Hasil Periksa Fakta Fathia IS.
Informasi tersebut salah. Faktanya, juru bicara program vaksinasi Birmingham dan Solihull mengatakan bahwa anak tersebut belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan penyebab kematiannya belum diketahui.
Selengkapnya di bagian penjelasan dan referensi.
= = =
Kategori: Konten yang Menyesatkan
= = =
Sumber: Facebook https://bit.ly/3pAEVj6
= = =
Narasi:
“Poor kid that’s died already . This needs to stop.😪 They didn’t tell you on the news though did they. !”
“Anak malang yang sudah meninggal. Ini harus dihentikan (vaksin). Mereka tidak memberi tahu Anda di berita, kan. !”
= = =
Penjelasan:
Beredar sebuah video di media sosial berdurasi enam menit yang menunjukkan seorang pria melaporkan kasus pembunuhan seorang anak sekolah berusia 17 tahun di Inggris yang telah meninggal setelah menerima Vaksin Covid-19. Video tersebut telah tersebar di beberapa saluran media sosial seperti Facebook dan Twitter.
Isi video tersebut menunjukkan seorang pria sedang berbicara di depan sebuah gedung, menceritakan sebuah pembunuhan, pembunuhan Adam Ali dari sekolah Alderbrook di Solihull yang telah dibunuh oleh Vaksin.
Dalam unggahan terpisah, pengguna lain juga membagikan tangkapan layar yang menuduh sekolah Ali telah memberi tahu orang tua bahwa siswa kelas enam telah meninggal karena serangan jantung seminggu setelah mengambil vaksin (https://archive.md/ctRRf).
Setelah ditelusuri, informasi tersebut salah. Dilansir dari Reuters Fact Check, Alderbrook School menyarankan pihak Reuters meminta konfirmasi kepada pihak otoritas kesehatan setempat dan ditemukan informasi bahwa Ali tidak menerima vaksin Covid-19 sebelum kematiannya.
“Kami dapat mengonfirmasi bahwa Adam tidak mendapatkan vaksinasi Covid-19; penyebab kematiannya sampai saat ini belum diketahui,” kata juru bicara program vaksinasi Birmingham dan Solihull, yang dikelola di University Hospitals Birmingham NHS Foundation Trust.
Dengan demikian, klaim pembunuhan seorang anak setelah divaksinasi Covid-19 merupakan hoaks dengan kategori konten yang menyesatkan.
= = =
Referensi:
https://www.reuters.com/article/factcheck-coronavirus-britain-idUSL1N2RB0TJ
= = =
Editor: Bentang Febrylian