[SALAH] Foto “Lihatlah Kebiadapan Israel Ini”

BUKAN foto kebiadaban Israel. Foto yang diunggah ke internet sejak tahun 2009 itu adalah bagian dari tradisi ‘Tibetan Sky Burial’, sebuah tradisi kuno pemakaman langit di Tibet.

FYI: Sumber klaim dan tautan referensi memuat gambar yang mengganggu bagi sebagian orang, mohon untuk bersikap bijaksana.

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
=============================================
Kategori : Konten yang Salah
=============================================

Beredar artikel berjudul “Kalau Anda Benar,Benar Umat Muslim Mohon Di Bagikan,Lihatlah Kebiadapan Israel Ini”. Artikel ini dimuat di situs berita-inter[dot]net pada bulan April 2020.

Berikut kutipan artikelnya :
“Apa yang ada dalam benak hati anda setelah lihat f0t0 diatas, apakah mendiami ataukah hanya diam saja tutup mulut serta telinga serta berpura-pura tidak paham, mari sebar luaskan inf0rmasi ini supaya semua 0rang di semua dunia tahu kebiadabanya. ASTAGHFIRULLAH. Tidak ada yang memiliki kesangsian mengenai aktivitas tiran pasukan Israel di Palestina di semua dunia. Mereka mulai tingkatkan itu 10-20 th. paling akhir. Dalam rekaman harian Anda dapat memiliki c0nt0h aktivitas tiran pasukan-pasukan Israel di mana mereka yang mengubur anak-anak Muslim hidup hidup.”

Sumber : https://perma.cc/WW57-WNE8 (Arsip)

=============================================

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa foto itu adalah foto kebiadaban Israel adalah klaim yang salah. Sebelumnya foto ini juga pernah diklaim sebagai bukti adanya praktik kanibalisme di konflik Rohingya, Myanmar, namun klaim ini juga jelas salah.

Foto yang diunggah ke internet sejak tahun 2009 itu adalah bagian dari tradisi ‘Tibetan Sky Burial’, sebuah tradisi kuno pemakaman langit di Tibet.

Mayoritas warga Tibet menganut agama Buddha. Mereka menyambut kematian secara sukacita karena percaya reinkarnasi di alam selanjutnya. Oleh karena itulah mereka memilih cara pemakaman langit atau yang disebut dengan ritual ‘Jhator’.

Jhator berarti ‘sky burial’ atau pemakaman di langit. Dinamakan begitu karena ritual Jhator dilakukan di atas bukit atau gunung. Tak sembarang orang bisa dimakamkan dengan cara begini. Jenazah tak boleh di bawah 18 tahun, wanita hamil, atau mereka yang meninggal karena penyakit atau kecelakaan.

Dalam ritual Jhator, jenazah tidak benar-benar dikubur karena tanah di Tibet terlalu keras dan berbatu. Tidak pula dibakar karena kelangkaan bahan bakar dan kayu. Cara mereka adalah dengan memutilasi jenazah, memisahkan daging dan tulang, untuk menjadi makanan Burung Nasar alias burung bangkai.

Burung Nasar dalam bahasa Tibet disebut Dakini, yang berarti penari langit. Warga Tibet yakin, Dakini adalah reinkarnasi dari malaikat. Mereka akan mengambil arwah jenazah dan mengantarnya ke surga, sebuah tempat menunggu reinkarnasi kehidupan selanjutnya.

Bagi orang Tibet, ritual Jhator juga sarat akan nilai religi. Daging manusia diumpankan pada Burung Nasar karena dianggap menyelamatkan hewan-hewan tersebut. Mereka mencontoh salah satu Buddha yakni Sakyamuni, yang konon pernah melakukan hal ini. Untuk menyelamatkan seekor merpati, Sakyamuni memberi makan elang dengan dagingnya sendiri.

Begini proses ritualnya. Setelah upacara kematian, jenazah akan dibiarkan begitu saja selama 3 hari. Para biksu akan berdoa mengelilingi jenazah tersebut sebelum Jhator dilakukan. Jenazah lalu diposisikan seperti janin, sama seperti ketika dilahirkan.

Jhator biasanya dilakukan sebelum fajar. Jenazah dibawa ke atas bukit kemudian dilepas pakaiannya. Mutilasi pun dimulai, pemotongan pertama dilakukan pada punggungnya. Kapak dan parang digunakan karena daya potongnya cepat dan pasti. Tulang, daging, dan organ dalam dipisahkan. Tulang kemudian dihancurkan dan dicampur dengan ‘tsampa’ atau tepung barley panggang. Setelah tubuh benar-benar terpotong seluruhnya, adonan tulang itu kemudian disebar ke tanah. Dakini pun mulai datang.

Masyarakat percaya, agar arwah terbawa sepenuhnya ke surga, seluruh bagian tubuh harus dimakan. Setelah adonan tulang, bagian selanjutnya yang jadi persembahan adalah organ dalam, baru kemudian daging. Bagi orang awam yang melihatnya, tradisi ini tentu terbilang cukup mengerikan. Namun, bagi warga Tibet ritual Jhator menjadi bukti akan pandangan lain terhadap kematian.

Meski banyak pertanyaan yang muncul di benak traveler, melihat prosesi Jhator haram hukumnya bagi mereka yang bukan keluarga. Hanya keluarga mendiang yang boleh hadir di ritual tersebut. Memotret juga haram hukumnya, masyarakat percaya bisa menimbulkan efek negatif bagi arwah mendiang. Traveler memang tidak diperbolehkan untuk melihat ritual Jhator secara langsung. Namun traveler bisa melihat lokasi ritual Jhator di bukit setinggi 4.150 Mdpl dekat Kuil Drigung.

REFERENSI
https://travel.detik.com/international-destination/d-3460949/kuil-drigung-di-tibet-punya-ritual-pemakaman-langit-yang-mengerikan
https://panteidar.wordpress.com/2009/10/30/cenaze-torenleri/
https://www.youtube.com/watch?v=BreEms4m_6U
https://observers.france24.com/en/20190118-debunked-rohingya-cannibals-fake-photo-tibet-sky-burial

About Adi Syafitrah 1634 Articles
Pemeriksa Fakta Mafindo