Bukan intruksi untuk mutasi virus. Instruksi yang dilakukan oleh mRNA adalah memicu respons imun. Vaksin yang berbasis mRNA menginstruksikan sel-sel dalam tubuh untuk membuat protein, sehingga membentuk antibodi yang dapat mencegah infeksi virus.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
===========================================
Kategori : Konten yang Menyesatkan
===========================================
Akun Instagram teluuurrr (instagram.com/teluuurrr) pada 10 April 2021 mengunggah sebuah gambar tangkapan layar komentar dari sebuah akun yang ditutupi namanya. Di gambar tersebut terdapat narasi sebagai berikut:
“Saya kasih tahu ini vaksin korongna itu mRNA… RNA messenger. Dia adalah kode gen yg merupakan instruksi untuk sintesis DNA dan protein2 dalam tubuh kita makanya banyak dokter bule bilang ini bukan vaksin tapi terapi gen. Jadi begitu disuntik dia langsung memodulasi gen kita, injeksi itu kan langsung ke aliran darah, langsung masuk ke cairan interstitial/antar sel, langsunh mRNA ini jadi instruksi untuk menyebabkan mutasi. Makanya, Prof. Dolores Chahill memprediksi kematian pasca injeksi adalah 5-10 tahun dan untuk lansia adalah 2-3 tahun… Lah kok ada yg baik2 saja setelah disuntik, termasuk ALUSI… Apa gunanya BARCODE????? Ini percobaan besar2 gak semuanya berisi vaksin, sisanya placebo/sediaan kosong… Pake barcode supaya bisa dentry datanya dan dievaluasi berdasarkan data pasien… Makanya vaksin covid ini pendataannya cakep kan… Begitulah, jadi tolaklah sekuat tenaga, uang bisa dicari, tubuh udh rusah gabisa diganti.”
Sumber : https://bit.ly/3uUaQdW (Arsip)
===========================================
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim bahwa bahwa mRNA bukan vaksin melainkan terapi gen yang memberikan instruksi untuk mutasi virus adalah klaim yang menyesatkan.
Faktanya, bukan intruksi untuk mutasi virus. Instruksi yang dilakukan oleh mRNA adalah memicu respons imun. Vaksin yang berbasis mRNA menginstruksikan sel-sel dalam tubuh untuk membuat protein, sehingga membentuk antibodi yang dapat mencegah infeksi virus.
Dilansir dari artikel berjudul “[SALAH] Vaksin Moderna Dirancang untuk Mengubah DNA Manusia” yang terbit di situs turnbackhoax.id pada 7 Maret 2021, pernyataan tersebut menyesatkan. Tidak benar bahwa vaksin yang berbasis mRNA seperti Moderna, Pfizer, BioNTech, dapat mengubah DNA manusia.
Dilansir dari liputan6.com, salah satu relawan dokter Covid-19 di Indonesia, dr. Muhamad Fajri Adda’i, menyatakan bahwa vaksin yang berbasis mRNA menggunakan protein dari virus yang tidak aktif. Vaksin yang mengandung protein tersebut disuntikkan ke dalam tubuh manusia, yang kemudian membentuk antibodi dan sel-sel imun lain agar dapat melawan virus yang masuk dalam tubuh.
Lebih lanjut, melansir dari artikel dw.com berjudul “Coronavirus vaccines: Fake news and myths go viral”, Institut Paul-Ehrlich, Institut Federal untuk Vaksin dan Biomedis, memberi penjelasan bahwa integrasi RNA ke dalam DNA tidak dimungkinkan karena perbedaan struktur kimianya. Selain itu, belum ada penelitian yang membuktikan mRNA yang bereaksi dalam tubuh setelah divaksinasi, mengubah DNA manusia.
Selain itu, dikutip dari situs resmi Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC), vaksin mRNA adalah jenis vaksin baru untuk melindungi seseorang dari penyakit menular. Vaksin mRNA mengajarkan sel tubuh manusia cara untuk membuat protein yang memicu respons imun di dalam tubuh. Vaksin mRNA tidak menggunakan virus hidup yang menyebabkan Covid-19. Mereka pun tidak mempengaruhi atau berinteraksi dengan DNA manusia dengan cara apa pun, karena mRNA tidak pernah memasuki inti sel, yang merupakan tempat penyimpanan DNA (materi genetik).
