Bukan saat penjajahan Prancis. Foto aslinya berwarna hitam-putih, dan menjadi sampul buku karya sejarawan Belgia, Paul Van Damme. Menurut Paul, foto tersebut diambil di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960 saat masih menjadi koloni Belgia.
Selengkapnya di bagain PENJELASAN dan REFERENSI
============================================
Kategori : Konten yang Menyesatkan
============================================
Akun Rindu Asmarani Syakilla (fb.com/rindu.a.syakilla) mengunggah sebuah foto dengan narasi sebagai berikut:
“KEBERHASILAN PERANCIS MENJADI TERORIS
Foto ini dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo. Dalam foto tersebut seorang Ayah membawa seorang anak Afrika untuk anak-anaknya sebagai “hiburan”.
Perlu diketahui, bahwa Perancis berhasil membunuh 10 hingga 15 juta penduduk Kongo dalam waktu 50 tahun penjajahannya. Perancis juga berhasil memotong ribuan tangan anak-anak di perkebunan karet dan lahan lainnya sebagai bentuk hukuman atas kegagalan sang Ayah dalam mengumpulkan jumlah karet ataupun bahan tambang lainnya. Sampai akhirnya Negara Kongo dinamakan: “Negara Tangan Yang Terpotong”.
صورة من سنة ١٩٥٥ أثناء احتلال الفرنسي للكونغو حين أتى أب بطفل أفريقي لأبناءه للتسلية به.. حيث قتلت فرنسا في الكونغو لوحدها مابين ١٠ و١٥ مليون كونغولي في خمسين سنة من استعمارها. وقطعت أيدي آلاف من الأطفال في حقول المطاط وغيرها عقاباً لأي أب كونغولي لا ينجح في جمع الكمية المطلوبة من المطاط أو المعادن، حتى سميت الكونغو، “بلد الأيدي المقطوعة”.
إرهاب فرنسا”
Sumber : https://archive.vn/thrZo (Arsip)
============================================
PENJELASAN
Berdasarkan ahsil penelusuran Tim Cek Fakta Tempo, klaim adanya foto anak dalam sangkar yang dibuat pada tahun 1955 di tengah penjajahan Perancis atas Kongo adalah klaim yang salah.
Faktanya, bukan saat penjajahan Prancis. Foto aslinya berwarna hitam-putih, dan menjadi sampul buku karya sejarawan Belgia, Paul Van Damme. Menurut Paul, foto tersebut diambil di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960 saat masih menjadi koloni Belgia.
Dilansir dari Tempo.co, foto itu pun tidak diambil saat Prancis menjajah Kongo, melainkan saat periode Belgia Kongo atau era koloni Belgia atas Kongo. Saat ini, wilayah Kongo yang dulunya merupakan koloni Belgia bernama Republik Demokratik Kongo. Sementara wilayah Kongo yang pernah menjadi koloni Prancis kini bernama Republik Kongo.
Untuk mendapatkan fakta tersebut, Tempo menelusuri jejak digital foto itu dengan reverse image tool Yandex. Lewat cara ini, ditemukan bahwa versi asli foto tersebut adalah berwarna hitam-putih. Foto itu menjadi cover buku berbahasa Belanda yang berjudul “Wit-Zwart in Zwart-Wit: samen en toch apart : foto’s en verhalen uit Belgisch-Congo” karya sejarawan Paul Van Damme. Buku ini terbit pada 8 Mei 2020, dan dijual salah satunya di situs Amazon.
Buku terbitan Borgerhoff & Lamberigts ini sejatinya berkisah tentang studi sejarah terkait hubungan antara warga kulit hitam dan kulit putih di Republik Demokratik Kongo sebelum 1960, atau saat Kongo masih menjadi koloni Belgia. Buku tersebut terbit pada 2020 untuk menandai usia kemerdekaan Republik Demokratik Kongo yang mencapai 60 tahun.
Sepuluh foto dalam buku “Wit-Zwart in Zwart-Wit” tersebut kemudian dipublikasikan pertama kali dalam ukuran yang lebih besar oleh majalah Belgia, Knack, dengan judul “In beeld: foute foto’s van ‘ons Congo'” pada 21 Mei 2020. Salah satu foto memperlihatkan seorang bocah laki-laki berkulit hitam yang berada di dalam sangkar, seperti yang terdapat dalam unggahan akun Ibro Nanang. Menurut Knack, foto itu koleksi Van de Meersche dan berangka tahun 1955.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai konteks foto itu, Tempo menghubungi penulis buku tersebut, Paul Van Damme, sejarawan asal Belgia. Paul menjelaskan bahwa foto tersebut milik keluarga seorang penjajah Belgia, yang diambil antara 1950-1960 di Kongo Belgia. Foto tersebut adalah koleksi Cegesoma yang beralamat di Luchtvaartsquare, Anderlecht. “Foto ini dari koloni Belgia. Dan aslinya tidak berwarna!” kata Paul melalui e-mail pada 6 November 2020.
Menurut Paul, foto itu kemungkinan dimaksudkan sebagai foto “permainan anak-anak”. Tapi fotografer tidak menyadari bahwa foto dan permainan itu salah dan rasis, seperti kolonialisme itu sendiri. Dengan menganggap hal itu normal, fotografer meneruskan persepsi amoral tentang superioritas kulit putih. “Rasisme adalah ciri khas kolonialisme. Dan sekarang, 60 tahun kemudian, rasisme masih menjadi masalah struktural,” kata pria lulusan jurusan ilmu sejarah di KU Leuven, Belgia.
Menurut Paul, foto tersebut tidak terkait dengan apa yang terjadi di Prancis baru-baru ini. Kongo Belgia yang dimaksud adalah yang saat ini bernama Republik Demokratik Kongo. Pada 1908-1960, Republik Demokratik Kongo merupakan koloni Belgia. Sedangkan koloni Prancis adalah Kongo Brazaville, yang saat ini bernama Republik Kongo. “Sungguh mengerikan bagaimana foto ini digunakan untuk tujuan yang berbeda,” katanya.
REFERENSI
https://cekfakta.tempo.co/fakta/1093/fakta-atau-hoaks-benarkah-foto-bocah-dalam-sangkar-ini-dibuat-saat-prancis-jajah-kongo
https://www.knack.be/nieuws/boeken/in-beeld-foute-foto-s-van-ons-congo/diaporama-normal-1601097.html?cookie_check=1604651269
https://www.amazon.co.uk/Wit-zwart-zwart-wit-samen-verhalen-Belgisch-Congo/dp/9463932267