Hasil periksa fakta Evarizma Zahra.
Konten yang menyesatkan. Tidak ada bukti valid yang mendukung pernyataan ini.
=====
KATEGORI: KONTEN YANG MENYESATKAN
=====
Sumber: Facebook
https://ghostarchive.org/archive/SP3YW
=====
Narasi:
“Frekuensi yang dikirimkan melalui satelit, drone dan/atau menara seluler ke manusia) mempengaruhi semua orang yang diinokulasi. Setelah koneksi kuantum diterapkan, Mereka dapat mendorong secara bertahap, frekuensinya hingga 60 GHz, menyebabkan kekurangan oksigen, pembekuan darah patologis,
Isi botol Vaksin Pfizer Covid diungkap oleh pelapor WHO. Ini mengandung graphene oksida, parasit, RFID, logam dan sirkuit nano. DARPA dan Bill Gates mengembangkan suntikan sintetis non biologis untuk mengendalikan pikiran dan tubuh masyarakat.
(Selanjutnya dilanjutkan di bawah Referensi).
=====
Penjelasan:
Akun Facebook “Ila Farghob” mengunggah video yang mengklaim vaksin Pfizer digunakan untuk mengendalikan pikiran manusia. Pada kolom penjelasan, Ila Farghob juga menuliskan kandungan zat-zat di vaksin Pfizer seperti graphene oksida, parasit, RFID, logam dan sirkuit nano yang dikembangkan oleh DARPA dan Bill Gates untuk mengendalikan pikiran manusia. Tidak hanya itu, Ila Farghob menyatakan bahwa profesor dan para ahli telah setuju vaksin Pfizer mRNA Covid merupkan praktik kejahatan terhadap kemanusiaan. Postingan ini telah dilihat sebanyak 585 kali.
Setelah dilakukan pencarian mengenai informasi ini, tidak ditemukan jurnal ilmiah atau berita mengenai Pfizer dan pengaruhnya terhadap pikiran manusia. Sebaliknya, justru banyak artikel baik dari media Indonesia maupun media luar negeri yang menyanggah klaim ini.
Lebih lanjut, klaim mengenai Pfizer yang mengandung RFID yang dikembangkan oleh DARPA dan Bill Gates merupakan hoaks berulang sejak 2020. Berita ini pernah disanggah salah satunya oleh Reuters di artikelnya yang berjudul “Fact Check: RFID microchips will not be injected with the COVID-19 vaccine, altered video features Bill and Melinda Gates and Jack Ma” yang ditulis pada 5 Desember 2020.
Selain itu, video yang diunggah Ila Farghob menitikberatkan kepada Pfizer yang mengandung Graphene oxide. Klaim ini juga telah dibahas setiap tahun, dan banyak media serta badan resmi pemerintahan yang menyanggah klaim ini, salah satunya pemerintah Inggris.
Pada 3 April 2023, pemerintah Inggris mengunggah interaksi email antara pemerintah dengan MHRA (badan pengatur obat-obatan di Inggris) yang secara eksplisit tertulis Graphene oxide tidak ada di vaksin mRNA Pfizer.
Dengan demikian, informasi yang disebarkan oleh akun Facebook “Ila Farghob” merupakan konten yang menyesatkan.
=====
=====
(Lanjutan Narasi):
“Profesor menyatakan di depan pengacara siapa pun yang mengelola Vaksin Pfizer mRNA Covid ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan merupakan penjahat.
Charles Morgan yang sebelumnya bekerja di CIA dalam pertemuan DARPA tahun 2018 saat berbicara dengan Militer AS tentang teknologi penyuntingan gen mRNA CRISPR mengatakan mereka dapat merekayasa “hal unik” untuk membunuh hanya satu orang di dunia. Dalam hal ini mereka menggunakan teknologi mRNA ini untuk membunuh jutaan orang tak berdosa di dunia.
Inilah sebabnya mengapa melalui tes PCR mereka mengambil DNA setiap orang dan memasukkannya ke dalam database untuk menargetkan orang dan ras tertentu di masa depan, tidak hanya untuk membunuh mereka, tetapi juga untuk mengendalikan pikiran dan tindakan mereka.
Identifikasi Frekuensi Radio (RFID) mengacu pada sistem nirkabel yang terdiri dari dua komponen: tag dan pembaca. RFID ini ada pada suntikan mRNA Pfizer yang ditemukan di mayat dan di kuburan. Ilmuwan melalui otopsi menunjukkan ada parasit di dalam vaksin yang bertelur lalu keluar dan keluar sesuatu yang dilengkapi tentakel.
Para ahli melalui bukti mengkonfirmasi bahwa suntikan mRNA adalah sirkuit nano injeksi sintetis yang bekerja dengan 5G. Ini melampaui apa yang dokter ketahui dan apa yang ilmuwan normal ketahui. Kita harus mengajak setiap insinyur dan veteran militer yang paham tentang nanopartikel, nanoteknologi untuk membantu kita memahami hal ini, karena kita harus tahu cara melepaskannya dari tubuh”.