Foto yang digunakan di cuitan tidak berkaitan dengan berita, selengkapnya di bagian PENJELASAN dan REFERENSI.
======
KATEGORI
Disinformasi.
======
SUMBER
(1) http://bit.ly/2JHp66x, laporan ke akun Twitter @turnbackhoax.
——
(2) http://bit.ly/2yf8IVm, cuitan oleh akun Twitter “Jawara Kampung” (@Jawara19782007).
======
NARASI
“Di Hari Raya ini Kami Ucapkan kepada Pemilik Wajah di bawah ini : “La’natullah ‘Alaikum Ajma’in fid Dunya wal Akhirah”. #2019GantiPresiden https://t.co/Keo6O5aM8r“.
======
PENJELASAN
(1) Berita tersebut tidak berkaitan dengan dengan kunjungan Yahya Cholil Staquf ke Israel tetapi dengan protes di perbatazan Gaza yang disebut “Great March of Return”, selengkapnya di poin (1) bagian REFERENSI.
——
(2) http://bit.ly/2rhTadC, firsdraftnews.org: “Konten yang Salah
Ketika konten yang asli dipadankan dengan konteks informasi yang salah”.
======
REFERENSI
(1) Wikipedia: “2018 protes perbatasan Gaza
dari Wikipedia, ensiklopedia gratis
Pada 30 Maret 2018, kampanye enam minggu yang terdiri dari serangkaian protes diluncurkan di Jalur Gaza , dekat perbatasan Gaza-Israel . [7] [8] Disebut oleh penyelenggara Palestina ” Great March of Return ” ( bahasa Arab : “مسیرة العودة الكبري” ), protes menuntut agar para pengungsi Palestina dan keturunan mereka dibiarkan kembali ke tempat yang sekarang adalah Israel. [9] [10] [11] Mereka juga memprotes blokade Jalur Gaza dan pergerakan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem .[12] Kekerasan selama protes telah mengakibatkan hari-hari paling mematikan dari konflik Israel-Palestina sejak Perang Gaza 2014 . [13] [14]
Organisasi protes itu diprakarsai oleh aktivis independen, dan telah didukung dan didukung oleh Hamas , [15] serta faksi besar lainnya di Jalur Gaza. Direncanakan akan berlangsung dari 30 Maret ( Hari Land ) hingga 15 Mei ( Nakba Day ). Lima tenda dipasang 500 hingga 700 meter (1.600 hingga 2.300 kaki) dari perbatasan dan tetap di sana sepanjang kampanye. Dalam acara pertama pada 30 Maret, tiga puluh ribu warga Palestina berpartisipasi dalam protes di dekat perbatasan. [16]Protes yang lebih besar telah diadakan pada hari Jumat, 6 April, 13 April, 20 April, 27 April, 4 Mei, dan 11 Mei — masing-masing melibatkan sedikitnya 10.000 demonstran — sementara jumlah yang lebih kecil menghadiri kegiatan selama seminggu. [17] [18] Sebagian besar demonstran di tenda-tenda tenda ratusan meter dari perbatasan berdemonstrasi secara damai, tetapi kelompok-kelompok yang sebagian besar terdiri dari pemuda mendekati perbatasan, menggulingkan ban yang terbakar ke arah pagar, menggunakan ban yang terbakar untuk menyediakan layar asap, dan melemparkan batu dan bom Molotov ke pasukan Israel. [19] [20] [21] [22] [23] Pada bulan April, para pengunjuk rasa Palestina mulai meluncurkan layang-layang dengan membawa alat pembakar.di atas pagar perbatasan, menyebabkan kerusakan properti di sisi Israel. [24] [25] Para pejabat Israel menyatakan bahwa protes digunakan oleh Hamas sebagai penutup untuk meluncurkan serangan terhadap Israel. [26]
Sedikitnya 110 orang Palestina terbunuh antara 30 Maret hingga 15 Mei, [27] [14] sejumlah di antaranya telah menjadi anggota berbagai organisasi militan Palestina; setidaknya 40 dari mereka tewas dalam aksi protes. [28] [16] [29] [17] [30] Tentara Israel menembakkan gas air mata dan peluru tajam. [31] Hampir 14.000 orang Palestina terluka. [5] Tidak ada orang Israel yang secara fisik dirugikan dari 30 Maret hingga 12 Mei, kemudian seorang tentara Israel dilaporkan terluka ringan pada tanggal 14 Mei. [6] , pada hari protes memuncak, ketika 59/60 orang Palestina ditembak mati di dua belas titik benturan di sepanjang pagar perbatasan. [32]Sekitar 35.000 warga Palestina protes hari itu, dengan ribuan orang mendekati pagar. [33] [34]
