Hasil Periksa Fakta Gabriela Nauli Sinaga (Universitas Sumatera Utara)
Faktanya, Vaksin Covid-19 yang diuji cobakan sudah terbukti aman oleh para ahli dan media penelitian hewan. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa hewan-hewan yang menjadi media uji coba vaksin Covid-19 mati karena suntikan vaksin.
Selengkapnya ada di penjelasan.
====
[KATEGORI]:
MISLEADING CONTENT/Konten Menyesatkan
====
MEDIA (archive.vn/uJe1F)
====
[NARASI]:
“What happened to the animals in the studies? This technology has been tried on animals, and in the animal studies done, all the animals died, not immediately from the injection, but months later, from other immune disorders, sepsis and/or cardiac failure. There has never been a long-term successful animal study using this technology. No experimental coronavirus vaccine has succeeded in animal studies. In this study, coronavirus vaccine caused liver inflammation in test animals.”
(terjemahan)
“Apa yang terjadi dengan hewan dalam penelitian? Teknologi ini telah dicoba pada hewan, dan pada hewan penelitian yang dilakukan, semua hewan mati , tidak langsung dari suntikan, tetapi berbulan-bulan kemudian, karena gangguan kekebalan lainnya, sepsis dan / atau gagal jantung. Tidak pernah ada penelitian hewan yang berhasil dalam jangka panjang menggunakan teknologi ini. Tidak ada vaksin virus korona eksperimental yang berhasil dalam penelitian hewan. Dalam penelitian ini, vaksin virus corona menyebabkan radang hati pada hewan uji.”
=====
[PENJELASAN]:
Sebuah unggahan Facebook memperlihatkan tangkapan layar dari artikel penelitian yang menyatakan bahwa hewan yang diberi percobaan vaksin Covid-19, seluruhnya terbukti mati karena gangguan kekebalan, sepsis, dan/atau gagal jantung. Tangkapan layar artikel pun menyertakan bukti berupa tautan hasil penelitian yang membuktikan kebenaran hal tersebut.
Namun setelah dilakukan penelusuran, klaim bahwa seluruh hewan percobaan vaksin Covid-19 mati, sebulan setelah disuntik vaksin, merupakan sebuah kekeliruan.
Diketahui bahwa artikel yang menyebutkan tentang kematian hewan akibat vaksin Covid-19 ternyata memiliki salah tafsir. Tautan yang mendukung klaim mereka pun tidak tepat dengan konteks yang sedang dibicarakan.
Diketahui bahwa tautan yang tercantum dalam tangkapan layar itu merupakan penelitian yang membahas tentang imunisasi sindrom pernafasan akut parah (SARS Coronavirus Vaccines) yang diterbitkan pada tahun 2012. Faktanya, penelitian ini tidak fokus pada vaksin Covid-19, atau bahkan menggunakan teknologi yang sama yang mendukung vaksin Covid-19 saat ini.
Penulis utama studi tahun 2012 sebelumnya telah mengonfirmasi kepada media Reuters bahwa hewan yang digunakan dalam penelitiannya, seperti misalnya tikus, tidak mati akibat vaksin yang diberikan kepada mereka. Dia juga menyatakan bahwa vaksin yang mereka uji dalam studi 2012 lalu, tidak menggunakan teknologi mRNA yang digunakan oleh beberapa vaksin Covid-19, seperti vaksin Pfizer/BioNTech. Hal ini menguatkan fakta bahwa kedua vaksin ini memiliki platform yang berbeda.
Melansir dari media Fullfact.org, Chris Magee, kepala kebijakan dan media di Understanding Animal Research (UAR) mengatakan bahwa dalam kasus vaksin Covid-19, data sudah ada untuk menunjukkan bahwa vaksin itu aman, yang memungkinkan para peneliti untuk menjalankan uji coba pada hewan.
“Seandainya hewan mati selama proses ini, uji coba manusia akan segera dihentikan. Fakta bahwa mereka tidak mati menunjukkan bahwa hewan-hewan itu tidak mati mendadak,” jelasnya.
Dirinya menambahkan bahwa untuk kebutuhan lebih lanjut, beberapa hewan akan melalui prosedur eutanasia (suntik mati) agar dapat diambil organ dalamnya. Ini merupakan cara yang memang diakui aman dan manusiawi untuk hewan. Hal ini lagi-lagi membantah klaim yang menyatakan bahwa hewan mati karena disuntik vaksin. Tampak bahwa sebenarnya hewan-hewan tersebut memang disuntik mati dengan prosedur eutanasia.
Jadi dapat disimpulkan, klaim artikel yang menyebutkan bahwa seluruh hewan mati pada percobaan vaksin Covid-19 merupakan hoaks kategori misleading content atau konten yang menyesatkan.
[REFERENSI]:
https://fullfact.org/online/covid-vaccine-animal-testing/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3436093/
https://www.reuters.com/article/uk-factcheck-mice-idUSKBN2A22UW
Editor: Bentang Febrylian