“Pergantian itu sudah mendapat persetujuan dari DPRD dan gubernur. Sudah, dan itu kan tokoh nasional, pahlawan nasional satu-satunya dari NTB,” selengkapnya di bagian REFERENSI.
======
KATEGORI
Klarifikasi.
======
SUMBER
(1) Pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.
——
(2) http://bit.ly/2MJoiL5, cuitan oleh akun “Andi Arief” (twitter.com/AndiArief), sudah dibagikan 526 kali per tangkapan layar dibuat.
======
NARASI
“Pak Jokowi, apakah anda tidak punya rasa malu mau mengganti prasasti Bandara Lombok dengan prasasti baru bertandatangan anda?
ini Video SBY meresmikan membangun dab meresmikan Bandara Lombok”.
======
REFERENSI
(1) http://bit.ly/2PHaeU4, Detik: “Rabu 12 September 2018, 17:51 WIB
Heboh soal ‘Prasasti SBY’, Begini Sejarah Bandara Lombok
Bagus Prihantoro Nugroho – detikNews
(foto)
Prasasti peresmian Bandara Internasional Lombok yang ditandatangani SBY. (Foto: dok. istimewa)
Jakarta – Bandara Internasional Lombok, NTB, akan berganti nama menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid. Elite Partai Demokrat (PD) memprotes rencana ini karena khawatir prasasti yang ditandatangani presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diganti oleh Jokowi.
“Pak Jokowi, apakah Anda tidak punya rasa malu mau mengganti prasasti Bandara Lombok dengan prasasti baru bertanda tangan Anda? ini Video SBY meresmikan membangun dan meresmikan Bandara Lombok,” kata Wasekjen PD Andi Arief melalui akun Twitter, Rabu (12/9/2018).
Penggantian nama bandara ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1421 Tahun 2018. Adapun Zainuddin Abdul Majid merupakan tokoh NTB yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional berdasarkan Keppres Nomor 115/TK/Tahun 2017. Kebetulan TGKH Zainuddin Abdul Majid adalah kakek Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang.
“Pergantian itu sudah mendapat persetujuan dari DPRD dan gubernur. Sudah, dan itu kan tokoh nasional, pahlawan nasional satu-satunya dari NTB,” kata Menhub Budi Karya Sumadi saat dimintai konfirmasi detikcom.
Bandara Internasional Lombok diresmikan oleh SBY pada 2011. Sebelumnya, bandara di NTB adalah Selaparang.
Bandara tersebut dibangun karena Bandara Selaparang dianggap tak mampu menampung laju penumpang dari dan ke Lombok. Kala itu, Lombok mulai dilirik mata internasional sebagai destinasi wisata selain Bali.
Kala itu SBY meresmikan Bandara Internasional Lombok bersama 2 menteri barunya, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perhubungan EE Mangindaan. Baru meresmikan, SBY langsung meminta runway bandara itu diperpanjang.
“Sekarang runway baru 2.750 meter. Perlu diperpanjang menjadi 3.000 meter. Kepada Menteri Perhubungan saya minta ini tidak terlalu lama. Kan hanya diperpanjang 250 meter,” kata SBY saat berpidato dalam peresmian bandara, Kamis (20/10/2011).
Dalam acara peresmian tersebut juga hadir Jusuf Kalla, yang kala itu merupakan mantan wakil presiden. SBY berpasangan dengan Jusuf Kalla pada periode 2004-2009. Selain itu, SBY langsung bertemu dengan PM Malaysia yang kini telah lengser, Najib Razak, di Lombok setelah meresmikan bandara.
Dibangun pada 2005
Bandara Internasional Lombok (BIL) dibangun pada 2005 atau pada periode pertama kepemimpinan SBY. Saat itu, yang menjabat Menteri Perhubungan adalah Hatta Rajasa.
Sempat ada penolakan oleh sekelompok masyarakat atas pembangunan bandara tersebut. Padahal pihak Angkasa Pura I sudah membebaskan lahan seluas 500 hektare untuk pembangunan bandara.
Hatta Rajasa, yang sedianya melakukan peletakan batu pertama waktu itu, sempat diminta pulang oleh aparat kepolisian karena situasi genting. Namun Hatta menolak kembali ke Jakarta dan tetap melanjutkan prosesi peletakan batu pertama.
Pembangunan Bandar Udara Lombok menelan biaya Rp 945,8 miliar. Meski berbiaya relatif tinggi, kehadiran BIL saat itu dianggap mampu menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.
(bag/tor)”.
——
(2) http://bit.ly/2Nnsh5j, CNN Indonesia: “Jejak SBY di Bandara Lombok dan Polemik Prasasti Era Jokowi
Aryo Putranto, CNN Indonesia | Kamis, 13/09/2018 10:06 WIB
(foto)
Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. (www.angkasapura1.co.id)
Jakarta, CNN Indonesia — Bandara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) mendadak meramaikan jagat pemberitaan politik tanah air. Penyebabnya adalah keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang mengubah nama bandara menjadi Zainuddin Abdul Madjid.
Keputusan Budi mengubah nama Bandara Internasional Lombok disampaikan dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1421 Tahun 2018.
Zainuddin Abdul Majid merupakan tokoh NTB yang ditetapkan menjadi pahlawan nasional berdasarkan Keppres Nomor 115/TK/Tahun 2017. Mendiang adalah kakek Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi atau juga dikenal dengan nama Tuan Guru Bajang (TGB).
“Pergantian itu sudah mendapat persetujuan dari DPRD dan gubernur. Sudah, dan itu kan tokoh nasional, pahlawan nasional satu-satunya dari NTB,” kata Menhub Budi Karya Sumadi saat dikonfirmasi kemarin.
