Pelintiran daur ulang, foto jari palsu yang digunakan adalah untuk mantan anggota Yakuza, tidak ada kaitannya dengan pemilu. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Konten yang Salah.
======
SUMBER
(1) Pesan berantai Whatsapp.
——
(2) http://bit.ly/2Uri7A4 https://archive.fo/hTcN2, post oleh akun “Agniya Nurul Fadhilah” (facebook.com/iffah.musyaroffah), sudah dibagikan 429 kali per tangkapan layar dibuat.
======
NARASI
(1) “Waspadalah
Bagi Ketua/Anggota TPS Hati2 dan Jeli Memperhatikan Jari Tangan Palsu”.
——
(2) “Kecurangan TEMPO DULU jangan sampai terulang kembali __ DEMOKRASI DI NEGERI KITA RUSAK LEMAH TAK BERDAYA !
SEBELUM MASUK DI HARUSKAN CEK TELUNJUK TANGAN DAN BADAN
Wajib ganti presiden
Save INDONESIA RAYA”.
======
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
- Post SUMBER membagikan foto jari palsu buatan Yukako Fukushima yang kegunaannya adalah untuk mantan anggota Yakuza.
- Post SUMBER menambahkan narasi yang tidak sesuai dengan konteks yang sebenarnya dari foto yang digunakan, jari palsu yang tidak terkait dengan pemilu dihubung-hubungkan untuk membangun premis pelintiran.
——
(2) Salah satu sumber gambar adalah dari situs “Akiko Tujita”, per post ini disusun sudah tidak bisa diakses (masih bisa diakses ketika post sebelumnya di http://bit.ly/2u1YliM di 2017 disusun)
——
(3) Beberapa artikel yang terkait:
- Jawa Post @ 26 Jun 2018: “Jari Palsu untuk Yakuza, Bukan Pilkada”, selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.
- SINDOnews(dot)com: “Yukako, Wanita Penolong Yakuza Insyaf dengan Membuat Jari Palsu”, selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.
======
REFERENSI
(1) http://bit.ly/2Uw7vQn Jawa Pos: “Jari Palsu untuk Yakuza, Bukan Pilkada
Jari palsu yang ada dalam foto dibuat atas permintaan para anggota Yakuza yang sudah keluar dari kelompoknya agar lebih mudah berbaur kembali dengan masyarakat.
Jawa Pos 26 Jun 2018
WAYU KOKKANG.JAWA POS
”WASPADA ya guysss,” tulis akun Facebook Henny Bunda Rainun sembari membagikan sebuah foto. Foto itu berbentuk kolase. Satu foto menunjukkan beberapa jari palsu. Di bawahnya terdapat foto jari sedang mencelup tinta berlogo KPU. Dengan melihat itu, tentu banyak pihak mempersepsikan Henny Bunda memperingatkan agar waspada dengan kecurangan pemilu.
Henny tampaknya tipe netizen yang asal posting. Sebab, gambar yang diunggahnya itu sebenarnya sering digunakan sejumlah pihak untuk membentuk opini terkait kecurangan pemilu. Bukan hanya di Indonesia. Gambar serupa sempat digunakan untuk membangun opini kecurangan pemilu di Malaysia.
Ternyata, foto jari palsu tersebut tak terkait dengan kecurangan pemilu. Sebab, jari palsu itu sebenarnya justru dibuat untuk para anggota Yakuza. Sebuah sindikat kejahatan tradisional Jepang. Berita terkait pembuatan jari palsu untuk anggota Yakuza tersebut pernah dibuat oleh ABC News dan Tribunnews. Berita keduanya mirip-mirip. Yakni, terkait tingginya permintaan jari palsu di Jepang.
Permintaan itu meningkat karena fenomena banyaknya anggota Yakuza yang keluar dari kelompoknya. Nah, keluar dari keanggotaan kelompok Yakuza bukan perkara mudah. Terlebih bagi mereka yang telah melakukan pemotongan jari atau yubitsume. Anggota Yakuza yang telah melakukan pemotongan jari akan sulit mencari pekerjaan. Mereka juga minder ketika berada di tengah masyarakat. Karena itulah, muncul permintaan pembuatan jari palsu.
