“efek imunisasi ini, memang menyebabkan anak seperti mengalami keracunan, seperti mual, dan muntah, akan tetapi hanya akan berlangsung sesaat dan tidak akan menimbulkan bahaya bagi tubuh.”, selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Klarifikasi.
======
SUMBER
(1) Pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.
——
(2) http://bit.ly/2vhFa5M, post dari akun “Abdullah Salam” (facebook.com/abdullah.salam.33633), sudah dibagikan 36.311 kali per tangkapan layar dibuat.
======
NARASI
“MASIHKAH DEPKES INGIN MEMAKSAKAN VAKSINASI???
LIHAT INI CONTOH NYO, MENYEDIHKAN SEKALI…”
(Isi selanjutnya adalah salinan dari sumber di (1) bagian PENJELASAN).
======
PENJELASAN
(1) Tribun News: “90-an Santriwati Bergelimpangan Usai Suntik Vaksin Difteri”, salah satu laman sumber yang fotonya digunakan oleh post sumber. Selengkapnya di (4) bagian REFERENSI.
——
(2) Berita Satu: “Pamekasan – Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan Ali Maksum menyatakan kasus puluhan santri di Pesantren Sumber Gayam yang tiba-tiba sakit dengan kondisi tubuh demam tinggi, mual dan muntah-muntah karena efek dari Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri.
“Bukan keracunan, tapi dampak penyakit bawaan pascaimunisasi difteri,” kata Maksum kepada Antara per telepon, Minggu (11/2) siang.
Ia menjelaskan, efek imunisasi ini, memang menyebabkan anak seperti mengalami keracunan, seperti mual, dan muntah, akan tetapi hanya akan berlangsung sesaat dan tidak akan menimbulkan bahaya bagi tubuh.
Selain itu, daerah bekas suntikan terasa sakit, bengkak, dan kemerahan, mengalami demam tinggi. Kadang bisa sakit perut dan diare. Anak juga bisa menjadi rewel, nafsu makan menurun, dan lemas.
“Tapi, hasil koordinasi kami dengan petugas medis, kondisinya terpantau stabil,” ujar Ali Maksum.”, selengkapnya di (1) bagian REFERENSI.
——
(3) Republika: “Jika Demam Setelah ORI Difteri, Kemenkes Imbau Lakukan Ini”, selengkapnya di (2) bagian REFERENSI.
——
(4) Web MD: “Apakah Efek Samping dan Risiko Tdap dan Td?
Seperti semua obat-obatan, vaksin dapat memiliki efek samping. Namun, peluang reaksi yang mengancam jiwa kecil. CDC mengatakan bahaya mengembangkan pertusis, tetanus, atau difteri jauh lebih besar daripada risiko vaksinasi.
Efek samping ringan dari Tdap mungkin termasuk :
* Nyeri, kemerahan, atau bengkak di lengan tempat suntikan itu diberikan
* Demam ringan
* Sakit kepala
* Kelelahan
* Perut sakit, termasuk mual , muntah , atau diare
* Nyeri otot dan nyeri
* Kelenjar bengkak
* Efek samping yang ringan dari Td bisa termasuk :
Nyeri, kemerahan, atau bengkak di lengan tempat suntikan itu diberikan
* Demam ringan
* Sakit kepala
Pada beberapa orang, efek samping ini mungkin lebih intens. Mereka mungkin sementara mengganggu kegiatan sehari-hari. Pembengkakan lengan yang parah telah dilaporkan pada tiga dari 100 orang yang menerima Tdap atau Td. Sekitar satu dari 250 orang dewasa yang menerima vaksin Tdap mengalami demam 102 F atau lebih tinggi.
Selama uji klinis Tdap, dua orang dewasa mengalami masalah sistem saraf sementara. Tidak diketahui apakah ini karena vaksin atau tidak. Dalam kasus yang jarang terjadi, vaksinasi dengan Tdap atau Td telah menyebabkan pembengkakan lengan yang ekstrim di mana suntikan diberikan.”, selengkapnya di (3) bagian REFERENSI.
======
REFERENSI
(1) http://bit.ly/2LRUlgo, Berita Satu: “Dinkes Pamekasan: Kasus Santri Kadur Efek ORI Difteri
(foto)
Ilustrasi pasien keracunan. ( Foto: Antara )
/ JAS Minggu, 11 Februari 2018 | 14:01 WIB
Pamekasan – Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan Ali Maksum menyatakan kasus puluhan santri di Pesantren Sumber Gayam yang tiba-tiba sakit dengan kondisi tubuh demam tinggi, mual dan muntah-muntah karena efek dari Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri.
