Hasil Periksa Fakta Helmi Fadillah Dwi Putra (Anggota Komisariat MAFINDO IISIP)
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Daeng M Faqih menyatakan bahwa hal tersebut belum terbukti benar dan belum ada penelitian ilmiahnya.
==
KATEGORI: Misleading Content
==
SUMBER: Whatsapp
==
NARASI:
“KABAR GEMBIRA
Berita super Obat untuk virus C19 ditemukan ⬇
Informasi dari Negara Arab Palestina menyatakan bahwaVirus tidak menyebabkan kematian, Insya Allah.
Hanya dengan Resep sederhana. 1. Lemon/Jeruk Nipis 🍈2. Teh ☕Minumlah teh panas setelah dicampur perasan lemon (sebaiknya dengan kulitnya) dan jangan pakai gula: #Dapat segera mencegah dan membunuh virus #Dapat menghilangkan virus dari tubuh [🦠]
Dua bahan ini membuat sistem kekebalan tubuh menjadi bersifat basa, karena ketika malam tiba,sistem tubuh menjadi bersifat asam, kemampuan defensif juga akan berkurang.
Itu sebabnya orang Arab dan Palestina santai saja dengan virus itu, di Palestina, semua orang minum segelas air panas dengan campuran lemon di malam hari karena telah terbukti membunuh virus.Subhanallah. Bagikan dengan keluarga dan teman, dengan cara ini kita mudah²an tidak akan terinfeksi virus.”
==
PENJELASAN:
Beredar pesan berantai dari Whatsapp dengan menarasikan bahwa obat penagkal virus corona ditemukan di Negara Palestina dan Arab Saudi. Dalam narasinya obat tersebut dengan berbahan dasar jeruk nipis dan teh panas perasan lemon, dengan menggunakan bahan-bahan yang bisa menambah sistem kekebalan tubuh.
Setelah ditelusuri dengan mesin pencari kata kuci manfaat lemon dan jeruk nipis, ditemukan beberapa artikel soal manfaat lemon dan jeruk nipis, salah satunya pemberitaan dari liputan6 dengan judul “ Guru Besar IPB Sebut Buah Jeruk Ampuh Lawan Corona Covid-19.”
Dalam narasinya Senyawa golongan flavonoid yaitu salah satunya hesperidin. Hesperidin ini disinyalir bisa memberikan perlindungan terhadap mikroba dan virus, menurut Guru Besar Universitas IPB yang juga Kepala Pusat Biofarmaka Tropika (TropBRC), Irmanida Batubara, dan statement Semua jenis jeruk mengandung hesperidin. Jadi tidak harus jeruk buah, kita juga bisa memanfaatkan kulit jeruk nipis, jeruk lemon dan varietas jeruk lainnya, risetnya bersama peneliti lainnya. Tambahnya
Penelusuran berikutnya dengan kata kumci lemon panas, ditemukan artikel dari turnbackhoax dengan judul “[SALAH] Profesor Chen Horin mengatakan Lemon panas dapat membunuh sel kanker.”
Dalam narasinya WHO menyatakan tidak ada bukti bahwa obat saat ini dapat mencegah atau menyembuhkan penyakit. WHO tidak merekomendasikan pengobatan sendiri dengan obat apa pun, termasuk antibiotik, sebagai pencegahan atau penyembuhan untuk COVID-19. Selain itu, klaim bahwa lemon panas dapat membunuh sel kanker adalah klaim yang tidak didukung oleh bukti medis yang kredibel.
Penelusuran berikutnya ditemukan kembali dari artikel turnbackhoax.id dengan judul “[SALAH] “Untuk mengalahkan virus korona adalah mengambil lebih banyak makanan alkali yang berada di atas tingkat pH virus.”
Dalam narasinya konsumsi makanan alkali seperti jeruk dengan pH yang lebih tinggi tidak bisa membunuh COVID-19. Klaim ini mengutip penelitian yang terbit pada 1991, jauh sebelum COVID-19 muncul pada Desember 2019.
Penelusuran berikutnya dengan mesin pencari mengenai benarkah ramuan tersebut dari palestina, ditemukan artikel dari factcheck luar negeri dengan judul “Lemon Juice Tea Does Not Cure COVID-19 in Israel, or Anywhere Else.”
Dalam narasinya klaim bahwa campuran teh lemon, dan sodium bicarbonate bisa menyembuhkan COVID-19 dan mencegah kematian akibat wabah tersebut di Israel adalah salah. Dan tidak ditemukan hasil penelitiannya.
Penelusuran terakhir, dikutip dari pemberitaan liputan6 dengan judul ” Cek Fakta: Hoaks Resep Lemon dan Teh Panas untuk Sembuhkan COVID-19 dari Palestina.”
Dalam narasinya. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Daeng M Faqih. Ia menyatakan bahwa hal tersebut belum terbukti benar dan belum ada penelitian ilmiahnya.
Jadi hasil penelusuran mengenai ramuan obat virus corona dengan teh hangat dan jeruk nipis yang beredar di Whatsapp, merupakan tidak benar dan belum teruji secara ilmiah, dan narasi obat tersebut dari palestina juga sesat. Maka informasi tersebut dinyatakan Misleading Content atau Konten yang menyesatkan.
==
REFERENSI: