Hasil Periksa Fakta Natalia Kristian (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Indonesia).
Informasi yang salah dan merupakan bagian dari teori konspirasi. Faktanya, ada beberapa nama yang disebutkan pada narasi yang salah dan virus penyebab COVID-19 yaitu SARS-CoV-2 terbukti bukan buatan manusia melainkan virus yang muncul secara alami. Maatje Benassi sendiri setelah ditest tidak positif maupun mengalami gejala dari COVID-19.
= = = = =
KATEGORI: Konten Palsu/Fabricated Content
= = = = =
SUMBER: Facebook
= = = = =
NARASI:
“Wuaduuuuh….apa yang harus kita lakukan???
🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇🦇
Terbongkarlah,sungguh Sangat Mengejutkan!
Hari ini Pembunuh yg Meracuni Dunia Akhirnya Ditemukan, dan itu Benar-benar Amerika Serikat !
Sebenarnya sangat menyeramkan, virus mahkota baru adalah buatan manusia dan berasal dari laboratorium virus P3 di North Carolina, AS !
Greg Roubini, seorang ahli intelijen Amerika yg terkenal, secara resmi mengungkap kan rahasia hari ini dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi First News Network.
Menurut Greg, virus mahkota baru hasil rekayasa genetika sebagai senjata biologis yg berasal dari laboratorium BSL-3 di North Carolina dan dikembangkan oleh Profesor Ralph Barrick.
Dia juga mengatakan bahwa virus itu menyebar dari North Carolina ke China, Italia dan seluruh Amerika Serikat oleh ” Pemerintahan Gelap”
[…] (narasi dilanjutkan setelah bagian Referensi)
= = = = =
PENJELASAN:
Beredar sebuah postingan dari akun Facebook Ratih Ganda Setiawan berupa sebuah narasi yang berisikan klaim bahwa virus penyebab COVID-19 buatan manusia dari laboratorium Carolina Utara, Amerika Serikat dan adanya pasien nol yang bernama Maatje Benassi. Postingan ini dipublikasikan pada tanggal 1 Desember 2020 dan telah disebarkan kembali sebanyak 17 kali, dikomentari sebanyak 10 kali, dan disukai 5 kali.
Setelah ditelusuri, ternyata pesan berantai tersebut merupakan salah satu dari teori konspirasi yang sudah beredar di berbagai negara sejak bulan April 2020. Menurut analisis data urutan genom public dari virus SARS-CoV-2 tidak ditemukan bukti bahwa virus tersebut dibuat di laboratorium. Virus ini sendiri muncul di kota Wuhan, China pada tahun 2019.
“Dengan membandingkan data urutan genom yang tersedia untuk strain virus corona yang diketahui, kita dapat dengan tegas menyatakan SARS-CoV-2 berasal dari proses alami,” kata Kristian Andersen, PhD seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research.
Maatje Benassi yang diklaim adalah Patient Zero atau pasien nol dari virus tersebut menjelaskan bahwa ia tidak dinyatakan positif ataupun mengalami gejala COVID-19. Hoax ini awalnya beredar melalui konten video Youtube yang menyebar hingga ke media China dan menjadikan Maatje Benassi bahan diskusi di sosial media tentang asal-usul virus korona. Sejak informasi tersebut menyebar telah mempengaruhi kehidupan mereka seperti alamat rumahnya yang disebarkan secara online dan mendapat cyberbullying dari orang-orang yang mempercayai hoax tersebut. Ini menjadi pengingat bahwa misinformasi yang mungkin terlihat tidak benarpun dapat menyebabkan konsekuensi yang nyata.
Melihat dari penjelasan tersebut, virus penyebab COVID-19 buatan manusia dari laboratorium Carolina Utara, Amerika Serikat dan adanya pasien nol yang bernama Maatje Benassi adalah tidak benar sehingga termasuk dalam kategori Konten Palsu/Fabricated Content.
= = = = =
REFERENSI:
https://weehingthong.org/2020/06/08/dr-ralph-baric-didnt-create-covid-19/
https://edition.cnn.com/2020/04/27/tech/coronavirus-conspiracy-theory/index.html
= = = =
(Lanjutan narasi) […]
Greg pernah men-tweet dan menanyai Trump :
Mengapa Anda tidak memberi tahu orang-orang Amerika bahwa virus itu dibuat oleh Amerika Serikat ?
Mengapa tidak menjelaskan bahwa virus corona baru itu sendiri adalah senjata biologis ?
Secara kebetulan, Profesor Luc Montagnier, yg memenangkan Hadiah Nobel dalam Kedokteran untuk penemuan HIV, …… baru- baru ini mengungkapkan kepada wartawan Prancis bahwa virus corona baru tidak muncul secara alami, tetapi dikembangkan dgn cermat oleh Para Ilmuwan Biomolekuler.