“Bukan keracunan, tapi dampak penyakit bawaan pascaimunisasi difteri,” kata Maksum kepada Antara per telepon, Minggu (11/2) siang.
Ia menjelaskan, efek imunisasi ini, memang menyebabkan anak seperti mengalami keracunan, seperti mual, dan muntah, akan tetapi hanya akan berlangsung sesaat dan tidak akan menimbulkan bahaya bagi tubuh.
Selain itu, daerah bekas suntikan terasa sakit, bengkak, dan kemerahan, mengalami demam tinggi. Kadang bisa sakit perut dan diare. Anak juga bisa menjadi rewel, nafsu makan menurun, dan lemas.
“Tapi, hasil koordinasi kami dengan petugas medis, kondisinya terpantau stabil,” ujar Ali Maksum.
Ia juga meminta agar para orang tua santri tidak panik terkait kondisi itu. Maksum menilai, kasus yang menimpa para santri itu, juga bisa dimungkinkan karena faktor psikologis.
Sebab, menurut dia, saat pelaksanaan ORI Difteri yang digelar di Pesantren Sumber Gayam, Kadur, Sabtu (10/2) memang sudah ada beberapa yang langsung demam.
“Mungkin, karena adanya temannya yang sakit itu, maka santri lainnya yang juga disuntik difteri kemarin, juga merasa takut dan shock,” ujarnya, menjelaskan.
Sekretaris Dinkes Pemkab Pamekasan, Jawa Timur, juga membenarkan bahwa santri yang sakit secara tiba-tiba itu, kini tidak hanya dirawat di Puskesmas Kadur, akan tetapi juga di Puskesmas Larangan, bahkan sebagian ada yang terpaksa dirujuk ke RSUD Pamekasan.
“Tapi, berdasarkan hasil koordinasi terakhir para santri dirawat, baik di Puskesmas Kadur, Larangan, maupun di RSUD Pamekasan kondisinya kini sudah lebih baik,” kata Ali Maksum, menjelaskan.
Pada Minggu pagi, puluhan santri dari Pondok Pesantren Sumber Gayam, Kadur, Pamekasan, Madura, tiba-tiba mengalami demam tinggi, muntah-muntah, sehingga harus dirujuk ke dua puskesmas terdekat, yakni Puskesmas Kadur dan Puskesmas Larangan, bahkan sebagian harus dirujuk ke RSUD Pamekasan.
Di Puskesmas Kadur, jumlah santri yang menjalani perawatan sebanyak 18 orang, dan puluhan santri lainnya menjalani peratawan di Puskesmas Larangan dan sebagian di RSUD Pamekasan.
Sumber: ANTARA”.
——
(2) http://bit.ly/2vxMiu5, Republika: “Jika Demam Setelah ORI Difteri, Kemenkes Imbau Lakukan Ini
Rabu 13 December 2017 19:36 WIB
Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Winda Destiana Putri
(foto)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Imunisasi Massal Difteri. Sejumlah pelajar melakukan imunisasi Difteri di MIT Al-Qolam, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (11/12).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan beberapa imbauan orang tua atau keluarga dari anak yang demam setelah mendapatkan Outbreak Response Immunization (ORI) yaitu pemberian imunisasi setelah mendapat laporan kejadian luar biasa (KLB) difteri. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Mohamad Subuh mengatakan, kalaupun memang ada keluhan efek samping pascamendapatkan ORI rata-rata mengalami demam atau sedikit pegal-pegal karena disuntik sebelah kiri.
Meski keluhan yang ada tidak dilaporkan berkepanjangan, Kemenkes memberikan imbauan khusus. “Setiap orang tua mendapat pemberitahuan dulu mengenai jika terjadi efek samping setelah imunisasi. Kemudian orang tua juga dibekali obat anti demam parasetamol,” ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (13/12).
Obat parasetamol ini, kata dia, hanya diminum kalau sang buah hati atau keluarga setelah mendapatkan ORI mengalami demam atau sakit. Kalau tidak mengalami demam, Subuh meminta supaya parasetamol ini tidak dikonsumsi.
“Tetapi kalau sudah diminum dan tetap sakit maka orang tua bisa mendatangi pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) tempat mendapat imunisasi ini atau melaporkannya ke sekolah untuk diteruskan ke puskesmas,” ujarnya.
Nantinya mungkin ada pemeriksaan oleh dokter puskesmas tersebut untuk diketahui apakah mendapatkan tindakan lebih lanjut. Subuh mengklaim, Kemenkes telah mengantisipasi hal ini apalagi memiliki pengalaman sukses melaksanakan imunisasi measles rubella (MR) dua bulan lalu.”
