[SALAH] Pemurtadan Melalui Budaya Betawi

Bukan pemurtadan, yang benar adalah akulturasi budaya Betawi oleh umat Kristiani di daerah Kampung Sawah yang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

======

KATEGORI

Disinformasi.

======

SUMBER

(1) Pesan berantai Whatsapp.

—–

(2) http://bit.ly/2QA27tx, post ke grup “MAJLIS ukhuwah BETAWI” (facebook.com/groups/1426688187559947) oleh akun “Abeh Jawas” (facebook.com/AbehNafisahHadiJawas), sudah dibagikan 7.959 kali per tangkapan layar dibuat.

======

NARASI

(1) “PENTING UTK DIBACA, PEMBOHONGAN PEMURTADAN

Strategi pembohongan publik
Gereja sengaja perintahkan pengikutnya untuk memakai kerudung bagi wanita dan kopiah bagi pria, spy ada kesan bahwa org Islam banyak yg sdh murtad. Coba perhatikan hampir semua wanitanya memakai kerudung. Yg demikian ini sdh menjamur dimana-mana karena strategi politiknya, maka seolah-olah di Indonesia sdh merata murtadnya. Hal ini utk mengelabui kita umat Islam se olah-olah umat Islam sdh banyak yg pindah agama. Jgn tertipu dgn trik-trik mereka.

*TOLONG BANTU SEBARKAN KE SAUDARA” MUSLIM KITA YG LAIN, AGAR MEREKA MENGETAHUI & MEMAHAMI TIPU DAYA MEREKA. CONTOH VIDEO DI ATAS 👆”.

——

(2) “Pemurtatan via lagu betawi sdh mulai marak dan beredar berhati hati lah terhadap anak anak kita”.

======

PENJELASAN

(1) http://bit.ly/2rhTadC / http://bit.ly/2MxVN7S, First Draft News: “Konten yang Salah

Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.

Akulturasi budaya Betawi yang sudah sejak 1896 digunakan oleh umat Kristiani di daerah Kampung Sawah dipelintir dikaitkan ke soal pemurtadan.

——

(2) Beberapa liputan oleh media:

* Liputan6: “”Gereja Kampung Sawah itu sejak 1896. Dimulai dari 18 orang asli Kampung Sawah yang dibaptis menjadi Katolik. Kemudian dari situ sekitar 1922 berdirilah gereja yang pertama. Sampai saat ini,” lanjut dia.”, selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.

* merdeka(dot)com: “Perpaduan antara budaya Betawi dengan kekristenan sebenarnya sudah terjadi sebelum masuknya Katolik ke Kampung Sawah. Meester Anthing adalah orang Protestan pertama yang berhasil masuk ke dalam budaya Betawi. Ia berhasil mendirikan jemaat di Kampung Sawah dan berhasil memadukan ritus-ritus budaya dengan kekristenan yang menitikberatkan pada ngelmu dan hal-hal mistik lainnya.”, selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.

======

REFERENSI

(1) http://bit.ly/2z6XGj2, Liputan6: “Ketika Natal Berpadu Kultur Betawi di Gereja Kampung Sawah

FX. Richo Pramono
25 Des 2015, 20:00 WIB

(foto)
Para jemaat Kampung Sawah banyak yang mengenakan peci dan kerudung, yang umumnya dikenakan masyarakat Betawi.

Liputan6.com, Jakarta – Berbeda dari lainnya di Jakarta, sebuah gereja di wilayah perbatasan Ibu Kota tepatnya di Pondok Melati, Bekasi merayakan Natal dengan nuansa Betawi.

Gereja Katolik Santo Servatius Kampung Sawah menunjukan konsistensinya meneruskan budaya leluhur, yakni budaya Betawi. Termasuk pada perayaan Natal tahun ini.

Nuansa perayaan kelahiran juru selamat Yesus Kristus ini, dikemas dengan nuansa budaya Betawi. Para jemaat Kampung Sawah banyak yang mengenakan peci dan kerudung, yang umumnya dikenakan masyarakat Betawi, serta umat muslim.

“Natal kali ini Betawiannya kita fokuskan jam 9 tadi pagi, diisi dengan tarian dari anak-anak juga,” ujar Matheus Nalih, pengurus Gereja Katolik Santo Servatius Kampung Sawah, Bekasi, Jumat (25/12/2015).

(foto)
(Liputan6.com/FX Richo Pramono)

“Pakaian dan lagu-lagunya juga khas Betawi Kampung Sawah. Pakai baju koko, peci, dan perempuannya pakai kerudung. Kita mencoba untuk memperkenalkan nuansa itu bisa dimulai dari anak-anak,” sambung dia.

Pria yang akrab disapa Bang Nalih tersebut menyatakan, tradisi budaya Betawi telah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu. Sejak gereja tersebut pertama kali terbentuk, sebagai awal cikal bakal Gereja Betawi Kampung Sawah.

“Gereja Kampung Sawah itu sejak 1896. Dimulai dari 18 orang asli Kampung Sawah yang dibaptis menjadi Katolik. Kemudian dari situ sekitar 1922 berdirilah gereja yang pertama. Sampai saat ini,” lanjut dia.

Rutinitas

Ternyata, gereja Katolik Kampung Sawah ini tidak hanya menyelenggarakan ibadat dengan kultur Betawi pada perayaan hari besar. Gereja Betawi itu konsisten melestarikan di setiap ibadat tiap bulan.