Di masa lalu, satu-satunya bandara di NTB adalah Selaparang. Namun, Bandara Selaparang dianggap terlampau kecil dan tak mampu menampung laju penumpang dari dan ke Lombok. Lombok pada saat bersamaan mulai dilirik turis dunia sebagai tujuan wisata selain Bali.
Pembangunan Bandara Internasional Lombok (BIL) dimulai pada periode pertama kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2005. Setelah dihitung-hitung, proyek pembangunan bandara baru itu menelan biaya hampir Rp 950 miliar buat pembebasan lahan dan pembangunan.
Karena dirancang untuk melayani pesawat-pesawat jet mutakhir masa kini, maka landas pacu Bandara Internasional Lombok dibuat sepanjang 2,750 meter. Namun, saat peresmian SBY menyatakan landasan itu masih kurang panjang karena seharusnya mencapai tiga kilometer.
(foto)
SBY menyesalkan kabar/isu pencopotan prasasti bandara Lombok yang dia bangun. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Seperti halnya saat ini, proyek BIL ketika itu juga menghadapi penolakan dari masyarakat setempat. Meski saat itu Angkasa Pura I sudah membebaskan lahan seluas 500 hektare untuk pembangunan bandara, warga tetap berkeras dan situasi sempat tegang.
Menteri Perhubungan ketika itu, Hatta Rajasa bahkan sempat disarankan lekas kembali ke Jakarta dan mengurungkan niatnya melakukan proses peletakan batu pertama dalam proyek. Namun, dia ngotot melakukan hal itu.
Enam tahun berlalu, akhirnya proyek itu kelar juga pada 2011. Presiden SBY lantas meresmikan Bandara Internasional Lombok pada masa pemerintahan kedua bersama dua menteri saat itu, yakni Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perhubungan EE Mangindaan.
Tujuh tahun berselang, pemerintahan Presiden Jokowi memutuskan mengubah nama bandara itu. Aroma politis sangat terasa dalam polemik pergantian nama bandara itu. Apalagi TGB yang mulanya kader Partai Demokrat saat ini mendukung Presiden Joko Widodo.
Yang bereaksi paling keras dari keputusan Budi adalah Partai Demokrat. Sebab, mereka khawatir rezim Jokowi bakal melepas prasasti peresmian diteken SBY tujuh tahun lalu.
(foto)
Presiden Joko Widodo dan TGB Zainul Majdi saat meninjau korban gempa Lombok. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)
SBY mengaku tidak memiliki hak menghalang-halangi keinginan Jokowi jika ingin mengganti prasasti. SBY juga mengatakan tidak memiliki kemampuan untuk menolak rencana penggantian nama sekaligus prasasti. Karenanya, SBY mempersilakan Jokowi, selaku presiden saat ini, jika ingin mengganti prasasti di bandara tersebut.
SBY mengatakan prasasti dan jejak sejarah memang dapat dihapus oleh manusia. Kapan saja dan dimana saja.
“Namun, saya sangat yakin, catatan Allah SWT tidak akan pernah bisa dihapus,” ujar SBY.
Sejauh ini belum ada kabar rencana penggantian prasasti bandara tersebut seiring dengan penggantian nama bandara. CNNIndonesia.com sudah berusaha mengonfirmasi hal tersebut Kepala Bagian Kerjasama dan Humas Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Sindi Rahayu tetapi belum ditanggapi.
TGB sementara itu mengklarifikasi bahwa terlepas dari perubahan nama tersebut, prasasti yang ditandatangani oleh SBY pada 2011 masih akan tetap ada.
“Saya sangat menyayangkan Pak SBY diberi kabar hoax mengenai rencana pencopotan prasasti, hingga mengeluarkan statement yang keliru,” ujarnnya.
——
(3) http://bit.ly/2OBuk2e, VIVA: “TGB Ingatkan SBY Tak Perlu Sensi soal Prasasti Bandara Lombok
Tim VIVA »
BERITA POLITIK
Sabtu, 15 September 2018 | 00:02 WIB
(foto)
ANTARA Foto/Puspa Perwitasari
Tuan Guru Bajang
VIVA – Gubernur Nusa Tenggara Barat, Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang, prihatin atas informasi palsu alias hoax yang diberikan kepada Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Informasi hoax ini berupa penghilangan prasasti peresmian Bandara Internasional Lombok yang pernah ditandatangani SBY pada 2011 lalu.
“Saya sangat menyayangkan Pak SBY diberi kabar hoax mengenai rencana pencopotan prasasti hingga mengeluarkan statement keliru,” kata TGB dalam keterangannya, Jumat 14 September 2018.
Menurut TGB, dirinya tak pernah berniat sekalipun menghilangkan jejak SBY dalam proses pembangunan bandara itu. Apalagi hal tersebut dikaitkan perubahan nama dari Bandara Internasional Lombok menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid yang ditetapkan Presiden Jokowi.
“Jasa beliau (SBY) dihargai. Sehingga tidak perlu ada yang sensi. Saya pastikan Pak Jokowi bukan orang yang suka menafikan jasa pemimpin sebelumnya, bahkan beliau selalu mengapresiasi karya pendahulunya,” ujarnya.
Kemudian, TGB mengatakan, arti pemberian nama menjadi Zainuddin Abdul Madjid punya pesan penting bagi masyarakat generasi NTB selanjutnya. Ia pun tak sungkan mengapresiasi kepada Jokowi terkait nama tersebut.
“Kami masyarakat Lombok berterima kasih pada Pak Jokowi atas penetapan nama bandara yang mengabadikan nama pahlawan nasional satu-satunya dari NTB, yaitu Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,” kata dia.”
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/749228302076374/