——
(3) Web MD: “Tetanus, Difteri, Pertusis Vaksin untuk Dewasa
Tdap adalah vaksin kombinasi yang melindungi terhadap tiga penyakit bakteri yang berpotensi mengancam jiwa: tetanus , difteri, dan pertusis ( batuk rejan ). Td adalah vaksin booster untuk tetanus dan difteri. Itu tidak melindungi terhadap pertusis.
Tetanus memasuki tubuh melalui luka atau sayatan. Ini mempengaruhi otak dan sistem syaraf dan menyebabkan kejang otot yang sangat menyakitkan . Spasme rahang bisa membuat Anda tidak bisa membuka mulut . Kondisi ini sering disebut “lockjaw.” Tetanus membunuh satu dari lima orang yang terinfeksi penyakit.
Difteri adalah infeksi yang sangat menular yang membuatnya sulit untuk bernafas. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan kerusakan jantung dan saraf .
Pertusis , atau batuk rejan , adalah infeksi pernapasan yang sangat menular yang dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah , terutama pada bayi. Pertusis pertama muncul seperti flu biasa, tetapi kemudian menyebabkan mantra batuk yang intens dan tak terkendali . Suara “raungan” terdengar ketika orang tersebut mencoba mengambil napas setelah batuk .
Penyakit-penyakit ini dulunya cukup umum di AS dan menyebabkan banyak kematian. Namun, vaksinasi rutin membantu hampir menghilangkan infeksi tetanus dan difteri. Pertusis adalah satu-satunya penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin yang terus meningkat di AS Sebelum tahun 2005, hanya anak-anak kecil yang dapat menerima vaksin pertussis . Imunitas yang hilang dan vaksinasi yang tidak memadai – banyak orang tua memilih untuk tidak memvaksinasi anak-anak mereka – telah menyebabkan kebangkitan penyakit di AS dalam beberapa tahun terakhir. Wabah pertusis di kalangan remaja dan orang dewasa telah dilaporkan di beberapa negara bagian.
Vaksinasi tdap menawarkan pencegahan terbaik terhadap pertusis, tetanus, dan difteri. Tdap singkatan toksoid tetanus dan difteri dengan pertusis pertusis. Dipasarkan dengan nama merek Adacel dan Boostrix.
Tdap adalah vaksin yang tidak aktif, yang berarti itu dibuat menggunakan bakteri mati. Kuman mati tidak bisa membuat Anda sakit. Tdap tidak sama dengan DTaP, vaksin yang digunakan untuk anak-anak untuk mencegah penyakit yang sama.
Kapan Orang Dewasa Harus DiVaksinasi Dengan Tdap?
CDC merekomendasikan vaksin Tdap untuk semua orang dewasa berusia 19 tahun ke atas yang belum pernah menerima vaksin, terutama:
* Petugas kesehatan yang memiliki kontak langsung dengan pasien
* Pengasuh bayi di bawah 1 tahun, termasuk orang tua, kakek-nenek, dan pengasuh anak
* Wanita hamil di trimester ketiga mereka (idealnya 27 hingga 36 minggu), bahkan jika mereka sebelumnya telah menerima vaksin Tdap; ini dapat melindungi bayi baru lahir dari batuk rejan pada bulan-bulan pertama kehidupan.
* Ibu baru yang belum pernah menerima Tdap
* Orang-orang yang bepergian ke negara-negara di mana pertusis adalah umum
Anda mungkin diberi vaksin Tdap jika Anda mengalami luka parah atau terbakar dan belum pernah menerima dosis sebelumnya. Luka parah atau luka bakar meningkatkan risiko Anda untuk tetanus.
Vaksin Tdap dapat diberikan kapan saja sepanjang tahun. Hanya satu suntikan diperlukan. Ini mungkin diberikan dengan vaksinasi lainnya. Tdap dapat diberikan terlepas dari interval sejak vaksin Td terakhir diberikan.
Vaksin Tdap dapat digunakan secara aman untuk mereka yang berusia 65 dan lebih, menurut 2013 rekomendasi CDC.
Siapa yang Butuh Suntikan Booster?
Tdap hanya diberikan sekali selama masa hidup Anda. Namun, Anda mungkin perlu suntikan rutin vaksin Td setiap 10 tahun untuk melindungi Anda terhadap tetanus dan difteri secara memadai.
Siapa yang Tidak Boleh Mendapatkan Vaksin?