Penggunaan kekuatan mematikan Israel dikutuk pada 13 Juni 2018 dalam resolusi Majelis Umum PBB . [35] Kecaman juga telah dipungut oleh organisasi hak asasi manusia, termasuk Human Rights Watch , [36] B’Tselem , [37] dan Amnesty International , [38] dan oleh pejabat PBB. [39] [40] Kuwait telah mengusulkan dua pernyataan Dewan Keamanan PBB , yang telah diblokir oleh Amerika Serikat, menyerukan penyelidikan terhadap pembunuhan para pengunjuk rasa Palestina oleh Israel. [41]Pemerintah Israel telah memuji pasukan Israel untuk melindungi pagar perbatasan. [39]”
(Google Chrome Translate extension, dengan penyesuaian seperlunya. Selengkapnya dan laman dengan bahasa asli (English) di http://bit.ly/2HUWjWk, laman tersebut adalah laman dengan klasifikasi “extended-confirm protected”).
——
(2) http://bit.ly/2HUPxQr, @netanyahu: “A special meeting today in Jerusalem with Yahya Cholil Staquf, the General Secretary of the global Islamic organization Nahdlatul Ulama. I’m very happy to see that Arab countries and many Muslim countries are getting closer to Israel!” (akun terverifikasi).
——
(3) https://reut.rs/2t3zIlZ, reuters.com: “Deaths by Israeli fire darken Eid al-Fitr holiday in Gaza
Nidal al-Mughrabi
GAZA (Reuters) – Israel’s killing of at least 125 Palestinians during protests at the Gaza border is casting a shadow in the enclave on its celebration of Eid al-Fitr, the Muslim holiday marking the end of the fasting month of Ramadan.
(photo)
The mother of Palestinian Hiatham Al-Jamal, 15, who was killed during a protest at the Israel-Gaza border, gestures as she shows clothes he bought to wear during Eid al-Fitr holiday, in Rafah in the southern Gaza Strip June 14, 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Economic hardship arising from years of blockades, conflict and internal political rivalries has also darkened the mood in the Islamist Hamas-run territory of two million people, where Gaza economists put the unemployment rate at 49.9 percent.
“This is the toughest Eid of my life,” Worod al-Jamal, whose 15-year-old son Haitham was killed by Israeli fire at a protest on June 7, said on Thursday on the eve of the holiday.
(photo)
A vendor sells sweets as Palestinians shop in a market ahead of the upcoming Eid al-Fitr holiday marking the end of the Muslim holy month of Ramadan, in Rafah in the southern Gaza Strip June 14, 2018. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
She showed reporters the new pair of jeans, shoes and a T-shirt her son bought just two days before his death. Purchasing new children’s clothing is part of the holiday tradition.
Dozens of other families in Gaza are also in mourning this year. Deepening poverty has only compounded a sense of despair.
“The situation is bad … Purchasing power is very weak and sales this year are at their lowest in years,” said Omar al-Bayouk, whose clothing shop, like many others stores in Gaza, was virtually devoid of customers in the run-up to the holiday.
(slideshow)
Slideshow (2 Images)
In Gaza’s Nusseirat refugee camp, Abdel-Rahman Nofal, 15,
shopped with his father for new clothes.
“I bought a pair of shoes but I will only be able to wear one shoe. The other, I will keep at home,” said the teen, whose left leg was amputated after he was wounded by Israeli army gunfire at one of the protests.
Palestinians have been holding mass demonstrations at the border to demand a right of return to what is now Israel not only for those who fled or were forced to flee their homes in the war around Israel’s creation in 1948 but also for millions of descendants.