Dikutip dari Tribunnews, sedikitnya 300 anggota Yakuza membuat kelingking palsu di sebuah pabrik pembuatan jari palsu berbahan silikon di Tokyo. CEO Aiwa Prosthetics and Orthoticks Shintaro Hayashi mengatakan, saat ini ada sekitar lima perusahaan pembuat jari palsu di Jepang yang mirip dengan perusahaannya.
Pembuatan jari palsu tidak murah. Satu jari kelingking bisa dibanderol 239 ribu yen atau setara Rp 30,8 juta (kurs Rp 129 per yen). Harga itu merupakan jari palsu dengan kualitas silikon terbaik.
Komisioner KPU Jatim Choirul Anam memastikan kecurangan dengan menggunakan jari palsu mustahil terjadi. Sebab, saat pemungutan suara di TPS, sudah ada pengawasan berlapis. Penandaan mereka yang sudah menggunakan hak pilihnya tidak sekadar mencelupkan jari di tinta.
”Mereka saat masuk juga dipastikan terdaftar di DPT dan wajib membawa formulir C-6,” terang Anam. Peluang berpindah ke TPS lain juga pupus karena persoalan DPT ganda praktis sudah terselesaikan sehingga tidak ada identitas yang tercatat di lebih dari satu TPS.
Menandai jari ke tinta pun tidak bisa asal celup. Jari harus berada di dalam tinta beberapa saat sebelum akhirnya boleh ditarik keluar. Saat mencelupkan jari, sang pemilih akan dilihat langsung oleh petugas KPPS maupun pengawas TPS.
Menurut Anam, informasi hoax tersebut pernah diproduksi pada 2014. ”Selama ini juga tidak pernah ditemukan kasus semacam itu (penggunaan jari palsu),” lanjut mantan komisioner KPU Kota Surabaya itu.”
——
(2) http://bit.ly/2F3nL5T SINDOnews(dot)com: “Yukako, Wanita Penolong Yakuza Insyaf dengan Membuat Jari Palsu
Muhaimin
Selasa, 19 April 2016 – 11:17 WIB
(foto)
Yukako Fukushima, wanita penolong anggota yakuza yang isnyaf dengan membuatkan jari palsu. | (Guardian)
OSAKA – Yukako Fukushima, nama wanita Jepang berusia 44 tahun ini. Dia menolong para yakuza yang insyaf dengan membuatkan jari palsu bagi mereka yang terkena tindakan brutal selama bergabung dengan kelompok gangster di Jepang itu.
Yakuza di Jepang dikenal memotong jari kelingking bagi setiap anggota yang berbuat salah. Bos Yakuza juga dikenal melakukan hal yang sama bagi mereka yang tidak membayar utang.
Di kalangan masyarakat Jepang, bagi orang yang kehilangan jari kelingking diyakini pernah terkait atau berurusan dengan yakuza.
Tapi sekarang, berkat Yukako, para anggota yakuza yang kehilangan jari bisa dibantu. Di sebuh lokakarya di Osaka, Yukako telah membuat banyk jari palsu dengan lebih dari 1.000 warna kulit yang berbeda.
Dengan karyanya itu, para anggota yakuza yang insyaf bisa mencari pekerjaan dan bahkan mitra baru. Usaha itu membuatnya menerima banyak permintaan.
”Jika Anda kehilangan jari dalam kecelakaan mobil, orang simpatik,” katanya kepada Guardian. “Tapi itu tidak terjadi dengan yakuza,” katanya lagi.
Meskipun membantu penjahat isnyaf dan menjalani kehidupan normal lagi, Yukako Fukushima telah menerima kritik, bahkan dari keluarganya sendiri.
Tapi dia sangat ketat memilih siapa yang dia bantu, termasuk dengan syarat yang dia minta.
”Saya perlu bukti bahwa mereka sudah pasti telah meninggalkan geng mereka, dan saya tidak akan menerima uang ekstra dari orang-orang yang ingin melompat,” katanya mengacu pada orang-orang yang ingin insyaf dari kehidupan lamanya.
”Saya sudah menerima keluhan dari gangster yang tidak tidak suka dengan tampilan jari baru mereka (anggota yakuza yang insyaf), tapi saya tidak akan mendengarkan ancaman mereka, bahkan jika mereka datang ke sini dan mulai melemparkan perabotan di sekitar,” ujarnya, yang dilansir Selasa (19/4/2016).
(mas)”.
======
Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/853281458337724/