Anda seharusnya tidak menerima vaksin jika Anda memiliki:
* Reaksi alergi yang serius terhadap salah satu bahan vaksin di masa lalu
* Sebuah koma atau kejang dalam waktu seminggu setelah menerima vaksinasi masa kanak-kanak untuk pertusis (seperti DTaP), kecuali vaksin itu bukan penyebabnya; Td dapat digunakan dalam kasus-kasus ini.
Jika Anda memiliki salah satu dari yang berikut, bicarakan dengan dokter Anda tentang apakah vaksin Tdap atau Td tepat untuk Anda:
* Epilepsi atau masalah sistem saraf lainnya
* Guillain -Barré syndrome ( GBS )
* Riwayat pembengkakan atau nyeri yang parah setelah menerima vaksinasi pertusis, tetanus, atau difteri di masa lalu
* Jika Anda sedang sakit parah (dokter Anda mungkin menyarankan menunggu untuk mendapatkan suntikan sampai Anda pulih); CDC mengatakan Anda masih bisa mendapatkan vaksin jika Anda memiliki penyakit ringan seperti demam dingin atau demam ringan.
Apakah Efek Samping dan Risiko Tdap dan Td?
Seperti semua obat-obatan, vaksin dapat memiliki efek samping. Namun, peluang reaksi yang mengancam jiwa kecil. CDC mengatakan bahaya mengembangkan pertusis, tetanus, atau difteri jauh lebih besar daripada risiko vaksinasi.
Efek samping ringan dari Tdap mungkin termasuk :
* Nyeri, kemerahan, atau bengkak di lengan tempat suntikan itu diberikan
* Demam ringan
* Sakit kepala
* Kelelahan
* Perut sakit, termasuk mual , muntah , atau diare
* Nyeri otot dan nyeri
* Kelenjar bengkak
Efek samping yang ringan dari Td bisa termasuk :
* Nyeri, kemerahan, atau bengkak di lengan tempat suntikan itu diberikan
* Demam ringan
* Sakit kepala
Pada beberapa orang, efek samping ini mungkin lebih intens. Mereka mungkin sementara mengganggu kegiatan sehari-hari. Pembengkakan lengan yang parah telah dilaporkan pada tiga dari 100 orang yang menerima Tdap atau Td. Sekitar satu dari 250 orang dewasa yang menerima vaksin Tdap mengalami demam 102 F atau lebih tinggi.
Selama uji klinis Tdap, dua orang dewasa mengalami masalah sistem saraf sementara. Tidak diketahui apakah ini karena vaksin atau tidak. Dalam kasus yang jarang terjadi, vaksinasi dengan Tdap atau Td telah menyebabkan pembengkakan lengan yang ekstrim di mana tembakan diberikan.
Dapatkah Orang Dewasa Memiliki Reaksi Alergi terhadap Tdap atau Vaksin Td?
Meskipun jarang, seseorang mungkin memiliki reaksi alergi yang parah terhadap bahan dalam vaksin Tdap atau Td. Ini umumnya terjadi dalam waktu kurang dari satu dalam satu juta dosis. Sebagian besar waktu, reaksi seperti itu terjadi dalam beberapa menit setelah menerima vaksin. Berikut ini dapat berupa tanda-tanda reaksi alergi yang parah , yang disebut anafilaksis :
* Perubahan perilaku
* Kesulitan bernapas, termasuk mengi
* Pusing
* Suara serak
* Demam tinggi
* Hives
* Kulit pucat
* Jantung berdetak cepat
* Kelemahan
Carilah perawatan medis segera jika Anda melihat tanda-tanda ini setelah menerima vaksin Tdap atau Td.
Referensi Medis WebMD diulas oleh Minesh Khatri, MD pada 30 April 2017
Sumber-sumber © 2017 WebMD, LLC. Seluruh hak cipta.
(Google Translate Chrome extension, tautan ke bahasa asli (English) di https://wb.md/2vHj4cr).
——
(4) http://bit.ly/2vyXsPi, Tribun News: “90-an Santriwati Bergelimpangan Usai Suntik Vaksin Difteri
Minggu, 11 Februari 2018 18:09 WIB
(foto)
Surya/Muchsin
Seorang siswi digotong ke mobil ambulans untuk dipindah ke Puskesmas lain karena Puskesmas Kadur tidak mampu menampung jumlah korban pengaruh vaksin imuniasi difteri, Minggu (11/2/2018)
TRIBUNNEWS.COM, PAMEKASAN – Sekitar 90 siswi dan santriwati dari 3 sekolah di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Minggu (11/2/2018) mengalami pusing dan sesak nafas setelah mendapatkan suntikan vaksin difteri.
