[BELUM TERBUKTI] Zat Klorin hingga BPA dalam Pembalut Picu Gangguan Hormon dan Risiko Kanker

  • Belum ada riset yang membuktikan hubungan sebab-akibat atau korelasi statistik antara zat-zat tersebut dengan kanker dan hormon.
  • Unggahan berisi narasi “zat klorin, phthalates, dan BPA dalam pembalut jadi pemicu gangguan hormon dan resiko kanker” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

Akun Instagram “nyinyir_update_official” pada Kamis (6/3/2025) membagikan unggahan [arsip] berisi narasi:

“Ternyata Beberapa pembalut mengandung bahan seperti klorin,phthalates, dan BPA, meskipun tidak selalu disebutkan secara langsung dalam daftar kandungan. Zat-zat ini diduga dapat memicu gangguan hormon hingga risiko kanker. Coba cek Apakah pembalut yang kamu pakai benar-benar aman?”

“Cek Pembalutmu! Apakah Ada Kandungan Seperti Ini (Geser Per Slide), Ternyata Zat-Zat Ini Pemicu Gangguan Hormon bahkan Beresiko Kanker”

Hingga Rabu (23/3/2025) unggahan tersebut telah disukai oleh 300.000-an pengguna dan menuai 5.000 komentar.

Pemeriksaan Fakta

Disadur dari artikel Cek Fakta tempo.co

Tempo memverifikasi klaim tersebut melalui penelusuran publikasi, riset  dan wawancara ahli. Menurut Dosen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Dr. Daniel, M.Sc., zat-zat itu memang punya potensi menyebabkan kanker dan gangguan hormon. Namun, belum ada penelitian yang membuktikan kandungan itu terdapat pada pembalut dan menyebabkan kanker dan gangguan hormon.

Daniel—yang pernah melakukan riset tentang sampah pembalut—menjelaskan kandungan zat-zat itu pada pembalut sebenarnya tergolong rendah. Dengan demikian, belum ada riset yang membuktikan hubungan sebab-akibat atau korelasi statistik antara zat-zat tersebut dengan kanker dan hormon.

Sementara itu, temuan residu klorin dalam proses pemutihan (bleaching) produk pembalut wanita tidak berbahaya untuk kesehatan. Kementerian Kesehatan menegaskan, proses produksi semua merek pembalut di Indonesia sesuai standar klasifikasi Badan Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA), termasuk penggunaan zat pemutih (klorin).

“FDA menyatakan bahwa masih diperbolehkan adanya jejak residu klorin pada hasil akhir pembalut wanita,” kata Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura Linda Sitanggang, dalam jumpa pers di Jakarta, Juli 2015.

Berdasarkan pengamatan TurnBackHoax, artikel ilmiah yang dipublikasikan di Environmental Sciences Europe yang dijadikan bukti dalam unggahan Instagram “nyinyir_update_official” tersebut tidak meneliti atau membuktikan bahwa kandungan phthalates, BPA, maupun klorin dalam pembalut dapat menyebabkan gangguan hormon hingga kanker. 

Penelitian tersebut hanya mengevaluasi potensi gangguan hormon dari klorin aktif hasil elektrolisis air laut, dan menyimpulkan bahwa tidak ada bukti kuat efek gangguan hormon dari zat tersebut, terlebih dalam konteks jika zat tersebut terpapar dalam pembalut. Oleh karena itu, klaim tersebut tidak didukung oleh artikel ilmiah itu.

Kesimpulan

Unggahan berisi narasi “zat klorin, phthalates, dan BPA dalam pembalut jadi pemicu gangguan hormon dan resiko kanker” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content). 

(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)