Hasil Periksa Fakta Rizky Maulana (Universitas Bina Sarana Informatika).
Faktanya, keturunan Tiongkok atau Tionghoa yang menjadi polisi sudah ada setidaknya sejak jaman orde baru.
Selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI
= = = = =
KATEGORI: KONTEN YANG MENYESATKAN
= = = = =
SUMBER: FACEBOOK
https://archive.md/cxNWy
= = = = =
NARASI:
“Baru dilantik jadi Jenderal
Hendra kurniawan
Keturunan Tioghoa
Umur 46 th
Sebentar lagi Aseng ini jadi Kapolri di Karbit jadi Bintang Silangit oleh Jokowi.
Sesuatu yg diTABU DAN DILARANG OLEH PARA PAHLAWAN BANGSA INI SEJAK DULU.
Keturunan Tionghoa yg selalu jadi musuh bangsa ini sejak dahulu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan !
Sejak dulu diatur dlm UUD 45 dan Pancasila keturunan Aseng dan asing diHARAMKAN menjadi PEJABAT PUBLIK Apalagi menjadi APARATUR NEGARA !!
Itu jelas DILARANG Oleh para pendiri kemerdekaan bangsa ini
Tapi kenapa diera JOKOWI justru membesarkan mereka, bahkan memberi posisi STRATEGIS
Ini ada apa ?
Waspadalah
INDONESIA !.” Unggah akun Facebook Reinaldy, Minggu (06/12/2020).
===
PENJELASAN:
Akun Facebook Reinaldy memposting foto seorang pria yang menggunakan seragam kepolisian RI yang diikuti dengan narasi bahwa keturunan Tionghoa selalu jadi musuh bangsa ini sejak dahulu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan sejak dulu diatur dalam UUD 45 dan Pancasila keturunan asing dilarang menjadi aparatur negara, postingan tersebut diunggah pada Minggu (06/12/2020).
Dari hasil penelusuran, orang dalam foto tersebut merupakan Brigjen Hendra Kurniawan, Karopaminal Divpropam Polri yang baru saja dilantik dari Kombes ke Brigadir Jenderal Polisi, namun klaim pada foto tersebut tidak benar.
Melansir bbc.com, keturunan Tiongkok atau Tionghoa yang menjadi polisi sudah ada, setidaknya sejak orde lama, di zaman awal kemerdekaan polisi atau militer keturunan China bukanlah hal yang aneh, seperti dijelaskan Iwan Ong Santosa, penulis buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran.
“Bahkan sampai tahun 70an, 80an di beberapa daerah seperti di Bangka Belitung biasa saja,” kata Iwan Ong.
Ditarik lebih ke belakang, jumlah personil militer di tahun 60an bisa mencapai ratusan orang “karena kebutuhan personil untuk konfrontasi Trikora, Dwikora cukup banyak.”
Namun ‘Kelangkaan’ personil dari keturunan China menurut Iwan Ong mulai terjadi sejak zaman Orde Baru karena kebijakan politik saat itu.
“Politik segregasi berbasis SARA jadi mempertentangkan ideologi antara Islam dengan identitas Tionghoa, ini sesuatu yang berbeda, sesuatu yang jauh, sesuatu yang bersekat. Yang berusaha dibangun seperti itu,” terang Iwan Ong.
Sementara itu dilansir merdeka.com, di era Presiden Gus Dur, warga keturunan Tionghoa telah dibuka kesempatan seluas-luasnya untuk ikut ambil bagian dalam pemerintahan, termasuk menjadi anggota polisi.
Tetapi kenyataanya amat jarang warga keturunan yang masuk ke dalam Korps Bhayangkara. Brigadir Chang Mei Zhiang alias Yolla Bernada menjadi satu dari yang sedikit itu.
Fenomena ini ditanggapi tegas oleh Kapolri Jenderal Sutarman. Mantan Kabareskrim ini mengatakan kini Polri telah memberi ruang seluas-luasnya untuk keturunan Tionghoa menjadi polisi.
“Semua warga negara boleh masuk Polri, tidak membedakan etnis,” kata Sutarman dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com, Jumat (31/1).
Dengan demikian, klaim akun Facebook Reinaldy adalah salah dan masuk ke dalam kategori konten yang menyesatkan.
===
REFERENSI:
https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-43669179
https://www.merdeka.com/peristiwa/polisi-etnis-tionghoa-masih-langka-ini-kata-kapolri.html