Tiga lembaga pendidikan itu adalah MTs Al Falah dan SMA Al Falah di Desa Sumber Gayam, kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Madura, serta MTs Hidayatul Mubtabiin, Desa Pancoran Barat, Kecamatan Kadur, Pamekasan.
Sehari sebelumnya, para santriwati itu menjalani imunisasi difteri yang dilakukan petugas puskesmas Kadur.
Imunisasi itu digelar di sekolah sekitar pukul 08.30 WIB.
Namun keluhan sesak nafas dan pusing baru dirasakan malamnya. Beberapa bahkan dirawat di Puskesmas Kadur.
Namun karena jumlah siswi mengalami keluhan serupa membludak, sementara Puskemas Kadur tidak mampu menampung mereka yang terus berdatangan, petugas terpaksa membawa korban ke Puskesmas Lararangan, Puskesmas Talang, Puskesmas Bulai Galis dan sebagian dirujuk ke RSUD Slamet Martodirjo, Pamekasan.
Sampai siang tadi, sekitar pukul 13.30, jumlah korban tertus berdatangan.
Sebagian dari mereka bahkan sampai dibawa ke musala yang terletak di halaman rumah Moh Syaiful, anggota DPRD Pamekasan dan ditidurkan di lantai dengan beralaskan karpet.
Sedang untuk penyanggah botol infus, menggunakan tali rafia yang dibentangkan di dalam musalla.
Begitu juga penanganan korban di Puskesmas Larangan.
(foto)
Suasana di puskesmas tempat para santriwati menjalani perawatan. (surabaya.tribunnews.com/muchsin)
Lantaran ruang rawat dan tempat tidur yang tidak memadai itu, maka terpaksa beberapa korban ditidurkan di lantai di sejumlah ruangan dengan hanya beralaskan tikar.
Suasana kegaduhan orang tua dan keluarga yang datang ke Puskesmas Kadur dan Puskesmas Larangan tidak terhindarkan.
Beberapa ibu terlihat histeris dan hilir mudik, sembari memanggil-manggil perawat supaya segera memberi penanganan kepada anak-anaknya.
Namun karena jumlah petugas di puskesmas terbatas, sementara korban terus bertambah, maka kondisi ini membuat panik orang tua.
“Tolong panggilkan perawat ke sini, anak saya sesak nafas butuh pertolongan secepatnya,” kata seorang wanita tergopoh-gopoh menemui petugas medis Puskesmas Larangan.
Tidak hanya petugas medis yang dibuat kebingungan dengan membludaknya korban ini, sejumlah aparat TNI berpakaian dinas dan preman, termasuk aparat Polres Pamekasan ikut membantu menggotong tubuh korban dari ambulan menuju ruangan puskesmas.
Begitu juga Camat Kadur, Amirussaleh, yang meninjau ke Puskesmas Kadur, terlihat tegang.
Beberapa kali dia menemui keluarga korban menanyakan kondisi anaknya. Kemudian koordinasi dengan aparat kepolisian dan koramil.
Sebanyak lima unit mobil ambulan dikerahkan untuk mengangkut korban, untuk dirawat ke beberapa puskesmas dan rumah sakit.
Ketika ambulan datang ke puskesmas dengan suara sirene yang meraung-raung menurunkan korban dan sebaliknya, sejumlah warga berebut mendekat untuk menggotong.
Kepala SMA Al Falah, Ponpes Sumber Gayam, Mohammad Jazuli, yang ikut mengantar siswanya ke Puskesmas Kadur, mengatakan, seluruh santri dan siswi MTs dan SMA Al Falah mendapat suntikan untuk imunisasi difteri dari petugas Puskesmas Kadur, pada Sabtu (10/2/2018) pagi.
Namun pada malam harinya, sebagian dari siswa yang mondok itu mulai merasakan pengaruh vaksin difteri. Mereka mengaku kepalanya pusing, sesak nafas mual.
Karena kondisinya tidak memungkinkan, maka dibawa ke Puskesmas Kadur untuk mendapatkan penanganan.
Nanun esok harinya, Minggu (11/2/2018), sebagian dari mereka pulang, sebagian sudah dipulangkan.
Sehingga siswi lain yang tidak apa-apa tetap masuk sekolah seperti biasa. Hanya saja beberapa siswa kembali mengalami hal serupa yang disusul siswa lainnya.
“Sebetulnya jadwal untuk pemberian vaksin difteri ini akan dilakukan Senin (12/2/2018), besok. Tapi kenapa tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada kami, jadwalnya dimajukan pada Sabtu kemarin. Dan sebagian besar dari siswi yang mendapat suntikan ini belum sarapan,” ungkap Jazuli. (Muchsin)”
======
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/711306312535240/