Hasil Periksa Fakta Luthfiyah OJ (UIN Raden Mas Said Surakarta).
Bukan burung garuda. Faktanya, burung yang ada pada video merupakan burung kondor andes.
Selengkapnya pada bagian penjelasan.
= = = = =
KATEGORI: Konteks yang Salah
= = = = =
SUMBER: Tiktok
https://archive.ph/gWDAG
= = = = =
NARASI:
“gagahnya burung garuda lambang negara kita indonesia tercinta
garuda menampakkan diri unk membuktikan bhw ia bnr2 ada unk NUSANTARA yang baru. mari rawat Pancasila selagu hayat masih dikandung badan.”
= = = = =
PENJELASAN:
Akun Tiktok @@anak kampung. memposting sebuah video yang memperlihatkan seekor burung dengan ukuran besar hendak terbang. Nampak beberapa orang yang sedang merekam dan melihat burung tersebut. Dalam postingan burung tersebut diklaim merupakan burung garuda.
Setelah ditelusuri ditemukan sebuah artikel yang memuat video dan gambar yang serupa dengan postingan Titkok, artikel tersebut dimuat oleh thedodo.com berjudul “Giant Condor Stops To ‘Thank’ Rescuers Before Returning To Wild” jika diterjemahkan “Condor Raksasa Berhenti Untuk ‘Berterima Kasih’ kepada Penyelamat Sebelum Kembali ke Alam Liar”. Dalam artikel ditemukan informasi bahwa burung tersebut adalah burung kondor andes serta video tersebut berlokasi di puncak gunung di Catamarca.
Untuk memastikan burung tersebut merupakan burung kondor andes maka penulusuran berlanjut menggunakan google dengan memasukan kata kunci “burung kondor andes” dan menghasilkan beberapa artikel dengan gambar burung yang serupa dengan video di Tiktok. Salah satunya artikel kompas dengan judul “Burung Kondor Andes Terbang Berjam-jam Tanpa Mengepakkan Sayapnya”.
Dengan demikian klaim bahwa burung di video Tiktok adalah burung garuda tidak benar. Burung yang ada pada video merupakan burung kondor andes sehingga masuk dalam kategori konteks yang salah.
REFERENSI:
https://www.thedodo.com/in-the-wild/rehabilitated-condor-bird-thanks-rescuers
https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/16/200000023/burung-kondor-andes-terbang-berjam-jam-tanpa-mengepakkan-sayapnya?page=all
Penulis: Luthfiyah Oktari Jasmien
Editor: Bentang Febrylian