[SALAH} Menkeu Purbaya Akan Kembalikan Harga Bensin Seperti di Masa Soeharto

  • Tidak ditemukan informasi kredibel yang membenarkan klaim pada narasi.
  • Unggahan berisi klaim “Menkeu Purbaya akan kembalikan harga bensin seperti di masa Soeharto” merupakan konten palsu (fabricated content).

Akun Facebook “Ali Mutawar” pada Sabtu (1/11/2025) mengunggah video [arsip] yang menampilkan foto Menteri Keuangan, Purbaya yang disertai narasi:

“S4YA AKAN KEMBALIKAN HARGA BENSIN KE ERA SOEHARTO

“LUAR BIASA, PERT4MIN4! PERUS4H44N KEB4N99AAN NEGERI YANG TERNY4T4 TERLALU CERD4S UNTUK JADI JUJUR

BANYANGKAN, MINYAK DIS3DOT DARI BUMI INDONESIA, DIKIRIM KE SINGAPURA, LALU DI JUAL LAGI KE RAKYAT INDONESIA SENDIRI DENGAN HARGA YANG TENTU SAJA LEBIH M4HAL

NETIZEN: B3GITULAH P4K BUMN KIT4 NYARI UNTUNG SENDIRI G4K MIKIRIN RAKYAT

BAGAIMANA PENDAPAT KALIAN…??“

Hingga Rabu (5/11/2025), unggahan telah disukai sekitar 15.000 akun, 600-an kali dibagikan ulang, serta menuai 856 komentar.

Pemeriksaan Fakta

Tim Pemeriksa Fakta Mafindo (TurnBackHoax) melakukan penelusuran terhadap klaim dengan mengetikkan kata kunci “Purbaya akan turunkan harga bensin seperti di masa Soeharto” di mesin pencarian Google. Hasilnya, tidak terdapat informasi yang relevan dengan klaim pada narasi.

Lebih lanjut, TurnBackHoax menelusuri “harga bensin di era Soeharto” di mesin penelusuran Google. Pencarian teratas merujuk pada artikel Tempo.co “Riwayat Kenaikan Harga BBM Mulai Era Soeharto sampai Joko Widodo”.

Dalam artikel yang diunggah pada (4/9/2022) itu menyebutkan detail kenaikan BBM sejak era Soeharto yang semula Rp150 per liter pada tahun 1980, hingga Rp10.000 per liter pada era Joko Widodo. 

Kenaikan BBM dari tahun ke tahun seperti dikutip dari laman resmi Kementerian ESDM esdm.go.idKenapa Harga BBM Harus Dinaikkan?”, diakibatkan oleh beberapa aspek seperti kenaikan harga minyak mentah dan nilai tukar Dollar ke Rupiah.

Kesimpulan

Unggahan berisi klaim “Menkeu Purbaya akan kembalikan harga bensin seperti di masa Soeharto” merupakan konten palsu (fabricated content).

(Ditulis oleh Vinanda Febriani)