“Pada tahun 2014, berita ini menyebutkan RS Duren Sawit sebagai tempat berobat anak tersebut. Dan saat itu, banyak pihak yang meminta konfirmasi kepada RS Duren Sawit. Jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada anak 6 tahun tersebut yang menjadi pasien RS Duren Sawit.”, selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Hoaks.
======
SUMBER
(1) Pesan berantai Whatsapp.
——
(2) http://bit.ly/2OpYtkj, post oleh akun-akun di Facebook.
——
(3) http://bit.ly/2vx3nFm, post oleh akun-akun di Twitter.
======
NARASI
“Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama…”, selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.
======
PENJELASAN
(1) http://bit.ly/2rhTadC, firsdraftnews.org: “Konten Palsu
Konten baru yang 100% salah dan didesain untuk menipu serta merugikan”.
——
(2) the Asian Parent Indonesia: “Di tahun 2014, berita yang sangat mirip pun beredar luas di media sosial. Hanya saja, nama “bu Siti” dulunya adalah “Bu Fulana”.
Anaknya pun sama, anak 6 tahun.
Kronologisnya pun sama, ada 42:6 dan doa masuk kamar mandi.
Hoax itupun diikuti dengan bualan bahwa anak 6 tahun ini adalah anak terkecil di RSJ tersebut. Lima anak lainnya adalah anak broken home.
Pada tahun 2014, berita ini menyebutkan RS Duren Sawit sebagai tempat berobat anak tersebut. Dan saat itu, banyak pihak yang meminta konfirmasi kepada RS Duren Sawit.
Jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada anak 6 tahun tersebut yang menjadi pasien RS Duren Sawit.
Ternyata kali ini hoaxer menghapus nama RS itu dan berhasil membuat berita itu jadi viral lagi.”, selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.
——
(3) Republika: “Fakta lain menyebutkn bahwa ternyata di rumah sakit tersebut tidak memiliki fasilitas rawat inap anak di unit psikiatrinya. “Sejauh ini RS Duren sawit tidak menerima pasien rawat inap jiwa untuk anak,” tambahnya.”, selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.
======
REFERENSI
(1) http://bit.ly/2Oq6vK1, the Asian Parent Indonesia: “Berita Anak 6 Tahun Gila Karena Kebanyakan Les, Hoax Tahun 2014?
(foto)
Berita anak 6 tahun yang gila karena terlalu banyak belajar, menjadi viral sejak di-posting di akun Facebook Andi Teposs.
Berita anak 6 tahun yang menderita gangguan jiwa karena dipaksa belajar terus oleh ibunya telah menjadi viral di berbagai media sosial seperti Facebook, Twitter ataupun Path.
Postingan itu berawal dari akun Facebook Andi Teposs tentang anak 6 tahun tersebut seperti ini:
“Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak teman saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang wanita karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama.
Anaknya adalah seorang anak perempuan yang manis, umurnya baru 6 tahunan. tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan. Waktu saya datang dia langsung mengenali saya sebagai teman mamanya..
” bu siti ya” ( bukan nama sebenarnya) “iya ” jawab saya, agak terharu karena dia mengenali saya
” Ayoo.. bu siti.. 42: 6 berapaa?”
” Kalau do’a masuk kamar mandi?”
Kemudian dia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas,
Ada senam bersama, lalu dia menirukan gerakan senam versi dia kemudian menyanyikan lagu 5×5 =25, setelah itu dia melafalkan doa sebelum makan.
” bu siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah setelah itu pulangnya ke mall, bisa?”
– Lucu?? Pintar?? Cerdas??..
mungkin itu juga yang ada di benak teman- teman saat mengikuti celoteh anak perempuan teman saya itu.
Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya.
Ÿä.. saya turut prihatin dg penyakit yg sedang diderita oleh anaknya…
Penyakit apakah itu? Yang pasti bukan sembarang penyakit seperti anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek.
Jangan terkejut teman teman… karena saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa…
Ya… sebuah Rumah Sakit Jiwa di kawasan Jakarta Timur.
Minggu2 terakhir ini sang anak sangat suka menangis.
Kalau ditanya apa saja…jawabnya sering ngelantur, “7” “24 : 6 = 4…””how are you” , dan jawaban lain seperti huruf hijaiyah, kemudian menirukan gaya gurunya mengajar.
Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika & k**** yg target tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit, kemudian les bahasa inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain shg mengakibatkan anak terlalu jenuh.
Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya,tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, bahasa inggris atau pelajaran mengaji.. “apa ini? huruf….hijaiyyah..” jadi dia menirukan gaya gurunya..dan jika bertemu orang yang memakai baju guru dia langsung tertekan.
