https://www.instagram.com/p/CMy0xfjLW7v/?igshid=1o9qg6940t2sk
=====
[NARASI]:
“The WHO confirms that the Covid-19 PCR test is flawed: Estimstes of “Possitive Cases” are Meaningless. The Lockdown Has No Scientific Bases”
=====
[PENJELASAN]:
Beredar sebuah unggahan di media sosial Instagram yang menyatakan, WHO telah menegaskan bahwa test PCR Covid-19 berbasis jumlah ambang batas Ct yang selama ini telah dilakukan ternyata memiliki hasil yang cacat. Akun bernama Rippedgymarchive yang membagikan unggahan ini pun menambahkan bahwa estimasi pasien yang terdeteksi positif melalui tes ini, dan lockdown yang telah dilaksanakan, adalah sebuah kekeliruan yang tidak berdasar.
Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim ini ternyata hoaks. WHO sampai hari ini tidak pernah menyatakan bahwa tes PCR merupakan tes yang cacat dan sama sekali tidak menjadi penentu seseorang dinyatakan positif Covid-19 atau tidak.
Melansir dari media FullFact, tes positif dengan nilai Ct tinggi mungkin menunjukkan jumlah RNA virus terdeteksi yang sangat kecil pada pemeriksaan awal mereka, dan mungkin tidak menular atau sedang mengalami infeksi aktif. Namun, ada skenario klinis lain yang menunjukkan bahwa nilai Ct tinggi pada seseorang, masih memungkinkan untuk dapat menularkan atau yang mungkin segera menjadi menular.
Tes PCR terkadang dapat menunjukkan bahwa seseorang tidak tertular virus ketika mereka terinfeksi (negatif palsu). Mereka juga dapat menunjukkan bahwa seseorang terkena virus padahal tidak (positif palsu). Sulit untuk mengatakan berapa banyak negatif palsu dan positif yang dihasilkan oleh tes PCR. Maka dari itu, tetap diperlukan pemeriksaan lanjutan terkait hasil tes ini.
WHO dalam rilis informasi terbarunya pada Januari 2021 pun menyatakan hal yang sama.
“…Diperlukan interpretasi yang cermat terhadap hasil positif yang lemah. Jika hasil tes tidak sesuai dengan presentasi klinis, spesimen baru harus diambil dan diuji ulang menggunakan teknologi NAT yang sama atau berbeda.”
Pernyataan yang terbaru itu pun tidak menarik imbauan terkait penggunaan tes PCR, atau menyatakan bahwa tes PCR benar-benar valid. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa WHO menekankan untuk tetap melihat keselarasan antara hasil tes dengan kondisi pasien positif secara nyata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa klaim yang menyebut bahwa WHO memberi pernyataan terkait hasil tes PCR memiliki hasil yang cacat adalah hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
=====
[REFERENSI]:
https://fullfact.org/health/coronavirus-pcr-test-accuracy/
https://fullfact.org/health/cycle-threshold-values/
https://www.who.int/news/item/20-01-2021-who-information-notice-for-ivd-users-2020-05