Hasil periksa fakta Raymondha Elsha
Klaim mengenai 74 persen orang yang meninggal mendadak akibat vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan otoritas kesehatan dunia dan akademisi, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukan kematian mendadak yang terjadi disebabkan oleh vaksin Covid-19.
===========
[KATEGORI]: Konten Menyesatkan
===========
[SUMBER]: Facebook https://ghostarchive.org/archive/nuJuS (arsip)
===========
[NARASI]: “tujuh puluh empat orang yang meninggal mendadak itu diakibatkan oleh vaksin covid sembilan belas”
===========
[PENJELASAN]:
Artikel disadur dari Tempo.
Beredar video di media sosial Facebook menyebutkan bahwa terdapat 74 persen orang yang meninggal mendadak akibat vaksin Covid-19. Video ini berisi pengakuan seseorang bahwa ia mendengar cerita bahwa ada kliennya yang sering sakit setelah menerima vaksin Covid-19. Disebutkan juga, vaksin merusak 2 hal, yaitu membuat darah jadi beku dan merusak DNA.
Dilansir dari Reuters, terkait klaim kematian mendadak yang beredar di media sosial, FDA mengatakan “hasil tinjauan terhadap informasi klinis yang tersedia, termasuk sertifikat kematian, otopsi, dan rekam medis, tidak menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan vaksin Covid-19.”
CDC juga menuliskan bahwa semua vaksin Covid-19 telah melewati uji klinis yang ketat. Uji klinis untuk vaksin dilakukan dengan membandingkan hasil berapa banyak orang yang jatuh sakit, antara orang yang divaksinasi dan orang yang tidak divaksinasi. Hasil dari uji coba menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 aman dan efektif, terutama terhadap penyakit parah, rawat inap, dan kematian.
Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa klaim mengenai 74 persen orang yang meninggal mendadak akibat vaksin Covid-19 adalah tidak benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan otoritas kesehatan dunia dan akademisi, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukan kematian mendadak yang terjadi disebabkan oleh vaksin Covid-19.
===========
[REFERENSI] :
https://cekfakta.tempo.co/fakta/3117/keliru-74-persen-orang-meninggal-akibat-vaksin-covid-19