[SALAH] Foto anak berdarah mahasiswa Poly University korban demo demo rusuh di Hongkong

Bukan korban akibat demo rusuh di Hongkong. Anak di dalam foto adalah Dicha Larasati Putri, anak Indonesia berusia 9 tahun yang didiagnosis menderita Bernards Soulier Syndrome, sebuah kelainan genetika yang langka bawaan turunan berupa ketidakmampuan tubuh membekukan darah (koagulasi).

Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI

=============================================
Kategori : Konten yang Salah
=============================================

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mendapatkan mendapat informasi dari Taiwan Fact Check Center (kolega Mafindo sesama factchecker yang bersertifikasi IFCN) bahwa beredar foto mahasiwa Poly University Hongkong yang berdarah dan diklaim sebagai korban demo rusuh di Hongkong.

Foto tersebut diberi narasi, yang jika diterjemahkan dengan Google Lens sebagai berikut:

“The students of Poly university was stocked and very tired without any food. They were also inhured by the acid water from Police. Many students are sick, losing temperature and ear blooding. Hong Kong administration is going to cut the supply of water and electricity. It is getting worse .”

Sumber klaim sudah tidak bisa diakses ketika artikel ini disusun, salah satu tangkapan layar dari klaim ini diunggah ke kolom komentar postingan milik akun facebook Dicha Larasati.

https://perma.cc/TT4D-7W6N (Arsip)

=============================================

PENJELASAN

Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan fakta bahwa anak yang ada di dalam foto yang diklaim itu bukanlah mahasiswa Poly University Hongkong.

Anak tersebut adalah Dicha Larasati Putri, usianya sekarang sembilan tahun, lahir di Balikpapan, 21 juli 2010. Dicha adalah putri ketiga dari Ayah bernama Mudji Purwanto dan Ibu bernama Nurlina.

Pada tahun 2015, Dicha didiagnosis menderita Bernards Soulier Syndrome, sebuah kelainan genetika yang teramat langka.

Bernards Soulier Syndrome, BSS kependekannya, adalah kelainan bawaan turunan berupa ketidakmampuan tubuh membekukan darah (koagulasi). Tanda-tanda paling jelas adalah ukuran trombosit (sel yang berperan membekukan darah) di pembuluh darah sangat besar, sering disebut raksasa, namun jumlahnya rendah (trombositopenia). BSS membuat penderitanya cenderung berdarah berlebihan dan mudah memar.

Sindrom Bernard-Soulier merupakan kelainan yang amat langka. Perkiraan terbaru menunjukkan, sindrom ini hanya diderita sekitar satu juta orang dari 7 miliar penduduk dunia. Darah yang tidak mampu menggumpal sehingga mengakibatkan perdarahan terus-menerus diduga disebabkan kurangnya glycoprotein Ib/IX/V. Protein jenis ini sangat penting dalam proses penggumpalan trombosit di sekitar pembuluh darah yang terluka. Tanpa glycoprotein yang cukup, perdarahan penderitanya akan berkepanjangan.

Dicha mulai masuk rumah sakit pada Desember 2017. Kelainan pada tubuh membuat dia koma selama dua pekan. Sadar dari koma, Dicha didiagnosis menderita amnesia permanen. Berbagai pemeriksaan telah ditempuh untuk mengembalikan ingatannya.

“Memorinya kembali seperti bayi yang baru lahir. Ingatannya adalah ingatan baru. Memori baru. Masa lalunya hilang. Itu kata dokter. Dia tidak ingat lagi orangtuanya, saudara-saudara, teman-temannya, termasuk siapa dirinya,” tutur Nurlina. Ketika sang ibu berbicara, Dicha sesekali memanggil adiknya –anak dari pernikahan kedua Nurlina.

Dicha sempat bersekolah sebelum kehilangan ingatan. Ia tercatat sebagai murid kelas tiga di SD 015 Balikpapan. Setelah didiagnosis amnesia permanen, Dicha sempat diajar oleh guru privat. Sang guru, kata Nurlina, menyerah. Sangat sulit, bahkan untuk menanamkan satu huruf di ingatannya.

“Dicha kehilangan kemampuan membaca dan menulis. Memegang pensil pun tidak bisa. Penyakit itu (BSS) sudah menyerang saraf motorik,” lanjut Nurlina.

Baik Dicha maupun orangtuanya, mengaku belum pernah pergi ke Hongkong sebelumnya, sehingga bisa dipastikan bahwa narasi caption yang menyertai foto itu di akun media sosial di Taiwan adalah menyesatkan. Dan usianya yang baru 9 tahun tentulah ia bukan mahasiswa di Poly University.

Mafindo telah menghubungi langsung orangtuanya melalui WhatsApp dan meminta ijin untuk mempublikasikan informasi yang sesungguhnya, karena selain digunakan untuk hoax di Taiwan, ternyata fotonya juga digunakan oleh penipu yang mengatasnamakan Dicha untuk mengambil keuntungan pribadi.

Reporter kaltimkece.id menjenguk Dicha pada Ahad, 6 Oktober 2019. Gadis kecil itu dirawat di Ruang Isolasi Nomor 7, Bangsal Melati, RSUD Abdul Wahab Sjahranie, Samarinda. Dicha mengenakan baju berwarna ungu putih bergaris horizontal. Selimut biru menutupi pinggang hingga ujung kakinya. Mulutnya ditutupi masker.

Di balik masker itu, sebuah selang kecil masuk ke lubang hidung kiri. Selang ini menjadi jalur keluarnya darah dari lambung. Darah Dicha memang keluar terus-menerus tanpa henti. Kantong yang menampung darah tersebut tergeletak di sebelah kiri Dicha. Tak jauh dari situ, sebuah boneka merah muda dengan setia mengganjal kepalanya.

Terkait Taiwan Fact Check Center : https://tfc-taiwan.org.tw/about/purpose

REFERENSI :
https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/1036562663342935/
https://www.facebook.com/dini.angraini.31392/posts/658344428029275
https://kaltimkece.id/mereka/humaniora/prahara-hidup-nurlina-tiga-anak-meninggal-karena-sakit-putri-terakhir-mengidap-kelainan-langka
https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20151022/281492160167131

About Adi Syafitrah 1653 Articles
Pemeriksa Fakta Mafindo