Montagnier juga berkata: Jelas, para profesional telah menambahkan rangkaian HIV ke virus ini dari kelelawar.
Ini tidak diragukan lagi kasus keracunan terbesar dan terburuk yang pernah ada !
Sejak merebaknya epidemi, rumor tentang “virus mahkota baru adalah senjata biologis sintetis” telah memanas, dan para ilmuwan dari berbagai negara juga telah bekerja keras untuk melacak sumber virus.
Pada awal Februari, para ilmuwan India menemukan sisipan virus HIV dalam virus corona baru, yg membukti kan bahwa virus itu dirancang dan Disintesis Secara Artifisial.
Pada pertengahan Maret, para ilmuwan menemukan bahwa virus corona baru yang diekstrak dari seorang pasien di negara bagian Washington memiliki siklus evolusi lebih dari setengah tahun.
Dengan pendalaman penelitian, banyak negara di dunia mengalihkan pandangan skeptisnya terhadap Amerika Serikat.
Jepang, Italia, Australia, dan negara lain semuanya memiliki kasus terkonfirmasi awal yang berasal dari Amerika Serikat.
Selanjutnya, Robert Redfield, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, mengakui bahwa banyak kematian akibat ” Flu ” yang melanda Amerika Serikat pada September 2019 disebabkan oleh virus mahkota baru.
Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian juga menanyai Amerika Serikat di Twitter.
Setelah upaya berat dari tim reporter di Virginia, AS, akhirnya ditemukan kembali ke pasien nol.
Nol sabar ini memang tentara Amerika yang ikut Olimpiade Militer Wuhan Oktober tahun lalu, namanya Maatje Benassi.
Petugas wanita Amerika ini memiliki latar belakang yang sangat istimewa.
Dia memiliki hubungan yang baik dengan Laboratorium Biokimia P4 di Fort Detrick Amerika Serikat. Banyak orang di keluarganya telah di diagnosis.
Salah satunya adalah kasus pertama yang dikonfirmasi di Belanda dan pernah ada di sana sebelum diagnosis.
Wilayah Lombardy di Italia menyebabkan wabah besar di wilayah tersebut.
Pada titik ini, rantai bukti bahwa Amerika Serikat adalah tempat kelahiran virus corona baru sudah lengkap dan saling terkait.
Kelima tentara khusus yang dijemput pesawat khusus tersebut setelah Pertandingan Militer Wuhan akhirnya memiliki hubungan yang substansial dengan laboratorium biokimia yang tertutup di Amerika Serikat.
Menurut logika Trump dan lainnya, kita dapat dengan tepat menyebut virus corona baru sebagai virus Carolina Utara, atau virus Amerika.
Ketika semua bukti menunjuk ke Amerika Serikat, para pejabat tinggi AS secara terbuka mengakui bahwa Virus Corona Bukanlah Wabah, Tetapi Senjata.
Ketidakmampuannya mengejutkan dunia, dan ini semakin meningkatkan kecurigaan Amerika Serikat akan keracunan.
Fakta-fakta dari kasus ini sekarang telah terungkap, tetapi Trump dan yang lainnya masih putus asa.
Virus mahkota baru telah menyebabkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar bagi semua negara di dunia.
Panci ini terlalu besar untuk diguncang. Ada lagi keraguan yang perlu dijelaskan :
Apa asal usul Ralph Barrick, yang bertanggung jawab atas perkembangan virus North Carolina yang disebutkan Greg dalam wahyu ?
Barrick berasal dari University of North Carolina.
Dia adalah kepala ahli virologi yang memodifikasi virus korona sars baru melalui pengeditan gen pada tahun 2015 dan juga pemimpin dalam pengembangan virus.
Yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa dia juga kepala pengembangan klinis dari obat ajaib “Radixivir”. Apakah ini jenis legenda bahwa peracun akan menyiapkan penawarnya terlebih dahulu ?
Dalam uji klinis berikutnya, Ridesivir dengan cepat jatuh ke altar karena para ahli mempertanyakan keefektifan dan keamanannya.
Dengan Penyebaran Virus, Amerika Serikat telah menjadi ” Episentrum” Epidemi.
Pada tahap awal epidemi, Presiden AS Trump sama sekali tidak mempertimbang kan nya, tetapi menganggap nya sebagai influenza yang lebih serius.
Hingga kematian temannya, taipan real estate New York Stanley Chela, yang terinfeksi dengan mahkota baru, menarik perhatiannya.
Tapi sudah terlambat ! … Langit tidak melahirkan Cina, dan umurnya seperti malam yang panjang.
Sekarang setelah pembunuh produksi dan keracunan narkoba telah terungkap, apa yang menunggu mereka ? Kami akan menunggu dan melihat!”