
- Faktanya, perlindungan spesifik terhadap penyakit seperti campak dan polio hanya dapat diperoleh melalui imunisasi lengkap.
- Unggahan video berisi klaim “ASI dapat gantikan fungsi imunisasi campak dan polio” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
Pada Rabu (4/6/2025) akun TikTok “habib_muhammad_assegaf” membagikan video [arsip] berisi narasi:
“Imunisasi, apa yang bermacam-macam, tidak perlu ikut-ikutan. Kenapa? Banyak dampak negatifnya daripada manfaatnya. Imunisasi yang terbaik untuk anak kita adalah air susu ibu. Anak kamu itu disusui sendiri sehat, Bu. Dahulu itu tidak ada imunisasi-imunisasi. Sehat-sehat saja manusianya. Saat ini justru ada yang imunisasi, yang bermacam-macam, ada imunisasi campak, ada imunisasi polio, yang ada makin banyak anak-anak bayi yang sakit bahkan tidak sedikit yang mati. Ayo, Bu, mumpung jangan sampai menyesal”
Hingga Senin (25/8/2025) unggahan mendapatkan lebih dari 52.600 tanda suka, 2.542 komentar dan telah dibagikan ulang 23.700 kali.
Pemeriksaan Fakta
Disadur dari artikel Periksa Fakta tirto.id.
Berdasarkan data dari WHO, vaksin campak (MR/MMR) memang bisa menimbulkan efek samping ringan seperti demam atau ruang yang muncul 7 hingga 12 hari setelah imunisasi dan hanya berlangsung 1 hingga 2 hari. Efek samping yang lebih serius seperti anafilaksis–reaksi alergi berat–sangat jarang terjadi, dengan angka kejadian sekitar 3,5 hingga 10 kasus per satu juta dosis vaksin.
Vaksin polio jenis suntik (IPV) juga dapat menimbulkan efek samping ringan seperti kemerahan, kebengkakan kecil atau rasa nyeri di area suntikan, yang umumnya hilang dalam 2–3 hari. Hingga saat ini, belum ditemukan laporan mengenai efek samping berat akibat vaksin polio jenis ini.
WHO juga mencatat bahwa wilayah dengan tingkat vaksinasi campak yang rendah cenderung mengalami wabah setiap dua hingga tiga tahun. Salah satu wabah besar terjadi di Jawa Timur pada tahun 2016 dengan 3.765 kasus. Pada tahun 2022, dilaporkan sebanyak 4.845 kasus campak dan enam kematian terjadi di 32 provinsi di Indonesia. Data ini menunjukkan pentingnya cakupan imunisasi yang merata untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti campak.
Sementara itu, klaim ASI dapat menggantikan vaksin telah dibantah oleh berbagai penelitian dan organisasi kesehatan dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Silverdale, Ehlin, dan Montgomery (2009) menegaskan bahwa vaksinasi tetap menjadi metode perlindungan paling efektif terhadap penyakit campak, sedangkan ASI hanya memberikan perlindungan tambahan yang bersifat umum.
UNICEF juga menekankan bahwa ASI tidak bisa menggantikan vaksin. ASI memang berperan penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh bayi terhadap berbagai infeksi, namun hanya imunisasi yang mampu memberikan perlindungan spesifik terhadap penyakit-penyakit tertentu seperti campak dan polio.
Pernyataan ini turut diperkuat oleh dr. Andreas Wilson Setiawan dari Fakultas Kedokteran Universitas Dian Nuswantoro. Ia menjelaskan bahwa ASI memang mengandung berbagai zat yang berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak namun fungsinya berbeda dengan vaksin.
“ASI eksklusif tidak dapat menggantikan fungsi imunisasi. Justru dengan adanya imunisasi itu menunjang agar Pemberian ASI eksklusif lebih baik dalam meningkatkan kekebalan tubuh pada anak karena mengandung antibodi IgA sekretori, laktoferin, lisozim, dan faktor bioaktif,” terangnya kepada Tirto, Sabtu (16/7/2025).
Ia menegaskan bahwa manfaat ASI berbeda dengan imunisasi. Vaksin polio misalnya, merangsang pembentukan IgA sekretori di saluran cerna untuk mencegah berkembangnya virus polio. Sementara itu, vaksin campak bekerja dengan memicu produksi antibodi netralisasi seperti IgM dan IgG dalam tubuh yang dapat melawan virus campak jika sewaktu-waktu terjadi paparan.
“Maka dari itu ASI eksklusif dan imunisasi campak serta imunisasi polio merupakan 3 hal berbeda namun penting untuk tubuh bayi dan fungsinya saling menunjang,” tegasnya.
Kesimpulan
Unggahan video berisi klaim “ASI dapat gantikan fungsi imunisasi campak dan polio” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).
(Ditulis oleh Raymondha Elsha)