“Jumat 30 Maret 2018, 17:47 WIB
Dokter ini Aktif ‘Sembuhkan’ Pasien dari Kabar Hoax
Hilda Meilisa Rinanda – detikNews
(foto)
dr Heri Munajib melakukan sosialisasi antihoax di Poli Saraf RSU dr Soetomo (Foto: istimewa)
Surabaya – Maraknya hoax, isu SARA, dan ujaran kebencian yang mudah menyebar lewat media sosial, membuat masyarakat, tokoh publik, hingga petugas negara beramai-ramai memerangi hal ini. Tak terkecuali dengan yang dilakukan dokter yang sedang menggeluti ilmu spesialis saraf ini, dr Heri Munajib.
Dokter Heri memiliki cara lain menyebarkan pengetahuan kepada pasien untuk memerangi hoax yang beredar melalui media sosial. Yakni dengan melakukan sosialisasi akan bahaya kabar bohong yang beredar, terlebih yang ada di bidang kesehatan.
Kegiatan Heri tak cuma diadakan sekali, namun sosialisasi ini rutin dilakukan setiap bulan sekali. Targetnya adalah pasien dan pengunjung poli saraf di RSU Dr Soetomo Surabaya karena Heri melakukan sosialisasi di ruang poli saraf RSU dr Soetomo.
Tetapi untuk acara terakhir, Heri menggelarnya di Taman Pendidikan Wachid Hasyim Sidotopo wetan dalam Literasi Digital Pesantren. Kegiatan ini turut menggandeng organisasi PDNU dan RMI NU, untuk presentasi kiat menangkal hoax.
Heri mengaku aksinya ini lantaran menilik dari banyaknya hoax yang menyebar terlebih informasi bohong tersebut berisi tentang dunia kesehatan. Hal ini berawal dari keresahannya melihat masyarakat percaya informasi kesehatan yang salah.
“Sebenarnya berita hoax di bidang kesehatan ini sudah lama, sejauh yang saya ingat sejak tahun 2000 sudah mulai marak,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini saat dihubungi detikcom, Jumat (30/3/2018).
Hal ini, lanjut Heri, seiring dengan semaraknya perkembangan teknologi kala itu. Mulai dari SMS di handphone hingga Blackberry Messenger pada 2007. Menurut Heri, kemudahan akses di dunia maya sebanding dengan mudahnya informasi apapun masuk.
“Kemudahan orang mengakses dunia maya lewat gadget maka semakin mudah pula masyarakat dicekoki dengan berita sampah tentang kesehatan yang tidak ada pertanggung jawabannya,” tambah Heri.
Menurut Heri, penyebaran hoax ini memang tak bisa dibiarkan begitu saja. Karena banyak oknum yang bermain di belakangnya. Tentu oknum ini memiliki motif dan kepentingan sendiri.
(foto)
dr Heri Munajib cukup sering melakukan sosialisasi antihoax Foto: istimewa
“Orang bikin berita hoax jelas banyak motifnya, dan ada sponsor di belakangnya,” jelas Heri.
Tak hanya itu, tambah Heri, informasi yang salah ini seakan pas dengan kebutuhan dan keingintahuan masyarakat. “Ditambah rasa kepo masyakat kita sehingga bisa klop,” ujar dokter yang pernah bertugas di RS Semen Gresik ini.
Aksinya ini tidak cukup dengan mengenalkan bahaya ketika masyarakat menyebarkan kabar bohong, Heri juga memberi contoh hoax yang telah tersebar. Namun, dia turut menyajikan fakta untuk menepis kebohongan informasi ini.
Jika hal ini semakin marak dan berlanjut di masyarakat, Heri tak bisa membayangkan bagaimana kerugian yang akan diterima. Misalnya saja dia memberi contoh ketika hoax kebenaran jika air mineral bermerek tertentu dituduh mengandung fluorida. Padahal, fluorida memang zat alam yang kandungannya ada di air mineral, dan hal ini tidak memiliki dampak besar.
Tidak cukup sampai di situ, contoh yang paling gamblang menurut Heri adalah hoax seputar antivaksin.
“Di sini, banyak orang-orang dengan gerakan anti vaksin, dengan data abal-abal dan dalil agama yang serampangan mereka menyasar dunia maya,” tambah Heri.
Aksi ini memang telah terjadi sejak tahun 2007 hingga 2017. Dampak dari informasi hoax ini, lanjut Heri, menghasilkan wabah difteri yang telah lama hilang dari Indonesia, kini muncul kembali.
Dalam materi yang dia sampaikan, Heri juga menyajikan fakta mengejutkan jika sebenarnya ada konspirasi di balik semua kabar bohong ini. Misalnya saja konspirasi dari Yahudi di Israel yang menginginkan umat Muslim Indonesia semakin banyak terjangkit penyakit.
“Saya ambil dari salah satu koran Israel, keluarga yang menolak vaksinasi maka segala subsidi dari negara dicabut, lha disini kok malah membalikkan berita?” kata Heri.
Melalui aksinya ini, Heri berharap masyarakat semakin melek akan informasi yang benar dan salah di dunia maya.
“Semoga masyarakat semakin sadar dan bertabayyun diri bila ada info kesehatan yang masih meragukan jangan asal share,” tambah dokter yang kini sedang mengenyam pendidikan spesialis saraf di Universitas Airlangga Surabaya.
Tak hanya itu, jika ada informasi yang masih diragukan kebenarannya, ada pula aksi Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) yang bisa membantu untuk menganalisis melalui sudut pandang kesehatan. Caranya, masyarakat bisa mengirim email ke PDNUcybertroops@gmail.com untuk selanjutnya menunggu balasan benar atau tidaknya informasi tersebut.
(iwd/iwd)”