BUKAN tulisan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut postingan dan pesan berantai yang beredar tidak benar.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
===========================================
Kategori : Konten yang Menyesatkan
===========================================
Akun Facebook Fauziyah Rochmi (fb.com/fauziyah.rochmi) pada 22 Maret 2021 mengunggah sebuah postingan yang berisi klaim sebagai berikut:
“_Tulisan ini dari kawan-kawan komunitas IDI (Ikatan Dokter Indonesia) Tulisannya bagus dan ilmiah_
*JANGAN TERMAKAN PEMBODOHAN BERPIKIRLAH DENGAN AKAL SEHAT AGAR SELALU SEHAT PULA SELURUH TUBUHNYA*
Terus terang kami paham sebenarnya apa yang terjadi, hakekatnya udara didunia ini bersih dan sehat, tidak ada pandemi, tidak ada covid dan tidak ada virus yang berterbangan yang mematikan, semua itu adalah bentuk pengelabuan dan pembodohan global !”
Selengkapnya di https://bit.ly/3cUCrEk (Arsip)
===========================================
PENJELASAN
Berdasarkan hasil penelusuran, adanya tulisan yang diklaim berasal dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang berisi pernyataan bahwa pandemi, tidak ada Covid-19 dan virus mematikan hanyalah bentuk pembodohan dan pengelabuan global adalah klaim yang menyesatkan.
Faktanya, bukan tulisan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI Dr. Adib Khumaidi, SpOT menyebut postingan dan pesan berantai yang beredar tidak benar.
“Pesan berantai dan postingan itu hoaks. IDI tidak pernah mengeluarkan rilis seperti itu,” ujar Dr. Adib saat dihubungi Cek Fakta Liputan6.com, Senin (22/3/2021).
Ia juga meminta masyarakat agar tidak langsung percaya dengan postingan atau pesan berantai terkait pandemi virus corona covid-19. “Kami mengimbau masyarakat mencari informasi ke sumber resmi melalui rilis-rilis resmi dari Organisasi Kesehatan yang ada,” ujarnya menegaskan.
Bantahan yang sama juga disampaikan dr. Seno Purnomo. Dia menyatakan pesan berantai atau postingan itu sudah beredar lama. “Hoaks itu sudah lama tapi memang konten yang ada terus ditambahkan. Pertama kali beredar hoak itu pada pertengahan 2020,” ujar dr. Seno yang juga Ketua BHP2A IDI Jakarta Pusat saat dihubungi Senin (22/3/2021).
Sementara itu, Tim CekFakta Tempo melakukan pemeriksaan fakta terkait beberapa klaim yang ada di tulisan tersebut. Dilansir dari Tempo.co, berikut beberapa hasil penelusuran Tempo:
Klaim 1: Tidak ada satu pun warga Swedia, Korea Utara, Chechnya, dan Tajikistan yang terkena Covid-19
Fakta: Dilansir dari Worldometers, hingga 23 Maret 2021, Swedia telah mencatatkan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 744.272 orang dengan kematian 13.262 orang. Di Tajikistan, sebanyak 13.308 orang telah terinfeksi Covid-19 dan 90 orang di antaranya meninggal dunia.
Terkait kasus Covid-19 di Chechnya, sebuah wilayah berbentuk republik di Rusia, data terakhir yang berhasil ditemukan adalah data pada Mei 2020 silam yang dimuat oleh The New York Times. Ketika itu, Chechnya melaporkan 1.046 kasus dengan 11 kematian.
Sementara data kasus Covid-19 di Korea Utara tidak tersedia secara terbuka.
===========
Klaim 2: Bila Covid-19 termasuk pandemi, seharusnya orang-orang sudah banyak yang mati bergelimpangan
Fakta: Pandemi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti wabah yang berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. Menurut definisi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemi adalah penyebaran penyakit baru ke seluruh dunia.
Dari pengertian tersebut, pandemi bukan ditunjukkan dari banyaknya orang yang mati bergelimpangan. Covid-19 dikategorikan sebagai pandemi karena, hingga saat ini, penyakit itu telah menyebar ke sebagian besar negara, dengan total kasus Covid-19 mencapai 124.326.764 orang dan jumlah kematian lebih dari 2,7 juta orang.
===========
Klaim 3: Orang positif Covid-19 yang berada di rumah lebih aman ketimbang yang berada di rumah sakit, risikonya antara hidup dan mati.
Fakta: Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, penanganan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 dilakukan berdasarkan gejalanya. Pasien yang tidak bergejala akan diimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah atau di rumah sakit darurat. Bagi pasien dengan gejala berat, mereka akan diisolasi di rumah sakit atau rumah sakit rujukan.
Menurut epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane, yang dikutip dari CNN Indonesia, jumlah kematian akibat Covid-19 yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh terlambatnya pemberian penanganan. Hal itu dipicu oleh faktor ketidaksiapan sistem kesehatan Indonesia untuk menangani pasien dengan gejala sedang hingga berat.
===========
Klaim 4: Virus Corona Covid-19 adalah virus flu biasa
Fakta: Dilansir dari kantor berita Reuters, yang mengutip The Stanford Children’s Health, virus Corona baru penyebab Covid-19, SARS-CoV-2, belum pernah teridentifikasi sebelumnya. SARS-CoV-2 tidak sama dengan virus Corona yang umumnya beredar di antara manusia dan menyebabkan penyakit ringan, seperti flu biasa. Meskipun termasuk dalam keluarga virus Corona, SARS-CoV-2 adalah virus baru yang menyerang manusia.
Flu biasa memiliki gejala pilek dan sakit tenggorokan yang umumnya ringan dan berlangsung antara 1-2 minggu. Sedangkan Covid-19 memiliki gejala kesulitan bernafas, demam, dan batuk kering. Beberapa pasien mengalami pneumonia dan memerlukan rawat inap. Jika pneumonia bertambah parah, bisa berakibat fatal.
===========
Klaim 5: WHO sudah tidak independen lagi, konsorsium utamanya adalah China komunis dan zionis Yahudi (Israel). Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang saja kewalahan tidak bisa melawan kekuatan elite global tersebut.
Fakta: WHO berdiri pada 7 April 1948. Saat ini, WHO bekerja bersama 194 negara anggota. WHO memiliki lebih dari 7 ribu karyawan di 150 kantor negara, enam kantor regional, dan satu kantor pusat di Jenewa, Swiss. Majelis Kesehatan Dunia dihadiri oleh delegasi dari semua negara anggota, dan menentukan kebijakan WHO. Sementara Dewan Eksekutif WHO terdiri dari anggota yang secara teknis memenuhi syarat di bidang kesehatan, dan memberikan efek terhadap keputusan dan kebijakan Majelis Kesehatan.
REFERENSI
https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4512564/cek-fakta-hoaks-pesan-berantai-pernyataan-idi-terkait-pandemi-virus-corona-covid-19
https://cekfakta.tempo.co/fakta/1298/keliru-pesan-berantai-tentang-pandemi-covid-19-hanya-tipuan-yang-diklaim-berasal-dari-idi