BMKG melalui akun Instagramnya @infobmkg membantah informasi prediksi kemarau panjang dari 2019 hingga 2022 yang dikaitkan dengan pertanyaan kemunculan Dajjal. “Amplifikasi atas kabar berantai itu terjadi karena ketidakhati-hatian dalam memahami konteks riset/studi mutakhir soal tren peningkatan suhu global. Selain itu, ada upaya pembuat misinformasi yang mengaitkan topik pemanasan global dengan pemahaman atas keyakinan tertentu, yakni soal kiamat,” tulis akun @infobmkg, Minggu (14/10) malam.
=====
Sumber: Instagram dan Media Daring
=====
Kategori: Klarifikasi
=====
Narasi :
“Amplifikasi atas kabar berantai itu terjadi karena ketidakhati-hatian dalam memahami konteks riset/studi mutakhir soal tren peningkatan suhu global. Selain itu, ada upaya pembuat misinformasi yang mengaitkan topik pemanasan global dengan pemahaman atas keyakinan tertentu, yakni soal kiamat,” tulis akun @infobmkg, Minggu (14/10) malam.
=====
Penjelasan:
Informasi hoaks yang intinya mengatakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi terjadinya kemarau panjang dari tahun 2019 hingga 2022 dan dikaitkan dengan pertanyaan keluarnya Dajjal telah sangat dekat adalah tidak benar adanya.
Akun Instagram @infobmkg memberikan klarifikasi terkait hoaks tersebut. “Amplifikasi atas kabar berantai itu terjadi karena ketidakhati-hatian dalam memahami konteks riset/studi mutakhir soal tren peningkatan suhu global. Selain itu, ada upaya pembuat misinformasi yang mengaitkan topik pemanasan global dengan pemahaman atas keyakinan tertentu, yakni soal kiamat,” tulis akun @infobmkg, Minggu (14/10) malam.
Klaim itu disebut bersumber dari BMKG. Ada pula yang menyebutnya bersumber dari BMKG Eropa. Isu-isu hoaks tersebut kemudian dicampuradukkan dengan argumentasi agama tentang akhir zaman dan informasi resmi BMKG soal fenomena El Nino pada kuartal akhir 2018 dan prediksi musim hujan yang dinyatakan akan terlambat awal masuknya sebagaimana rata-rata klimatologisnya.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal menyatakan, “BMKG sudah membantah isu yang meresahkan tersebut melalui berbagai media hampir tiap tahun, namun tiap tahun juga isu tersebut terus beredar-ulang.”
Herizal pun menjelaskan hoaks terkait ada pula yang menyebut informasi valid merujuk pada penelitian di luar negeri soal iklim global, namun sebetulnya rancu. Salah satunya, yang menyertakan tangkapan layar pada artikel media massa berbasis di Inggris, The Guardian.
“Nukilan artikel The Guardian itu jika dicermati menjadi sumber dari video informatif Youtube yang beredar pada Juli 2017. Video menjelaskan (seperti judulnya) bahwa informasi itu disebut berasal dari ‘BMKG Eropa’. Yang video itu maksud adalah Met Office, BMKG-nya Inggris Raya, yang menjadi rujukan artikel The Guardian,” ujar Herizal dikutip dari akun instagram badan tersebut.
Herizal menjelaskan artikel The Guardian yang dirujuk dan disisipkan dalam artikel blog itu judul artikel aslinya adalah “Here is the Weather Forecast for the Next Five Years: Even Hotter”.
Isinya kurang lebih membahas tentang lonjakan suhu global sepanjang tahun 2016, seiring dengan peningkatan emisi gas rumah kaca dan fenomena cuaca El Nino: “Global temperatures will continue to soar over the next 12 months as rising levels of greenhouse gas emissions and El Niño combine to bring more record-breaking warmth to the planet.”
“Tidak ada yang salah dalam artikel di dalam The Guardian ini, karena membicarakan fakta kecenderungan suhu global yang diprediksikan terus naik menimbulkan tahun-tahun yang lebih panas sebelumnya, dan sama sekali tidak menyinggung kekeringan panjang,” ujarnya.
Penelitian tentang peningkatan suhu global sendiri telah dimulai sejak dekade 1960an silam, dan menarik perhatian politik global lewat lembaga Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak akhir dekade 1980an.
Terlepas dari itu, Herizal menerangkan BMKG juga sudah menyampaikan pendapat melalui media massa dan menegaskan bahwa isu soal kemarau berkepanjangan yang beredar baik lewat media sosial maupun aplikasi pesan adalah hoaks.
“Sekalipun benar ada kondisi perubahan iklim akibat kecenderungan naik pemanasan global pada periode klimatologi hingga saat ini, pola musiman sebagai pola utama iklim Indonesia tetaplah ada yaitu, adanya musim penghujan dan musim kemarau. Artinya, tidak ada musim kemarau yang berlangsung sepanjang tahun bahkan hingga menyeberang tahun. Ada kalanya musim kemarau dapat menjadi lebih parah tingkat keringnya atau menjadi lebih lama berlangsungnya kalau ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah El Nino.”
Data prakiraan termutakhir BMKG per 1 Oktober 2018 menyebutkan, 68% wilayah akan terlambat awal musim hujannya. Awal Musim Hujan di 342 Zona Musim (ZOM), 43.% diprediksikan akan mulai pada bulan November 2018, 22.8% di bulan Oktober di sebanyak 78 ZOM, dan selebihnya di bulan Desember 2018.
Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologis 30 tahun (periode 1981-2010), Awal Musim Hujan 2018/2019 umumnya akan mundur (68.4%), normal sesuai klimatologisnya di 78 ZOM (22.8%) dan maju sebanyak 30 ZOM (8.8%).
Selebihnya, 147 ZOM meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Papua akan mulai musim hujan pada November 2018 dan 85 ZOM lainnya akan mulai pada Desember 2018.
Sementara itu, BMKG dan lembaga internasional lainnya telah memantau adanya anomali suhu muka laut melebihi 0.5C di Samudera Pasifik bagian tengah dalam seminggu terakhir, peluang El Nino meningkat hingga dengan 70% apabila kemungkinan El Nino berkembang pada akhir tahun ini.
Intensitasnya belum dapat dipastikan, tetapi kecil kemungkinannya berkembang menjadi El Nino yang kuat seperti kejadian El Nino 2015.
=====
Kesimpulan:
Hoaks ini adalah hoaks berulang yang sebelumya juga sudah didebunk pada bulan Agustus lalu. Berikut linknya: https://www.facebook.com/InfoBMKG/posts/10156706375749931
=====
Referensi:
1. https://www.instagram.com/p/Bo6qkninxoH/?taken-by=infobmkg
2. https://www.cnnindonesia.com/…/bmkg-tangkal-hoaks-prediksi-…
3. https://elshinta.com/…/isu-kemarau-panjang-hingga-2020-hoaks
4. https://www.facebook.com/InfoBMKG/posts/10156706375749931