“Kita menggunakan kesempatan setiap minggu pertama tiap bulan, mengemas misa dalam inkulturasi Betawi. Itu artinya tidak hanya pakaian, tapi juga aksesoris, dan bahasa Kampung Sawah asli,” ujar Nalih.

“Kami mencoba untuk mengapresiasi dialeg itu tidak hilang itu dengan memulai 2 tahun belakangan ini dengan gencar. Tradisi inkulturasi sudah dari 1996 itu sudah mulai kita apresiasi, bertepatan dengan gedung baru yang sekarang ini berdiri,” sambung dia.

(foto)
(Liputan6.com/FX Richo Pramono)

Kendati, tidak seluruhnya umat Gereja Kampung Sawah asli warga Betawi. Banyak di antara mereka berasal dari suku-suku lainnya. Namun, pelestarian budaya tersebut tidaklah menjadi pembatas bagi umat lainnya.

“Suku lain tidak pernah keberatan. Bahwa prinsip yang paling mendasar adalah siapa yang tinggal dan makan di Kampung Sawah, yang mencari kerja di Kampung Sawah, yang minum dari air Kampung Sawah, itu harus masuk pada suatu konsep menjadi orang Kampung Sawah. Jadi dengan apa yang dikembangkan bernuansa Kampung Sawah, mereka tidak keberatan,” pungkas Nalih.

Perayaan Natal di Gereja Kampung Sawah berjalan dengan semarak dan hikmat sejak Kamis malam. Ribuan umat yang sebagian mengenakan pakaian Betawi, mencurahkan kegembiraannya bersama keluarga, merayakan Natal di gereja ini.”

——

(2) http://bit.ly/2PRaBiU, merdeka(dot)com: “Betawi rasa Kristiani di Kampung Sawah Bekasi

Minggu, 20 Desember 2015 06:00
Reporter : Adi Nugroho

(foto)
pengurus gereja berpakaian adat betawi di Bekasi. ©2015 Merdeka.com/adi

Merdeka.com – Pada akhir abad ke-19, sebagian besar warga Kampung Sawah, Bekasi, telah menganut agama Islam. Walaupun demikian ritual-ritual animisme masih sering mereka lakukan, terutama bila mereka memasuki tempat-tempat yang dianggap angker.

Wilayah Kampung Sawah saat itu masih seperti hutan belantara yang gelap. Mayoritas penghuninya adalah orang-orang Betawi yang berbahasa Melayu dan terdiri dari percampuran berbagai macam kebudayaan dan keturunan.

Perpaduan antara budaya Betawi dengan kekristenan sebenarnya sudah terjadi sebelum masuknya Katolik ke Kampung Sawah. Meester Anthing adalah orang Protestan pertama yang berhasil masuk ke dalam budaya Betawi. Ia berhasil mendirikan jemaat di Kampung Sawah dan berhasil memadukan ritus-ritus budaya dengan kekristenan yang menitikberatkan pada ngelmu dan hal-hal mistik lainnya.

Sayangnya hal tersebut dianggap sinkretisme dan semakin lama praktik-praktik tersebut mulai memudar. Saat ini masih tersisa beberapa anggota jemaat yang menggunakan doa Bapa Kami dalam bahasa Betawi untuk melindungi mereka di tempat-tempat angker.

Paroki Santo Servatius Kampung Sawah sendiri merupakan sempalan dari Gereja Protestan Kampung Sawah yang dirintis oleh Meester Anthing. Pada tahun 1895 jemaat Protestan Kampung Sawah terpecah menjadi tiga fraksi yang saling bermusuhan.

Fraksi pertama adalah kelompok guru Laban yang bermarkas di Kampung Sawah barat, fraksi kedua adalah kelompok Yoseh yang mengadakan kebaktian di Kampung Sawah timur dan fraksi ketiga adalah kelompok guru Nathanael yang memilih Katolik Roma untuk masuk ke Kampung Sawah.

Guru Nathanael sendiri melakukan hal tersebut setelah ia dipecat dari jabatan guru pembantu di Gereja Protestan Kampung Sawah. Ia kemudian mencari bantuan ke gereja Katedral yang berada di Lapangan Banteng, Jakarta.

Pada tanggal 6 Oktober dianggap sebagai hari kelahiran umat Katolik Kampung Sawah (sebutan awal untuk Paroki Santo Servatius Kampung Sawah) setelah Pastor Schweitz membaptis 18 anak di Kampung Sawah.

Dewan Paroki Santo Servatius Kampung Sawah, Matheus Nalih Ungin, membenarkan bahwa gereja perdana diawali oleh 18 orang betawi asli Kampung Sawah yang mengikrarkan diri untuk memeluk agama Katolik.

“Waktu itu tahun 1896, dan mereka lah yang memulai menggunakan tradisi betawi di kampung sawah, khusus untuk warga Katolik,” katanya kepada merdeka.com, Sabtu (19/12).

Hari ini, merdeka.com akan mengulas tentang cerita suku betawi yang menganut agama kristen di Bekasi, juga tentang akulturasi Jawa Hindu dan Belanda. Simak berita selanjutnya. [rnd]”

======

Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/778438759155328/

Bukan pemurtadan, yang benar adalah akulturasi budaya Betawi oleh umat Kristiani di daerah Kampung Sawah yang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

Posted by Aribowo Sasmito on Monday, November 12, 2018

Bukan pemurtadan, yang benar adalah akulturasi budaya Betawi oleh umat Kristiani di daerah Kampung Sawah yang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu. Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.

Posted by Aribowo Sasmito on Monday, November 12, 2018