[Siaran Pers] “Pemutakhiran Informasi Kerja Melawan Hoax Di Indonesia”

MAFINDO pernah men-debunk Kompas.com karena Kompas.com memuat misinformasi. Waktu itu Kompas.com mengambil berita dari situs satire luar negeri, dan ditulis di Kompas.com menjadi seolah fakta. Satire itu tentang vokalis Metallica yang mendapatkan gelar doktor di bidang astrofisika. Setelah MAFINDO melayangkan (posting) debunk-nya di Forum Antifitnah Hasut dan Hoax/FAFHH, ada yang menghubungi redaksi Kompas.com, dan tidak lama kemudian berita itu diklarifikasi. Kompas.com sama sekali tidak marah kepada MAFINDO. Mungkin mereka bahkan menegur editor yang kurang teliti.

Di FAFHH, media daring (online) arus utama (mainstream) lain pun pernah beberapa kali di_debunk_ bersama oleh relawan MAFINDO. Yang masuk kategori ini a.l. Tempo, Detik, Republika, Tribunnews, Jawapos, MetroTV. Situs non-dewan pers, apalagi yang abal-abal seperti posmetro, piyungan, nbcindonesia, tentu jauh lebih sering lagi kami debunk, tidak bisa dibandingkan dengan media daring arus utama.

Media daring arus utama punya kode etik yaitu Pedoman Media Siber. Kalau ada informasi yang mereka layangkan terbukti keliru, mereka harus memuat klarifikasinya. MAFINDO masih melihat beberapa kelemahan dalam Pedoman Media Siber ini. Saat ini kami sedang berupaya mengusulkan beberapa rumusan perbaikan. Tapi tentu tetap jauh lebih baik media daring yang menggunakan PMS daripada media yang tidak menggunakan PMS atau kode etik lain yang setara. Media non-PMS jarang sekali yang mau memuat klarifikasi atas pemuatan informasi yang keliru bahkan yang menyesatkan.

Sejak tahun 2017, MAFINDO bersama Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) yang dimotori oleh salah satunya Bli Komang (Pemred Tempo.co) menginisiasi kolaborasi cek fakta antar media. Hal ini terinspirasi oleh kolaborasi CrossCheck yang dibuat oleh jejaring media arus utama di Prancis menjelang Pilpres Prancis 2017.

MAFINDO dan Tempo sudah menandatangani MoU kolaborasi cek fakta ini, dimana MAFINDO mengelola database bersama yang bisa diakses oleh baik media ataupun jurnalis. MAFINDO dan Tempo mengharapkan kolaborasi ini bisa mempersingkat waktu debunk, mempermudah diseminasi klarifikasi, sekaligus mengurangi reinventing the wheel. Hasil debunk yang dibuat oleh salah satu media bisa dipakai oleh media lain dengan menyematkan kreditnya.

Kemudian Kompas menyusul memprakarsai kolaborasi dengan MAFINDO, dan akan segera diikuti oleh 18 media daring arus utama lainnya. Dan MAFINDO bersyukur, AMSI menempatkan program kolaborasi cek fakta ini sebagai salah satu program prioritasnya.

Database yang nanti akan dikerjakan beramai-ramai oleh relawan TurnBackHoax, fulltimer factchecker, maupun rekan media ini akan terhubung ke mesin Google Fact Check Tag (melalui Google Claim Review) dan Facebook melalui API yang diberi nama Yudistira. Bahkan database ini juga sudah disiapkan untuk terhubung ke Whatsapp. Di Google misalnya, jika database hasil debunk sudah terkait dengan mesin Google Fact Check Tag, maka setiap hasil pencarian (search) yang mengarah ke tautan (link) situs berita hoax, akan ditandai (flagged).

Untuk peningkatan kualitas jurnalisme, Google News Lab bersama Firstdraft dan Storyful, menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan MAFINDO membentuk Google News Lab Training Network. Google News Lab Training Network akan menyelesaikan training verifikasi informasi kepada 1800 jurnalis di seluruh Indonesia.

Parlemen Singapura bahkan tertarik untuk mempelajari prakarsa yang sedang dilakukan di Indonesia. Mereka mengundang MAFINDO dalam sesi hearing yang rencana akan dilakukan tanggal 16 Maret 2018 di Singapura. Mereka ingin mempelajari seluk-beluk online falsehood dan cara menangkalnya.

Upaya ini dikerjakan oleh MAFINDO secara serius, sebagian besar dengan model kerelawanan. Untuk mempersiapkan masa depan anak cucu kita yang bebas dari fitnah, hasut, dan hoaks, tidak ada cara lain selain dengan merelakan sebagian waktu dan tenaga kita untuk menjaga negeri ini aman tenteram tanpa hoaks.

Narahubung: Septiaji Eko Nugroho, Ketua MAFINDO