[SALAH] Alasan Bung Karno Batasi Pengusaha China

  • Tidak ditemukan bukti yang membenarkan Bung Karno menyatakan hal tersebut.
  • Unggahan berisi narasi “alasan Bung Karno batasi pengusaha China agar masyarakat tidak menjadi babu di negara sendiri” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

Akun Instagram “negeriparabegundal.id” pada Jumat (15/11/2024) membagikan foto [arsip] yang menunjukkan potret Soekarno disertai narasi:

“Ir. Soekarno pernah berkata ‘kenapa pengusaha Cina saya batasi, karena saya tidak ingin kalian jadi babu dirumah sendiri, ini tanah air kita yang diperjuangkan dengan darah’ kalianlah tuan sesungguhnya,”

Hingga Senin (8/12/2024) unggahan tersebut telah menuai lebih dari 1.200 tanda suka dan 50 komentar.

Pemeriksaan Fakta

Disadur dari artikel Cek Fakta Kompas.com.

Tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi sejarawan Asvi Warman Adam. Asvi mengaku tidak familiar dengan pernyataan Bung Karno seperti yang dibagikan di Instagram tersebut.

Menurut Asvi, dalam hoaks atau rekayasa sejarah, biasanya frasa yang benar digabung-gabungkan. 

“Misalnya, Bung Karno pernah mengatakan ‘tanah air yang diperjuangkan dengan darah’. Bung Karno juga pernah berpidato agar bangsa kita jangan jadi bangsa kuli. Namun, istilah yang digunakan kuli, bukan babu,” kata Asvi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2024).

Asvi mengatakan, pada periode 1950-an memang ada program Benteng yang membatasi warga negara asing (WNA) China berdagang di desa. Aturan itu berlaku untuk WNA, bukan warga negara Indonesia (WNI). Tetapi aturan itu dikeluarkan oleh Mr As’at, bukan oleh Soekarno.

Adapun aturan yang juga dianggap kontroversial karena bernuansa diskriminasi adalah ketika Soekarno mengeluarkan Peraturan Presiden RI Nomor 10 Tahun 1959 tentang Larangan bagi Usaha Perdagangan Kecil dan Eceran yang Bersifat Asing di Luar Ibu Kota Daerah Swatantra Tingkat I dan II Serta Karesidenan. Larangan itu dibuat untuk mengatur agar warga negara asing tidak membuka usaha kecil di wilayah Indonesia.

Sebagian besar pedagang yang dimaksud saat itu adalah yang berkewarganegaraan China, sehingga banyak yang menganggap aturan itu mengincar masyarakat Tionghoa.

Kesimpulan

Unggahan berisi narasi “alasan Bung Karno batasi pengusaha China agar masyarakat tidak menjadi babu di negara sendiri” merupakan konten yang menyesatkan (misleading content).

(Ditulis oleh Moch. Marcellodiansyah)