“Pernyataan Kak Seto tersebut dimuat di media dengan judul “Kak Seto: Pendidikan Karakter Masih Disepelekan”, selengkapnya di bagian REFERENSI.”
SUMBER
(1) Pertanyaan dari salah satu anggota FAFHH.
(2) https://goo.gl/PW7qfH, post ke grup “RumDik Gen Emas Indonesia”.
NARASI
–
PENJELASAN
Pernyataan Kak Seto tersebut dimuat di media dengan judul “Kak Seto: Pendidikan Karakter Masih Disepelekan”, selengkapnya di bagian REFERENSI.
REFERENSI
https://goo.gl/CMwu6J, “Kak Seto: Pendidikan Karakter Masih Disepelekan
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pendidikan anak (Suara Pembaruan/Joanito De Saojoao/Joanito De Saojoao)
Oleh: Dina Manafe / FER | Kamis, 5 September 2013 | 06:30 WIB
Jakarta – Gaung pendidikan karakter belum sejalan dengan realisasinya di dunia pendidikan. Buktinya, pendidikan karakter masih disepelekan, belum diprioritaskan pada proses belajar mengajar, bahkan hanya sisipan di dalam mata pelajaran lain.
Sementara di sekolah, guru orientasi mendorong dan menciptakan siswa yang hanya pintar sains, seperti matematika, kimia, dan fisika. Di rumah, orang tua akan lebih bangga terhadap anaknya yang bernilai bagus dan juara sains.
“Ini kekeliruan dunia pendidikan kita, yang menganggap mata pelajaran sains lebih penting, dan mendiskriminasi budi pekerti. Akibatnya banyak anak cerdas yang justru terjerumus dalam narkoba, seks bebas, tawuran, dan korupsi ketika dewasa,” kata Seto Mulyadi, psikolog sekaligus penasehat Komnas Perlindungan Anak, di Jakarta, Rabu (4/9).
Menurutnya, pendidikan karakter, seperti sopan santun, saling menghormati, toleransi, disiplin, suka menolong, dan mencintai lingkungan, kelihatannya sepele tetapi memiliki pengaruh sangat kuat dalam seluruh dimensi kehidupan manusia. Penduduk yang berkarakter juga akan menghasilkan bangsa yang berkarakter dan berdaya saing.
Ia mencontohkan, di Jepang pendidikan karakter justru lebih diprioritaskan dari pendidikan lain selama usia anak. Bahkan kelakuan yang sederhana sekalipun, seperti cara menggunakan toilet umum, dan berbicara dengan orang lebih tua ditanamkan sejak pendidikan anak usia dini.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penduduk di negeri Sakura itu memiliki karakter kuat, seperti kedisiplinan dan sopan santun, di mana pun mereka berada. Nasionalisme juga demikian, sehingga tidak heran orang Jepang jarang mengidolakan ketokohan negara lain.
Cara yang paling efektif untuk menanamkan karakter itu adalah contoh atau keteladanan orang tua dan guru. Sebab anak adalah peniru terbaik di dunia. Semua yang dicontohkan orang tua otomatis menjadi bagian dari karakter anak.
“Pendidikan kita belum memenuhi tuntutan pendidikan karakter. Masih ada kekerasan di sekolah dan rumah, kurikulum semakin padat, dan cara mengajar yang belum ramah anak,” katanya.
Cara lain sebagai pelengkap adalah melalui buku bacaan, dongeng, dan permainan yang bermuatan pendikan karakter. Melukis tentang lingkungan juga memberikan ruang bagi anak mengekspresikan kecintaan dan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Bertolak dari keprihatinan yang sama, PT Panen Cipta Kreasi Perkasa yang juga dikenal sebagai Lily&Eddy, memfokuskan diri pada produk pengajaran budi pekerti dalam format edutaiment kepada komunitas guru, orang tua, dan anak.
Ada dua format yang sedang dikembangkan untuk mengaplikasikan budi pekerti bagi anak Indonesia, yaitu mencetak 5.000 buku cerita dan mewarnai Didgit Cobleheart berjudul “Mencintai Laut Indonesia”.
Di buku ini, anak-anak bisa menuliskan pesan kreatif yang bisa menyemangati rekan mereka yang kurang mampu untuk tetap semangat menimba ilmu. Buku yang sudah diwarnai ini akan disumbangkan kepada anak dari keluarga kurang mampu di daerah terpencil.
“Ini merupakan bagian dari program Color Your Life 2013, yaitu kegiatan merangkul berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi aktif di dalam dunia pendidikan guna mengajarkan budi pekerti bagi anak di kota besar,” kata Helena Muljanto, Direktur Marketing PT Panen Cipta Kreasi Perkasa.
Sampai saat ini, sekitar 3.000 anak telah berpartisipasi dalam mewarnai dan menuliskan pesan inspiratif mereka di buku Digit Cobleheart tersebut. Diperkirakan jumlah ini terus bertambah mencapai 5.000 buku, yang siap didistribusikan oleh mitra-mitra LSM Lily&Eddy ke daerah terpencil hingga akhir tahun ini.
Lily&Eddy juga mengembangkan game online Didgit Cobbleheart yang berjudul “The Heart Sherif”, yang berisi pendidikan pada anak untuk memberikan sebanyak mungkin hati dan cinta kepada temannya. Game ini akan diluncurkan pada 20-22 September nanti, bertepatan dengan event Kalbe Junior Science 2013, di Ancol.
“Game tidak perlu bernuansa kekerasan atau kemarahan untuk menarik perhatian anak-anak. Game yang mengajarkan budi pekerti pun sebetulnya mampu menggugah anak-anak untuk memainkannya,” kata Helena menambahkan
Sumber: Suara Pembaruan,”.
Sumber: https://www.facebook.com/groups/fafhh/permalink/591623504503522/