Yg lebih mengharukan lagi, saat melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang..”bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi aku ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng/cantik aja..”
Dia memang tinggal di kamar VIP… jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari…
Dan ternyata ada 5 anak kecil yg masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi dia yg paling kecil…sisanya umur 12 tahunan.. karena broken home..
Intinya, postingan tersebut memaparkan kondisi memprihatinkan si anak yang menjadi gila karena sering dipaksa belajar oleh ibunya sendiri.
Berita anak 6 tahun ini hoax?
Di tahun 2014, berita yang sangat mirip pun beredar luas di media sosial. Hanya saja, nama “bu Siti” dulunya adalah “Bu Fulana”.
Anaknya pun sama, anak 6 tahun.
Kronologisnya pun sama, ada 42:6 dan doa masuk kamar mandi.
Hoax itupun diikuti dengan bualan bahwa anak 6 tahun ini adalah anak terkecil di RSJ tersebut. Lima anak lainnya adalah anak broken home.
Pada tahun 2014, berita ini menyebutkan RS Duren Sawit sebagai tempat berobat anak tersebut. Dan saat itu, banyak pihak yang meminta konfirmasi kepada RS Duren Sawit.
Jawabannya adalah tidak benar. Tidak ada anak 6 tahun tersebut yang menjadi pasien RS Duren Sawit.
Ternyata kali ini hoaxer menghapus nama RS itu dan berhasil membuat berita itu jadi viral lagi.
Be smart!
Parents, hati-hatilah menyaring informasi yang tersebar luas di media sosial. Banyak sekali berita hoax yang beredar, bahkan bukan hanya di media sosial.
Blog-blog pribadi pun seringkali memuat berita ataupun informasi yang tidak benar.
Tips dari kami adalah, selalu mengecek kebenaran berita ke situs-situs yang terpercaya. Jangan asal percaya lalu terpancing emosi.
Banyak sekali penipuan melalui media sosial hanya karena penggunanya sangat mudah tertipu.
Walaupun berita tentang anak 6 tahun itu adalah berita bohong belaka, kita ambil saja hikmahnya bahwa anak tidak boleh terlalu stres akibat berbagai les.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Mereka belajar secara alami sambil bermain.”
——
(2) http://bit.ly/2KI0pm3, Republika: “Heboh di Dunia Maya, Kabar Anak 6 Tahun Gila Ternyata Hoax!
Jumat 28 November 2014 13:34 WIB
Rep: Desy Susilawati/ Red: Winda Destiana Putri
(foto)
Respon netizen anak kecil gila karena obsesi ibunya
Foto: ROL/Winda Destiana
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jagat dunia maya sempat dihebohkan oleh pemberitaan anak usia enam tahun yang mengalami gangguan kejiwaan karena menuruti obsesi ibundanya.
Menurut berita tersebut, anak perempuan yang kelelahan akibat terlalu diporsir belajar dirawat di salah satu Rumah Sakit Jiwa yang ada di kawasan Jakarta Timur ternyata tidak benar.
Psikolog dari Rumah Sakit Duren Sawit, Jakarta-Timur, Nurul Annisa yang disebut-sebut sebagai rumah sakit menampung anak usia enam tahun tersebut membantah dengan keras bahwa ada anak di bawah umur yang dirawat dirumah sakit tempatnya bekerja.
Sejauh ini, tidak ada pasien usia enam tahun yang terdaftar sebagai pasien rawat inap. “Informasi tersebut tidak benar. Saya sudah mengkonfirmasi ke bagian rawat inap, tidak ada pasien seperti yang diberitakan,” ujarnya dalam pesan singkat yang diterima Republika, Jumat (28/11).
Nurul Annisa juga mengaku dirinya dan dua psikolog lain yang bekerja disana, juga tidak pernah menerima atau menangani pasien yang diberitakan tersebut.
Fakta lain menyebutkn bahwa ternyata di rumah sakit tersebut tidak memiliki fasilitas rawat inap anak di unit psikiatrinya. “Sejauh ini RS Duren sawit tidak menerima pasien rawat inap jiwa untuk anak,” tambahnya.
Penanganan permasalahan anak, selalu melibatkan orangtua. Sehingga penanganan di rumah dengan dukungan dari berbagai pihak yang signifikan bagi anak akan lebih baik bagi perkembangan psikologis anak.
Ia juga mengungkapkan di rumah sakit tempat ia praktek pasien termuda yang terdaftar di rumah sakit berusia 19 tahun.”
——
(3) Post sebelumnya di http://bit.ly/2MavVyM.
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/718352215163983/