[BENAR] “BPS Tampik Pernyataan Sandiaga yang Sebut Makan Siang di Singapura Lebih Murah daripada di Indonesia”

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta, Dewi Kundalini Saraswati menampik pernyataan Cawapres Sandiaga Uno yang mengatakan makan siang di Singapura seperti Chiken Rice lebih murah daripada di Indonesia. Alasannya dengan mengingat harga bahan pokok dan makanan jadi relatif stabil. Selain itu diketahui hasil survei terbaru dari The Economist Intelligence Unit berjudul “Worldwide Cost of Living 2018” menunjukkan bahwa Singapura menduduki posisi teratas kota dengan biaya hidup termahal di dunia.

=====

Sumber: Media Daring

=====

Kategori: Klarifikasi

=====

Narasi :
“Kayanya enggak juga, deh. Apalagi kemarin DKI deflasi, harga beberapa bahan pokok relatif stabil. Dari sembilan bahan pokok cuma dua yang naik dikit, yang lain turun,” ujar Dewi saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin (8/10).

=====

Penjelasan :
Calon Wakil Presiden (Cawapres), Sandiaga Uno yang diusung oleh Partai Koalisi Indonesia Makmur yakni Gerindra, Demokrat, PKS dan PAN menyatakan bahwa makan siang di Singapura lebih murah daripada di Indonesia. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mengambil contoh bahwa harga Chiken Rice di Singapura sekitar Rp. 35 ribu sedangkan di sini bisa sampai Rp. 50 ribu.

Pendapat Sandi yang mengaku berasal dari tim ekonominya ditampik oleh Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta, Dewi Kundalini Saraswati. “Kayanya enggak juga, deh. Apalagi kemarin DKI deflasi, harga beberapa bahan pokok relatif stabil. Dari sembilan bahan pokok cuma dua yang naik dikit, yang lain turun,” ujar Dewi, Senin (8/10).

Direktur Statistik Harga BPS, Nurul Hasanudin pun menambahkan jika inflasi di Jakarta sebenarnya cenderung stabil. Bahkan pada September 2018, Ibu Kota mengalami deflasi sebesar 0,13 persen.

Deflasi terkait ayam 0,11 persen, daging sapi 0,01‎ persen, juga ikan-ikanan bawal, gurame, lele juga deflasi. Deflasi terkuat dari ikan-ikanan, itu informasi terkini, yang terjadi di September,” kata Nurul.

Sementara untuk makanan jadi, lanjut dia, juga cenderung stabil, baik untuk jenis makanan lokal maupun asal negara lain. “Ayam goreng stabil, ayam bakar stabil, gado-gado stabil, umumnya stabil, nasi lauk stabil, sate stabil. Telur asin naik. Memang tidak bisa secara langsung angka inflasi merepresntasikan satu komoditas. Makanan Jepang stabil, fuyunghai juga stabil,” ungkap Nurul.

Meski demikian, kata Nurul, pembentukan indikator harga tersebut bukan hanya berdasarkan 1 item komoditas, melainkan terdiri dari 895 item. Oleh sebab itu, untuk menentukan apakah harga makan siang di Jakarta murah atau mahal harus dilihat lebih.

“Memang kita perlu memahami bahwa untuk membangun indikator inflasi tidak hanya dari 1 komoditas tapi 895 komoditas. Untuk makanan jadi ada lebih dari 100 komoditas seperti lauk, bakso. Itu tidak bisa dibandingkan apple to apple. Ketika deflasi ikan, beras inflasi, ketika kita agregatkan itu menjadi deflasi,” tandas dia.

Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Calon Presiden (Capres) dan Cawapres Joko Widodo–Ma’ruf Amin, Arya Sinulingga, juga mempertanyakan keabsahan temuan Sandiaga tersebut. “Bang Sandi dapat data darimana? Setahu saya Singapura masih masuk daftar kota termahal di dunia, sedangkan Jakarta tidak,” ujarnya kepada iNews.id, Sabtu (6/10).

Arya menerangkan berdasarkan hasil survei terakhir, Singapura masih masuk dalam daftar 10 kota atau negara dengan biaya hidup paling tinggi di dunia. Ini secara otomatis juga membuat Singapura menjadi kota termahal se-Asia Tenggara. “Maka itu saya tanya, Bang Sandi makan siangnya di Jakarta dimana? Saya pikir validitas datanya harus dilihat lagi,” tutur Arya.

Diketahui hasil survei terbaru dari The Economist Intelligence Unit berjudul “Worldwide Cost of Living 2018” menunjukkan bahwa Singapura menduduki posisi teratas kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Ini merupakan tahun kelima Singapura dinobatkan sebagai kota termahal oleh survei tersebut. Mahalnya biaya hidup di Singapura disebut lebih tinggi dari negara-negara di Eropa seperti Paris, Zurich dan Kopenhagen.

Survei yang dikeluarkan The Economist Group ini membandingkan lebih dari 400 harga individu dari 160 jenis produk dan jasa yang mencakup makanan, minuman, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga.

=====

Referensi:
1. http://www.tribunnews.com/…/sandiaga-uno-di-singapura-sepir…
2. https://www.liputan6.com/…/sandi-bilang-sepiring-makan-sian…
3. https://www.liputan6.com/…/bps-bantah-tudingan-sandiaga-soa…
4. https://www.inews.id/…/makan-siang-di-jakarta-mahal-jubir-t…
5. https://www.gatra.com/…/353148-Sandi-Sebut-Nasi-Ayam-di-Sin…