The U.N. General Assembly condemned Israel on Wednesday for excessive use of force against Palestinian civilians. The United States called the resolution one-sided, saying it did not mention Hamas and accusing the group of initiating the violence.
Israel has said that many of the 125 dead were militants using civilians as human shields and that its army was repelling attacks on the border fence with Gaza.
Editing by Jeffrey Heller/Mark Heinrich”.
——
(4) http://bit.ly/2yfnr2T, antaranews.com: “Serangan fatal Israel kelamkan libur Idul Fitri di Gaza
Kamis, 14 Juni 2018 19:48 WIB
(foto)
Seorang anggota keluarga menangis saat pemakaman perawat Palestina Razan Al-Najar, yang menurut petugas kesehatan dan seorang saksi tewas oleh pasukan Israel saat mencoba menolong pengunjuk rasa yang terluka di perbatasan Gaza, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, Sabtu (2/6/2018). (REUTERS/Mohammed Salem)
“Saya membeli sepasang sepatu, tetapi saya hanya akan bisa memakai satu sepatu.”
Gaza (ANTARA News) – Serangan fatal Israel atas sedikit-dikitnya menewaskan125 warga Palestina selama unjuk rasa di perbatasan Gaza membuat kelam perayaan Idul Fitri, yang menandai akhir bulan Ramadan umat Muslim, di wilayah itu.
Kesulitan ekonomi dari tahun-tahun pengucilan, perang dan persaingan politik dalam negeri juga menggelapkan suasana hati warga di wilayah berpenduduk dua juta orang dan dikelola Hamas tersebut. Kawasan itu disebut ekonom Gaza memiliki tingkat pengangguran 49,9 persen, demikian laporan kantor berita Reuters.
“Ini adalah Idul Fitri tersulit dalam hidupku,” kata Worod al-Jamal, yang anak lelakinya bernama Haitham (15) tewas akibat tembakan Israel dalam unjuk rasa pada 7 Juni 2018.
Dia menunjukkan kepada wartawan satu celana jins, sepatu dan kaos baru, yang dibeli sang putra dua hari sebelum kematiannya.
Membeli pakaian anak-anak baru adalah bagian dari tradisi liburan.
Puluhan keluarga lain di Gaza juga berduka cita tahun ini. Memperdalam kemiskinan hanya menambah rasa putus asa.
“Situasinya buruk. Daya beli sangat lemah dan penjualan tahun ini berada pada titik terendah dalam beberapa tahun,” kata Omar al-Bayouk, pemilik toko pakaian di Gaza.
Seperti toko lainnya di Gaza, ia menuturkan bahwa hampir tidak ada pelanggan menjelang liburan Idul Fitri 1439 Hijriyah.
Sementara itu, di kamp pengungsi Nusseirat Gaza, Abdel-Rahman Nofal (15) tampak berbelanja pakaian baru dengan ayahnya.
“Saya membeli sepasang sepatu, tetapi saya hanya akan bisa memakai satu sepatu. Yang lain, akan saya simpan di rumah, “kata remaja itu, yang kaki kirinya diamputasi setelah terluka akibat tembakan tentara Israel di salah satu protes di Gaza.
Warga Palestina telah mengadakan demonstrasi massal di perbatasan untuk menuntut hak kembali ke wilayah yang sekarang menjadu Israel tidak hanya bagi mereka yang melarikan diri atau terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat perang di sekitar pembentukan Israel pada 1948 tetapi juga untuk jutaan orang keturunan.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengutuk Israel pada Rabu (13/6) atas penggunaan kekuatan bersenjata yang berlebihan terhadap warga sipil Palestina.
Namun, Israel balas menuduh resolusi PBB itu bersifat satu pihak, karena tidak menyebutkan Hamas sebagai pihak pemicu aksi kekerasan.
Israel mengatakan bahwa banyak dari 125 orang hang tewas adalah militan yang menggunakan warga sebagai tameng manusia dan pasukannya memukul mundur serangan di pagar perbatasan dengan Gaza.
Pewarta: –
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2018”.
======
Sumber: https://web.facebook.com/groups/fafhh/permalink/660190214313517/