Dilansir dari Tempo, berikut cara kerja vaksin mRNA:
Vaksin Covid-19 mRNA memberikan instruksi kepada sel-sel di dalam tubuh untuk membuat bagian yang tidak berbahaya dari apa yang disebut “protein spike”, yang ditemukan di permukaan virus yang menyebabkan Covid-19. Pertama, vaksin disuntikkan ke otot lengan atas. Setelah instruksi (mRNA) berada di dalam sel kekebalan, sel tersebut menggunakannya untuk membuat potongan protein. Setelah potongan protein dibuat, sel itu memecah instruksi dan membuangnya.
Selanjutnya, sel tersebut menampilkan potongan protein di permukaannya. Sistem kekebalan pun mengenali bahwa protein tersebut tidak seharusnya berada di situ. Sistem kekebalan kemudian mulai membangun respons kekebalan dan membuat antibodi, seperti yang terjadi pada infeksi Covid-19 alami. Di akhir proses, tubuh telah belajar bagaimana melindungi dirinya dari infeksi di masa depan. Manfaat vaksin mRNA, seperti semua vaksin lainnya, adalah mereka yang divaksinasi mendapatkan perlindungan ini tanpa harus mengambil risiko konsekuensi serius dari penyakit Covid-19.
Vaksin Covid-19 yang berbasis mRNA adalah Pfizer dan Moderna. Dikutip dari VoA Indonesia, studi yang dirilis pada 29 Maret 2021 oleh CDC menunjukkan bahwa vaksin mRNA yang diproduksi oleh Pfizer dan Moderna sangat efektif dalam mencegah Covid-19 dalam kondisi-kondisi nyata.
Studi itu dilakukan terhadap hampir 4 ribu petugas kesehatan, petugas pertolongan pertama, dan pekerja penting lainnya di enam negara bagian pada 14 Desember 2020-13 Maret 2021. Hasilnya menunjukkan bahwa risiko infeksi berkurang 80 persen setelah suntikan dosis pertama dan 90 persen setelah suntikan dosis kedua.
Dalam pengarahan tim respons Covid-19 Gedung Putih, Direktur CDC Rochelle Walensky mengatakan penelitian tersebut menunjukkan kedua vaksin itu bisa efektif tidak hanya pada infeksi simtomatik, tapi juga infeksi tanpa gejala. Ia menyebutnya “sangat menggembirakan”, dan mengatakan bahwa studi itu melengkapi studi terbaru lainnya di New England Journal of Medicine dan jurnal lainnya.
Dikutip dari Liputan6.com, menurut analisis Public Health England (PHE), percepatan vaksinasi Covid-19 di Inggris menggunakan vaksin Covid-19 Pfizer dapat mencegah 10 ribu lebih kematian orang-orang yang berusia di atas 60 tahun hingga akhir Maret 2021. Lebih dari 15 juta dosis vaksin telah disuntikkan pada orang dewasa berusia 60 tahun ke atas sampai akhir Maret 2021, mencegah sekitar 10.400 kematian, yang sebagian besar berusia 80 tahun ke atas. Analisis itu membandingkan jumlah kematian yang dilaporkan hingga periode Maret dengan jumlah yang diperkirakan jika vaksin tidak diberikan pada saat itu.
REFERENSI
https://turnbackhoax.id/2021/03/07/salah-vaksin-moderna-dirancang-untuk-mengubah-dna-manusia/
https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4412314/cek-fakta-tidak-benar-vaksin-covid-19-berbasis-mrna-bisa-rusak-dna-manusia
https://www.dw.com/en/coronavirus-vaccines-fake-news-and-myths-go-viral/a-55652267
https://cekfakta.tempo.co/fakta/1330/keliru-klaim-mrna-bukan-vaksin-tapi-terapi-gen-untuk-mutasi-virus
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/mrna.html
https://www.liputan6.com/global/read/4528254/inggris-cegah-10-ribu-kematian-akibat-covid-19-berkat-percepatan-vaksinasi